NINNA.ID-Sumatera Utara di bulan Februari 2025 seolah sedang menarik napas panjang. Bandara Internasional Kualanamu yang biasanya ramai, kini terasa lebih lengang. Terminal kedatangan dan keberangkatan tak seramai biasanya.
Di pelabuhan Belawan, suasana senyap makin terasa. Dan di hotel-hotel, kasur-kasur tertata rapi tanpa sempat direbahkan oleh tubuh-tubuh lelah pelancong.
Sebanyak 173.320 orang tercatat berangkat dari Bandara Internasional Kualanamu pada Februari 2025. Jumlah ini menurun tajam 24,54 persen dibanding bulan sebelumnya.

Tidak hanya yang berangkat, penumpang domestik yang datang ke Sumatera Utara juga menurun menjadi 161.330 orang, susut 22,22 persen dari Januari.
Lalu lintas udara internasional pun tak lebih menggembirakan. Meski secara tahunan naik, jumlah penumpang internasional pada bulan tersebut menurun dibanding Januari.
“Turun 18,55 persen untuk kedatangan, dan 5,36 persen untuk keberangkatan,” tulis BPS dalam laporan resminya dikutip 16 April 2025.
Ini membuat bandara yang biasanya menjadi titik awal petualangan di Sumut berubah menjadi tempat transit yang hening.
Di sisi laut, suasana pun serupa. Pelabuhan Belawan yang biasanya dipenuhi cerita dari para pelaut dan penumpang kini mencatat penurunan drastis.
Hanya 7.910 penumpang yang datang—angka ini anjlok 69,49 persen dibanding Januari. Sementara itu, yang berangkat pun tak sampai setengahnya dibanding bulan sebelumnya, hanya 9.244 orang.
Namun, menariknya, ada lonjakan signifikan pada bongkar muat barang. Kegiatan bongkar naik 10,15 persen menjadi 350.343 ton.
Sebaliknya, kegiatan muat justru menyusut hampir setengah, dari 39.299 ton menjadi 19.652 ton.
Waktu Menginap yang Singkat
Jika suasana bandara dan pelabuhan mulai sunyi, hotel pun tidak jauh berbeda. Tingkat penghunian kamar (TPK) di Sumatera Utara pada Februari 2025 hanya menyentuh rata-rata 31,07 persen—turun dari bulan sebelumnya dan jauh dari harapan saat musim liburan.
Hotel bintang 5 masih mencatat TPK tertinggi (52,49 persen), tapi tetap saja turun dari Januari. Hotel bintang 1 mencatat angka paling rendah, hanya 23,22 persen. Sedangkan hotel non-bintang berada di angka rata-rata 24,91 persen.
Yang menarik, meski tamu sedikit, rata-rata lama menginap tamu asing naik menjadi 1,46 hari dari 1,41 hari di Januari. Tamu domestik pun menunjukkan tren serupa, meski hanya selisih tipis.
Apakah ini sinyal bahwa tamu yang datang memilih menikmati waktu lebih lama, atau hanya menunggu keberangkatan yang tertunda?
Meski angka-angka menunjukkan tren menurun, bukan berarti cerita pariwisata Sumut berhenti di sini. Seperti halnya Danau Toba yang tetap tenang meski hujan mengguyur, sektor pariwisata dan transportasi Sumatera Utara tampaknya tengah menanti gelombang besar berikutnya—mungkin libur panjang, mungkin festival budaya, atau mungkin gebrakan promosi pariwisata yang lebih kuat.
Yang pasti, Sumatera Utara tetap memiliki pesona. Entah untuk kembali dikunjungi atau untuk ditemukan pertama kalinya.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga