TAPUT – Candro Fernando Sitorus, lelaki asal Dusun Merpati Lumban Tolong, Desa Partali Julu, Kecamatan Tarutung ini merupakan satu dari sedikit laki-laki pengrajin tenun ulos yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Kemahirannya bertenun ia dapatkan dari orangtua, sejak usia 12 tahun saat kelas VI sekolah dasar.
Lelaki berumur 21 tahun ini sudah menjalani profesi sebagai penenun ulos selama 9 tahun dan sudah menghasilkan berbagai jenis Ulos Batak. Baginya tenun ulos harus dilestarikan.
“Saya belajar bertenun sejak usia usai 12 tahun kelas 6 SD, belajar dari orangtua yang memang pengrajin tenun. Sampai sekarang sudah 9 tahun bertenun ulos,” ujarnya saat ditemui ninnA.id di rumahnya, kemarin.
Keinginannya menjadi pengrajin tenun ulos, tidak semata-mata dilatarbelakangi kebutuhan ekonomi. Namun atas dasar kecintaan dan keinginan melestarikan tenun ulos.
Baginya, ulos Batak merupakan sebuah maha karya yang sangat perlu untuk dilestarikan dan dibudayakan. Alumni SMA HKBP 1 Tarutung ini juga berpendapat ulos memiliki makna tersendiri bagi masyarakat batak.
“Sebab ulos Batak melambangkan kepribadian dan sebagai lambang adat sehingga kita harus melestarikannya. Ulos Batak bermakna sebagai kekerabatan persaudaraan dalihan natolu. Jika dijalankan akan berbuah yang baik dan benar sehingga sama seperti ulos dengan berpadu motif menghasilkan karya yang luar biasa,” katanya.
Dalam seminggu, dia mampu memproduksi tenun ulos paling sedikit empat lembar. Beberapa jenis ulos yang diproduksinya antara lain ulos ragi huting, ragi hotang, maulana, dan ulos sadum. Berkat kemahirannya sebagai pengrajin ulos, dia sering diundang dalam event-event yang berkaitan dengan ulos sebagai mentor atau pelatih.
Dijual ke Malaysia dan Singapura
Tenun ulos hasil kerajinan tangannya tidak hanya terkenal dan laku dijual di daerah, tapi sudah menjajal pasar luar daerah bahkan luar negeri seperti Malaysian dan Singapura.
“Jadi kita juga sudah menjual ulos hasil tenun sampai ke Medan, Tebing, Jakarta, Yogya. Kemudian ke luar negeri seperti ke Singapura dan Malaysia. Untuk harga bervariasi sesuai dengan kualitasnya,” katanya.
Bermimpi Punya Galeri
Walau sudah sering menjadi mentor dan ulosnya banyak peminat, ternyata Candro Sitorus, tidak lantas berpuas diri. Semangatnya yang terus menyala menciptakan mimpi, suatu saat, dia bisa mendirikan dan memiliki galeri ulos.
Galeri ini diutamakan sebagai tempat pelatihan bertenun (work shop) khususnya bagi anak-anak muda dan juga sebagai tempat pajangan ulos-ulos karya tangannya.
“Saya bermimpi, kelak bisa memiliki galeri ulos untuk menjadi tempat produk hasil tenun, sehingga tenun ulos lebih terkenal lagi. Kemudian menjadi tempat pelatihan bertenun bagi anak-anak generasi muda,” katanya.
Ajak Generasi Muda Jangan Gengsi
Sebagai sesame anak muda, Candro Sitorus mengajak para generasi muda yang lain agar terus melestarikan budaya ulos, dan tidak perlu gengsi melakukan kerajinan tenun ulos.
“Mari kita lestarikan budaya tenun ulos dan jangan gengsi bekerja sebagai pengrajin tenun. Generasi muda harus mampu berkreasi dan berinovasi,” ajaknya.
Dalam upaya mengembangkan usaha kerajinan tenun, ternyara dia telah membuat kelompok pengrajin tenun. Selain dirinya, dua adik laki-lakinya, juga mengikuti jejaknya berprofesi sebagai pengrajin ulos.
Tonton Video :
Penulis : Billy S
Editor : Mahadi Sitanggang