Samosir, NINNA.ID– Perayaan Hari Raya Imlek 2025 mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah penumpang kapal penyeberangan di Danau Toba.
Data terbaru dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOPP) Danau Toba menunjukkan peningkatan hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan rute Ajibata-Ambarita dan Tigaras-Simanindo menjadi jalur tersibuk.
Berdasarkan laporan produksi kapal, jumlah penumpang di jalur Ajibata-Ambarita yang dilayani oleh KMP Ihan Batak dan KMP Pora-Pora melonjak dari 1.044 orang pada 2024 menjadi 2.457 orang pada 2025, atau meningkat lebih dari 135%. Jumlah kendaraan roda empat dan enam juga meningkat drastis, dari 40 unit pada 2024 menjadi 190 unit pada 2025.
Sementara itu, rute Tigaras-Simanindo yang dioperasikan oleh KMP Sumut I, KMP Sumut II, dan KMP Julaga Tamba mengalami lonjakan penumpang dari 358 orang pada 2024 menjadi 1.448 orang pada 2025, meningkat lebih dari 300%.

“Kenaikan ini menunjukkan tingginya minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, untuk mengunjungi Danau Toba saat libur Imlek,” ujar seorang petugas pelabuhan di Ajibata.
Selain itu, jalur Ajibata-Tomok yang dioperasikan KMP Tao Toba I dan II juga mengalami kenaikan yang signifikan. Pada 2024, jumlah penumpang mencapai 551 orang, sedangkan pada 2025 melonjak drastis menjadi 3.563 orang, meningkat lebih dari 500%.
Di sisi kedatangan, angka juga menunjukkan lonjakan serupa. Contohnya, rute Simanindo-Tigaras mencatat peningkatan jumlah penumpang dari 259 orang pada 2024 menjadi 1.020 orang pada 2025, serta kendaraan roda dua dari 99 unit menjadi 249 unit.
Penyesuaian Operasional dan Tantangan di Lapangan
Menghadapi lonjakan ini, operator kapal penyeberangan telah menyesuaikan jumlah perjalanan dan meningkatkan kapasitas.
- Jumlah trip total yang dilakukan naik dari 76 trip pada 2024 menjadi 138 trip pada 2025.
- Total penumpang yang diangkut naik dari 3.089 orang (2024) menjadi 13.604 orang (2025), meningkat lebih dari 340%.
- Jumlah kendaraan roda dua naik dari 905 unit (2024) menjadi 2.403 unit (2025).
Seorang petugas pelabuhan di Ajibata mengungkapkan bahwa kepadatan lalu lintas penyeberangan ini diantisipasi dengan peningkatan jumlah trip dan pemanfaatan kapal cadangan.
“Kami menambah frekuensi keberangkatan dan memastikan operasional kapal berjalan lancar agar tidak terjadi antrean panjang,” ujarnya.
Akan tetapi, lonjakan jumlah kendaraan juga menyebabkan tantangan tersendiri, terutama di dermaga utama seperti Ajibata dan Simanindo. Beberapa pengendara terpaksa menunggu lebih lama untuk bisa mendapatkan slot di kapal.
Dampak Positif terhadap Pariwisata dan Ekonomi Lokal
Peningkatan jumlah wisatawan ini juga membawa dampak positif bagi sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat sekitar.
- Hotel dan penginapan di Samosir dan Parapat mengalami lonjakan okupansi.
- Sektor kuliner dan oleh-oleh mencatat peningkatan omzet yang signifikan.
- Penyedia jasa transportasi darat dan pemandu wisata juga mendapatkan keuntungan dari meningkatnya jumlah kunjungan.
Para pelaku usaha wisata di Samosir mengatakan Imlek Tahun ini mendatangkan banyak pemasukan.
“Imlek tahun ini benar-benar membawa rezeki bagi kami,” kata Rudiman Sihaloho, pemilik Homestay Jabu SiRulo.
Nyaris seluruh penginapan, homestay, hotel di Kecamatan Pangururan.
Tak terkecuali hotel-hotel di Kecamatan Simanindo. Berbagai hotel di sekitar Unjur seperti Barbara, Thyesza juga membludak dipadati tamu-tamu romobongan.
