SIMALUNGUN – Siapa lagi yang tak kenal Kota Parapat di Kabupaten Simalungun. Kota ini sudah menjadi ikon pariwisata, tidak hanya di Simalungun tapi juga Sumatera Utara. Selain alamnya yang terkenal indah di tepian Danau Toba itu, daerah in juga punya hasil bumi yang cukup baik. Salah satunya, kopi.
Kabupaten Simalungun, terkhusus Parapat, termasuk salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Namun komoditas hasil bumi ini, tampaknya belum bisa diolah dengan baik oleh warga sekitar untuk bisa bernilai ekonomis tinggi.
Masih banyak hal yang harus diketahui para petani kopi di Parapat untuk bisa menghasilkan biji kopi terbaik. Pelaku UMKM asal Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun, Roy Fertiro Sirait, memiliki kemauan tinggi untuk mendongkrak ekonomi, melalui kopi.
Ia bersama teman-temannya mengedukasi para petani agar mengetahui cara tanam, memupuk dan menjual biji kopi secara maksimal.
“Memang niat saya itu. Memperkenalkan kopi khas daerah-daerah yang ada di kawasan Danau Toba. Selama ini petani bingung mau menjualnya ke mana. Ya paling-paling ke daerah tetanggalah,” ujar Roy saat berbincang-bincang beberapa waktu lalu
“Kalau untuk budidaya, seperti penanaman dan pemupukan itu, ada teman saya yang mengajari. Kalau saya sendiri lebih ke pemanfaatan dan pengolahan biji kopi,” sambungnya.
Sejak kembali ke kampung halaman pada 2017 silam, ia fokus melihat perkembangan pasar penjualan kopi lokal. Dalam beberapa kegiatan yang diinisasi swasta maupun pemerintah, Roy kerap mengangkat produk kopi lokal agar lebih dikenal secara nasional.
Saat ini ia dan beberapa pelaku usaha di seputaran Danau Toba mendirikan komunitas bagi pelaku UMKM Girsang Sipangan Bolon.
“Kami banyak belajar tentang pengemasan, pemilihan merek usaha dan promosi,” ucapnya pemilik shelter kopi bernama “Kopi Ransel” ini.
Selama menekuni usaha ini, mereka optimis dalam mencapai sukses mengembangkan produk lokal sampai bisa disesap turis mancanegara.
“Danau Toba sering dikunjungi turis asing menjadi salah satu peluang,” pungkasnya.
Saat ini, sudah banyak turis mancanegara yang tertarik untuk memikmati kopi yang diseduh Roy di Jalan Nelson Purba Sipangan Bolon. Tidak jarang, para turis itu membawa bubuk kopi hasil racikan pemuda kelahiran 1988 itu ke negara asalnya.
“Kebanyakan mereka tahu selter itu dari mulut-ke mulut. Kemudian mereka datang untuk melihat langsung proses penyeduhan dan menikmatinya. Ada juga yang membawa produk kopi kami ke negara asal mereka,” ujar Roy.
Penulis  : Giort
Editor    : Mahadi Sitanggang