NINNA.ID – Dalam prakteknya, suku Batak Toba mengakui bahwa Gondang diyakini dapat menjadi penyambung lantunan kata-kata atau doa kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan yang dikenal dalam konsep kepercayaan suku Batak kuno).
Dalam acara gondang atau acara adat yang memakai Gondang (manghuling Ogung), para pelaku Dalihan Natolu yakni Namarhaha Maranggi (Kakak beradik/sepupu), Pamoruon (pihak menantu laki laki) dan juga Hulahula (pihak menantu perempuan), selalu hadir di sana. Mereka akan duduk bersama melakukan tugas dan fungsi masing-masing secara otomatis tanpa diatur. Tugas sesuai kedudukannya dalam kehidupan sosial masyarakat Batak ini, sudah menjadi tradisi dan budaya yang melekat pada jiwa Suku Batak.
Nah, mari kita telisik sedikit proses-proses yang akan dilalui jika ada acara Manghuling Gondang. Biasanya untuk memulai acara Gondang tersebut dibutuhkan seorang Parsinabul (Protokol=Pande Hata) yang handal dan cakap dalam tata cara budaya adat istiadat. Seorang Parsinabul harus mengetahui bentuk acara dan konsep acara, yang biasanya memang tidak selalu sama tergantung permintaan Hausuhuton Bolon.
Gondang tidak begitu saja secara sembarangan dimainkan, harus melalui tahapan – tahapan dan tata cara yang dalam prosesnya mengandung makna tersirat sebuah tradisi adat dan budaya juga.
Tahapan pertama biasanya, Parsinabul akan memanggil atau menghadirkan Namarhaha Maranggi, kemudian, Pamoruon (Gelleng) dan Hulahula. Ketika sudah lengkap ketiga unsur tersebut, Parsinabul kemudian akan menanyakan kesiapan Pargonsi. Lalu, Pargonsi pun akan menjawab mereka sudah siap, jika mereka belum siap, Hasuhuton Bolon pun harus menunggu begitu juga sebaliknya dengan kesiapan Hasuhutan Bolon jika belum siap Pargonsi dan Parsinabul pun harus menunggu kesiapan mereka.
Kemudian Pargonsi akan menyarankan agar semua duduk dengan tenang dan hening, karena acara pembukaan akan segera dimulai. Proses ini dimaksudkan untuk mendengar hal-hal yang terjadi saat prosesi Si Pitu Gondang (Manjujur Gondang). Dalam budaya Batak Toba disebut Mangitte, Mangalatton untuk memberikan ruang kepada para orang pintar, orang tua, sesepuh dan para khalayak ramai.
Ini adalah saat melihat, acara apa yang terjadi menurut Pargonsi dan para orang-orang yang hadir sesuai posisinya masing-masing seperti disebutkan di atas tadi. (bersambung ke hari Kamis)
Â
Penulis   : Aliman Tua Limbong
Editor        : Mahadi Sitanggang