PARAPAT – Pada 8 April 2021 hotel ini resmi berganti nama menjadi “Khas Parapat” dari sebelumnya INNA Hotel Parapat. Tapi siapa sangka, salah satu hotel yang memukau di tepian Danau Toba ini, awalnya dibangun Kolonial Belanda untuk para penginjil agama Kristen.
Hotel ini merupakan hotel tertua di Kota Parapat. Dibangun 110 tahun lalu oleh Kolonial Belanda, bangunan hotel ini merupakan tempat para zending atau para penginjil dari Negara Belanda.

Menurut Manager Marketing Hotel Khas Parapat, I Made Sukadana, hotel yang berada di Jln Marihat No.1 Danau Toba Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun ini, dibangun pada tahun 1911.
Lalu pada Pebruari 1919, tempat sudah berubah menjadi usaha hotel dengan nama “Hotel Enhandel Maatschapij “Toba” dan ada penambahan 5 kamar bangunan semi permanen yang diusahai Belanda dengan kedudukan kantor direksi di Balige yang waktu itu masih bagian dari Tapanuli Utara.
Selanjutnya tanggal 8 Agustus 1950 berada dalam manajemen NV. Maatdchapij Parapat, di bawah penguasaan dan pengusahaan kantor Kamerling Onnes yang berkedudukan di Medan.
Namun setelah Belanda mengakui kemerdekaan Bangsa Indonesia, maka tanggal 14 Desember 1957, hotel ini dinasionalisasi oleh pemerintah dan berada di bawah pengawasan peraturan pemerintah daerah dan kemudian diserahkan kepada BPU – PDN Sumatera Utara dan Aceh yang berkedudukan di Medan.
Setelah resmi milik negara, maka tanggal 31 Maret 1962, hotel ini berada di bawah pengawasan dan penguasaan Menteri Perhubungan RI, di bawah naungan Hotel- hotel Pariwisata Nasional (HPN) yang berkantor pusat di Jakarta.
Tidak hanya sebatas itu, tanggal 15 Pebruari 1973 berubah lagi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 4 tahun 1973 menjadi salah satu unit usaha Perseroan Terbatas (persero) dengan nama: National Hotels and Tourism Corporation (Natour) ltd berkedudukan di Jakarta.
Ide penggabungan PT. Hotel Internasional Indonesia dengan PT. NATOUR dicetuskan oleh Pemerintah pada tahun 1993, dan sosialisasi dimulai tanggal 24 Desember 1993 sampai 13 Oktober 1999 dan berada dibawah naungan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN RI, menjadi PT Hotel Indonesia Natour (Inna Hotel Group)
Hari jadi Penggabungan PT. HII dan PT. Natour akhirnya ditetapkan oleh Direksi PT. Hotel Indonesia Natour / HIN (INNA Hotel Grup) pada tanggal 19 Maret 2002 sebagai hari ulang tahun pertama.
Pada Maret 2016, Pemerintah melakukan penggabungan PT. HIN, PT.Aero Wisata dan Patra Jasa menjadi Hotel Indonesia Group (HIG). Akhirnya hingga saat ini, INNA Hotel Parapat berubah nama menjadi Hotel KHAS Parapat, yang diresmikan pada tanggal 8 April 2021.
Fasilitas Hotel Khas Parapat
Hotel peninggalan kolonial Belanda yang dulunya digunakan sebagai penginapan para Zending Belanda ini , oleh BUMN di bawah Hotel Inna Group, terus melakukan pembenahan dan peremajaan bangunan. Saat ini hanya terdapat empat kamar bangunan original peninggalan Belanda dan terdapat di type Junior Suite dan satu Toba Hall.
Renovasi dan peremajaan yang mengikuti trend kekinian, merupakan layanan yang diberikan pihak management untuk memberikan kepuasan kepada para tamu.

Khas Parapat sebagai hotel bintang tiga, memiliki 102 kamar dengan grade kamar : IP Suite Room Cottage sebanyak dua kamar, Deluxe Room sebanyak 21 kamar, Teratai Suite Cottage sebanyak tiga kamar, Family Room sebanyak 12 kamar, Junior Suite Room sebanyak 16 kamar, dan Superior Room 48 kamar.
Menurut tim marketing Khas Parapat, Fauzan Ridhoi, untuk memanjakan tamu, management melengkapi berbagai fasilitas lainnya seperti, Kedai Teras, Simalungun Restaurant, Laundry, Toba Bar, Lobby Lounge, Topi Tao Cafe, Sosor Pasir Café, Marihat Hall dan Onang-onang Restaurant.
Daya Tarik Hotel Khas Parapat
Menikmati keindahan Danau Toba, dari Khas Parapat Hotel merupakan salah satu sudut yang tak kalah menarik bagi wisatawan untuk bermanja dan merasakan pelayanan istimewa dari putra-putri tepian Danau Toba.
Kenapa tidak, dengan fasilitas hotel berbintang 3 yang dilengkapi dengan jumlah kamar yang memadai dan fasilitas hotel lainnya, bersantai dan berlama lama di hotel ini tidak akan pernah bosan.
Dari dalam dan teras kamar, pengunjung disambut dengan suguhan pemandangan danau yang dipadu dengan bukit yang hijau. Bangunan kamar dan asesoris taman dengan gaya replika kolonial, membuat taman menjadi serbuan pecinta selfie.
Kilauan hamparan pasir putih pantai Khas Parapat, bagai permata di siang hari, seakan mengundang untuk bercengkrama di tepi danau. Desiran ombak danau seakan bebisik manja, memberi isyarat untuk ikut berenang bermain dengan danau.
Kuliner khas di sini, sangat sepadan dengan pesona malam hari. Ada sup ikan pedas andalan utama, dengan minuman kopi batok dan ekosute berbahan kopi dan susu, merupakan ciri hotel ini.
Selain fasilitas, pelayanan crew merupakan salah satu daya tarik hotel berbintang tiga ini. SDM yang mumpuni membuat pengunjung tersanjung manja saat mulai memijakkan kaki hingga keluar hotel ini.
Tonton Video :
Sangat Direkomondasi
Bukan sekedar bualan, hotel yang tertua dan sudah tersohor ini sudah lama menjadi menjadi buah bibir pecinta traveling dengan tujuan Kota Parapat. Seperti Kent, seorang tamu dari Medan yang di jumpai baru-baru ini mengakui, datang ke Khas Parapat karena rekomendasi temannya.
Setelah cek in di Khas Parapat Hotel, dia terpana dengan vies yagn bagus kearah Danu Toba dengan pantai yang putih dan bersih, serta taman yang unik bergaya Belanda dengan replika kincir angin.
“Pelayanannya sangat bagus, crew sangat welcome. Suasana kamar tenang nyaman dan bagus. Pokoknya rekomendedlah,” kata Kent sambil senyum mengangkat jempolnya.
Hotel Khas Parapat juga pernah melayani dan menjamu Presiden RI Jokowi Agustus tahun 2016 dan Raja beserta Ratu Belanda pada bulan Maret 2020 yang lalu.
Penulis : Ferindra
Editor : Mahadi Sitanggang