NINNA.ID – SAMOSIR
Mandudu (Mandungdang) adalah ritual yang sangat sakral dalam peradaban suku Batak. Para pelaku acara tersebut harus dibarengi talenta yang telah diturunkan yang Maha Kuasa kepada manusia sesuai dengan garis tangannya (nasib).
Pada acara tersebut, Pargonsi (pemain musik) harus benar-benar yang telah diilhami sang pencipta yaitu Debata Mulajadi Nabolon.
Menurut warisan leluhur masyarakat Batak yang bermukim di kaki Gunung Pusuk Buhit, yaitu lembah Limbong dan lembah Sagala yang dikenal dengan sebutan parhasundutan, bahwa pemain Gondang Mandudu (Mandungdang) tidak boleh diketahui lebih dari satu orang.
Warisan leluhur tersebut telah digariskan melalui kultur, dengan daerah Hasundutan dijuluki memiliki kebiasaan (Bakko) Dudu Tunggal, sedangkan parhabissaran memiliki kebiasaan Dudu Boru-boru.
Dudu Tunggal maksudnya harus memilih anak kerbau jantan yang masih muda, dan pada kerbau tersebut harus memiliki tanda-tanda yang lengkap sesuai permintaan Mulajadi Nabolon.
Misalnya, harus memiliki tanduk melengkung yang disebut Itikko Tanduk, harus memiliki empat pusaran di badannya yang disebut Pusaran Lage-lage. Harus ada lagi tanda-tanda lainnya yang pantas sesuai dengan pengetahuan orang pintar.
Satu bulan menjelang acara, Pargonsi sudah ditemui guna menyampaikan Harbue Santi. Harbue Santi maksudnya Gajut kecil (gajut;kantongan dari anyaman daun pandan) yang berisikan beras 4 takar (muk), 1 buah jeruk purut , 1 butir telur ayam kampung serta lembaran uang kertas dengan sirih.
Sebelum puncak acara, Pargonsi harus memberi penghormatan kepada arwah yang mengilhami Pargonsi yang dalam bahasa roh disebut Badia Niguru. Acara digelar sesuai dengan kalender Batak yang berhubungan dengan penghuni alam.
Pada umumnya Sesajen yang dipersiapkan SATU ekor anak ternak babi yang berbelang di badannya, serta kaki dan moncongnya disebut oleh orang Batak sebagai Babi Sirompur.
Daging babi Sirompur disajikan di dalam Pinggan Pasu bersama Sagu-sagu Saparangguan dan Nasumarsar.
Sagu-sagu adalah adonan beras yang dibentuk bulat panjang bersama perangkatnya, yaitu Lanjang-lanjang, Situan Bulu, Lampet- lampet bersama Pohul-pohul.
Sedangkan yang dimaksud Nasumarsar adalah nangka, pisang, timun Batak, tebu merah, bangemang (bunga pinang) sejenis semangka dan bane-bane (bunga pancur).
Acara digelar sekitar pukul 10.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB ke esokan harinya. Namun malam sebelum puncak acara Mandudu, lebih dulu dilakukan Panantion ( Boaan), suatu acara pemberitahuan agar roh yang berkaitan dengan acara itu dipastikan menghadiri acara esok harinya.
Penulis : Aliman Tua Limbong
(Redaksi Ninna.id menyajikan Ruhut dua kali seminggu di kolom budaya dan tetap melalui proses editing tanpa mengurangi makna dan seluruh isi menjadi tanggungjawab penulis)