Selama libur Lebaran, pengunjung air mancur menari Water Front City (WFC) Pangururan tembus 7.000 per hari.
Ketua Tim Pengelola WaterFront City Pangururan dan Menara Pandang Tele, Rudi Siahaan menyampaikan, pertunjukkan air mancur menari ditayangkan dua sesi selama libur Israj M’raj dan Imlek.
“Pengunjung ke Samosir itu luar biasa. Daya tarik bertambah dengan adanya Sibea-bea, Tano Ponggol, WaterFront City Pangururan, Menara Pandang Tele dan lain-lain. Per hari jumlah pengunjung ke WaterFront menembus 7.000,” jelas Rudi Siahaan.
Masukan dari Pelaku Pariwisata dan Wisatawan
Dearman T. Damanik, anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sumut, mengungkapkan kemacetan di Parapat pada hari-hari tertentu memang sudah menjadi hal yang biasa. Menurutnya, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kemacetan saat momen liburan:
- Jalur masuk ke Parapat terlalu sempit, sehingga tidak sebanding dengan volume kendaraan yang meningkat drastis.
- Jumlah Kapal Ferry yang beroperasi masih terbatas, dengan hanya 4 unit utama yang melayani rute utama.
- Lahan parkir masih kurang memadai, menyebabkan kendaraan harus parkir di badan jalan dan memperparah kemacetan.
- Praktik pungutan liar (pungli) oleh pihak tertentu terhadap pengendara sebelum masuk antrean di Ajibata.
- Ketidaktegasan dalam manajemen Pelabuhan Ferry, di mana sering terjadi praktik prioritas bagi keluarga atau teman petugas.
- Daya tarik wisata baru di Samosir seperti Water Front City, Sibeabea, Menara Pandang Tele, dan Jembatan Tano Ponggol meningkatkan jumlah wisatawan secara signifikan.
“Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah pelebaran jalan menuju Pelabuhan Ferry, meskipun ini memiliki konsekuensi pemberian ganti rugi kepada warga yang terdampak. Namun, apakah pemerintah daerah siap untuk itu? Ini akan menjadi tantangan tersendiri,” ungkapnya.
Agar perjalanan lebih nyaman dan tidak terjebak macet, Dearman menyarankan beberapa langkah:
- Memilih jalur alternatif seperti melalui Tigaras dan Tele.
- Menggunakan aplikasi pemesanan tiket Ferry agar tidak perlu antre panjang.
- Peran media lebih aktif dalam memberikan informasi kondisi jalan dan pelabuhan sebelum hari liburan.
- Sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata agar tidak saling menyalahkan.
Sementara itu, Ucok Simalango, seorang pengusaha sekaligus wisatawan yang sering berkunjung ke Samosir, berbagi pengalamannya selama liburan Imlek tahun ini:
- Petugas pengatur lalu lintas di Jembatan Tano Ponggol cukup sigap dengan menggunakan pengeras suara untuk mencegah parkir liar yang dapat menyebabkan kemacetan.
- Saran untuk pengelolaan parkir lebih baik, misalnya dengan menjadikan area kosong di sekitar persimpangan Tano Ponggol dan Aek Rangat sebagai lokasi parkir resmi.
- Petugas di Menara Pandang Tele lebih tegas dalam menindak pengunjung yang memarkir kendaraan sembarangan, yang merupakan langkah positif untuk mengurangi macet.
“Semoga dengan pengalaman yang ada, ke depannya fasilitas publik di Samosir semakin lengkap, lebih siap, dan pengelolaannya lebih baik,” ujar Ucok.

Dengan tren peningkatan jumlah wisatawan yang signifikan, berbagai pihak berharap pemerintah dan pengelola penyeberangan bisa segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Salah satu solusi jangka panjang yang diharapkan adalah pembangunan jalan lingkar luar Danau Toba serta perbaikan jalan lingkar dalam yang mengalami kerusakan akibat longsor di beberapa titik di Samosir. Jika proyek ini bisa segera direalisasikan maka pariwisata Danau Toba akan semakin berkembang dan lebih siap menjadi destinasi super prioritas Indonesia.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga