NINNA.ID – Sipitu Gondang (tujuh gendang) sering dipertentangkan oleh beberapa sekte agama, yang menganggap bertujuan kepada penyembahan berhala. Padahal, jika kita runut bersama makna tujuh gendang memiliki arti yang sangat mendalam. Berikut penjelasan singkat makna Sipitu Gondang itu.
Sebelum Hasuhuton menyampaikan beras dalam bakul yang disebut Satti, Pargonsi sudah melakukan Gondang Laelae tiga kali, yakni penghormatan kepada Ompu Mulajadi Nabolon (Konsep Ketuhanan yang dipercaya dalam budaya Batak kuno), penghormatan kepada penghuni alam semesta dan penghormatan kepada khalayak ramai tua muda, kecil dan besar.
Setelah Hasuhuton tadi menyerahkan Satti, lalu Pargonsi menanyakan tujuan Satti yang diberikan Hasuhuton. Hasuhuton menjelaskan tujuan acara yang akan dilakukan dan Pargonsipun melantunkan doa-doa kepada Sang Pencipta.
Pertama Gondang Mulamula yang bermakna Allah menciptakan bumi serta isinya. Kedua Gondang Batara Guru, yang bermakna pancaran Allah lewat Hagogoon (kekuatan).
Ketiga Debata Sori, pancaran Allah lewat Hatian (penghakiman), Mangala Bulan pancaran Allah lewat Hadebataon (keilahian). Mulajadi, kumpulan pancaran yang tiga. Habonaran, pancaran Allah lewat malaikat kesucian dan kebenaran. Marnini, pancaran Allah lewat manusia sebagai ciptaan Allah (Hagabeon, Hasangapon, Hamoraon).
Sibanebane Sibande Ulu, pancaran Allah lewat Hahipason (penyelamatan). Sitiotio, pancaran Allah lewat Parhorason (penyempurnaan).
Setelah acara tujuh gondang selesai, Hasuhuton memintak Gondang Alualu (permohonan). Pertama Alualu tu Debata (permohonan kepada Allah). Kedua Alualu tu Panggonggomi ni Portibion (penghuni alam semesta). Ketiga Alualu tu Situan Natorop (khalayak ramai).
Dilanjutkan kemudian dengan Gondang Mulamula yang memaknai segala sesuatunya harus ada permulaan dan akhirnya. Kemudian dilanjutkan dengan Gondang Somba. Gondang Somba ini ada dua tahap, yang pertama Somba kepada Allah. Tahap kedua Somba kepada khalayak ramai.
Acara Mangaliat yang bermakna manusia sebagai ciptaan Allah masing-masing melakukan aktifitas. Dilanjukan dengan Tortor Namarhaha Maranggi Marsisiugan/Marsisabesabean (Bertatakrama, beretika).
Penjelasannya, marga boru menyembah tutur Hulahula, mereka memberi uang dan minuman. Hulahula dianggap sebagai penyampaian berkat lewat kuasa Allah yang dipersonifikasikan lewat pemberian ulos.
Penulis  : Aliman Tua Limbong
Editor   : Mahadi Sitanggang