TAPUT – Perhatikanlah di hari Minggu menjelang dan selepas ibadah gereja. Ekspresi wajah jemaat pasti penuh ceria. Bertegur sapa, tersenyum, tertawa bahagia dan saling berjabat tangan erat.
Seperti itulah gambaran orang Kristen dalam beribadah di Tanah Batak. Tapi, masuknya ajaran ini tidak sebahagia kelihatan sekarang. Proses Kristenisasi di daerah pertama ajaran Kristen di tanah Batak, justru menorehkan sejarah berdarah.
Kisah berdarah ini tersimpan dalam makam memorial Martir Hendry Lyman dan Samuel Munson, dua orang misionaris asal Amerika Serikat. Di Jalan Lintas Tarutung-Sibolga, Lobu Pining, Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara ini, sejarah mencatat, kedua misionaris itu tewas dibunuh warga setempat dalam tugas mulianya sebagai penyebar injil dan ajaran agama Kristen ke Tanah Batak
Di sekitar lokasi makam, dapat dilihat gambar-gambar dan relief kehidupan masyarakat dahulu, yang dipahat pada dinding tembok makam. Di dalam gambar dan relief itu ada gambar masyarakat dan dua orang misionaris Kristen asal Amerika Serikat yakni, Hendry Lyman dan Samuel Munson (Lyman dan Munson).
Pada prasasti yang ada di sekitar makam, terdapat tulisan dalam bahasa asing. “Zar Erinnerung an die Amerikanilchen Martyrer des Evangeliums im Batakland. Henry Lyman und Samuel Munlon. 1834. Mudar ni halak Martyr i do boni huria ni Tuhan Jesus”.
Tulisan ini diduga merupakan ejaan bahasa luar yang kemudian diterjemahkan dan ditulis dalam ejaan bahasa batak.
Areal makam memorial Martir Hendry Lyman dan Samuel Munson, merupakan salah satu objek wisata religi yang mengisahkan perjuangan dua orang misionaris Amerika serikat ke Tapanuli untuk menyebarluaskan penginjilan dan kekristenan, khususnya di daerah Silindung, yang konon pada zaman itu, penduduknya belum mengenal agama.
Menurut sejarah dari beberapa artikel yang tersebar luas, awal kedatangan kedua misionaris ini dikabarkan dari Sibolga menuju Tapanuli Utara, yang pada masa itu disebut daerah Silindung.
Selain misi penginjilan, kedatangan keduanya bersama sejumlah pengawal dan pengikutnya, juga untuk menjalankan misi kemanusiaan, kesehatan dan pendidikan.
Sebelum sampai ke daerah Silindung,rombongan kedua misionaris ini dihadang sejumlah orang di perkampungan Adian Koting. Bukan sambutan yang mereka dapatkan, mereka malah menerima serangan kekerasan fisik, sehingga keduanya dikabarkan tewas saat itu. Sejarah ini dikabarkan terjadi sekitar tahun 1834 silam..
Meskipun kedua misionaris ini tewas, misi penginjilan dan penyebaran kekristenan di Tanah Batak terus berjalan dilanjutkan misionaris-misionaris yang lain. Hasil kegigihan dan tugas mulia mereka, secara perlahan masyarakat di Tanah Batak mulai mengenal dan menerima agama Kristen.
Atas jasa kedua misionaris ini dalam melakukan penginjilan dan penyebaran agama kristen di Tanah Batak, khususnya di daerah Silindung, maka dibangunlah monumen dan makam memorial makam Martir Hendry Lyman dan Samuel Munson, untuk mengenang dan penghormatan atas jasa mereka.
Sekarang, oleh Pemerintah Kabupaten Taput, kawasan seluas dua hektar ini ditetapkan sebagai objek wisata rohani dan sejarah. Hal ini disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Destinasi Pariwisata Dinas Pariwisata (Dispar) Taput, Jeffry Sinaga.
“Saat ini kita akan melengkapi fasilitas pendukung di lokasi seperti gazebo (tempat duduk beratap), tempat kuliner sehingga nantinya tempat ini ke depan bisa lebih ramai,” ujarnya saat ditemui ninnA.id, baru-baru ini.
Lokasi makam dua orang misionaris ini berada dari sisi Jalan sebelah kiri, jika kita datang dari Kota Tarutung menuju arah Kota Sibolga. Objek wisata ini bisa ditempuh sekitar 20 sampai 30 menit dengan jarak sekitar 20 kilometer dari Kota Tarutung. Titik kordinatnya berada sekitar 10 sampai 15 meter menjorok ke dalam. Tempat ini mudah dikenali karena di pinggir jalan akan terlihat gapura sebagai penunjuk arah menuju ke lokasi.
Penulis : Billy S
Editor : Mahadi Sitanggang