NINNA.ID-Ketersediaan angkutan umum yang minim menjadi penghalang wisatawan ke Danau Toba. Bagi wisatawan berpenghasilan rendah, mereka butuh moda transportasi yang memungkinkan mereka untuk berlibur ke Danau Toba dengan tarif terjangkau.
Hingga kini, ada banyak destinasi wisata tidak dilalui angkutan umum. Sekalipun sebagian daya tarik wisata yang dilintasi jalan provinsi sudah dilintasi angkutan umum, tetapi untuk jalan kabupaten dan jalan desa, ketersediaan angkutan umum belum memadai.
Selain itu, kuantitas dan kualitas transportasi umum yang membawa para penumpang dari berbagai tempat seperti Kota Medan, Jambi, Riau menuju Parapat atau Tigaras, Danau Toba-kurang memadai.
Padahal aksesibilitas khususnya ketersediaan angkutan umum menjadi pertimbangan utama bagi wisatawan memutuskan apakah akan mengunjungi sebuah destinasi wisata.
Sebelum memutuskan akan berwisata, wisatawan perlu diyakinkan tentang gambaran transportasi apa yang dapat mereka akses.
Untuk membuat sistem transportasi yang dapat diakses oleh semua kalangan ekonomi menjadi tugas mendesak para pemangku kepentingan pariwisata Danau Toba.
Transportasi yang mudah diakses tidak hanya penting bagi wisatawan, juga penting bagi penduduk lokal di Danau Toba.
Ketersediaan transportasi juga sangat besar perannya untuk pemasaran wisata.
Pariwisata yang mudah diakses akan menghasilkan keuntungan ekonomi besar. Yang tidak hanya sangat berdampak terhadap sektor pariwisata juga bagi sektor lainnya.
Sebab, transportasi berpengaruh besar terhadap lalu lintas penumpang dan barang.
Dari segi pelayanan supir terhadap penumpang perlu ditingkatkan.
Salah satunya yang harus diperhatikan para supir yakni bagaimana cara mengoperasikan kendaraan nyaman bagi para penumpang.
Tidak sembrono di jalan dan tidak membuat para penumpang khawatir selama berada di perjalanan.
Beberapa moda transportasi yang selama ini melayani penumpang dari Medan menuju Parapat dan Samosir antara lain Bus Sejahtera dari Terminal Amplas menuju Parapat maupun Ajibata.
Parisma dari Terminal Amplas menuju Parapat hingga Samosir. Bus Sampri dari Terminal Amplas menuju Samosir.
Akan tetapi, belum ada dari moda transportasi tersebut yang melayani penumpang dari Bandara Kualanamu langsung menuju Parapat ataupun Samosir.
Kesulitan yang selama ini dihadapi oleh wisatawan-wisatawan yakni mereka harus keluar dari Bandara Kualanamu.
Kemudian mereka harus menuju Terminal Amplas untuk menggunakan Bus Sejahtera atau angkutan umum menuju Parapat, Ajibata maupun Samosir.
Selain itu, hal lain yang cukup menyulitkan para wisatawan adalah jarak dan waktu tempuh yang cukup jauh dan lama, turut membebani para penumpang.
Bagi mereka yang tidak memiliki waktu libur panjang untuk mengeksplorasi tempat-tempat wisata di Danau Toba, mereka akan berpikir berulang kali untuk memilih Danau Toba.
Lain lagi masalah biaya yang sangat mahal turut menjadi pertimbangan utama.
Kehadiran angkutan umum yang memadai dan tarif terjangkau memungkinkan mereka yang ingin berlibur ke Danau Toba tanpa pikir panjang.
Kondisi Jalan
Kondisi dan permukaan jalan juga sangat perlu dibenahi agar wisatawan merasa nyaman selama melintasi destinasi-destinasi wisata yang ada di Danau Toba.
Lebar jalan juga perlu ditingkatkan. Mayoritas lebar jalan relatif sempit sehingga menyulitkan wisatawan pengguna kendaraan pribadi dan pengguna bus travel.
Contoh nyata yang bisa kita lihat di jalan menuju Pelabuhan Tigaraja, Simalungun, Pelabuhan Ajibata Toba, Pelabuhan Tigaras Simalungun dan pelabuhan lainnya.
Padahal di pelabuhan-pelabuhan inilah akses paling utama yang kerap dilintasi oleh para wisatawan.
Akan tetapi, justru di pelabuhan-pelabuhan tersebutlah jalan sangat sempit. Di puncak hari libur, jalanan sangat penuh berdesak-desakan.
Petunjuk jalan di luar dan di dalam kawasan pariwisata Danau Toba masih kurang memadai. Petunjuk jalan sebagian besar tersedia di luar kawasan terutama pada jalan provinsi.
Sementara pada jalan kabupaten dan jalan desa masih belum memadai. Padahal petunjuk jalan sangat dibutuhkan bagi wisatawan pengguna kendaraan pribadi.
Penyediaan petunjuk jalan harus ditingkatkan agar tidak menyulitkan wisatawan mencapai lokasi daya tarik wisata terutama yang berasal dari luar Kawasan Danau Toba.
Prasarana Pendukung Lainnya
Prasarana pendukung lainnya perlu ditingkatkan. Misalnya ketersediaan toilet di SPBU ataupun di lokasi pemberhentian angkutan umum seperti loket, tempat parkir dan kurangnya tempat sampah.
Ketersediaan tempat parkir pada kawasan pariwisata Danau Toba masih belum memadai, seperti kualitas permukaan tempat parkir dan pengaturan ruang parkir.
Akibat hal ini, wisatawan kurang merasa aman dan nyaman untuk memarkir kendaraan ketika mengunjungi daya tarik wisata.
Tercampurnya jenis kendaraan antara motor, mobil, bis, dan lain-lain di tempat parkir membuat tidak nyaman wisatawan karena ketika akan meninggalkan daya tarik wisata terhalang oleh kendaraan lain. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan parkir yang memadai.
Karena wisatawan sulit mendapatkan tempat sampah, di lokasi daya tarik wisata dijumpai tumpukan sampah.
Terkait hal ini perlu adanya sistem pengelolaan persampahan yang baik.
Ketesediaan toilet umum pada lokasi daya tarik wisata masih sangat jauh dari kata layak.
Banyak sekali toilet umum dalam kondisi rusak tidak terawat, kotor, dan bau.
Perlu adanya pengelolaan toilet umum agar kondisinya terawat dengan baik sehingga pantas mendukung perannya sebagai kawasan pariwisata nasional yang strategis.
Selain itu perlu diperhatikan juga dalam pembangunan infrastruktur agar mendukung kemudahan dan konektivitas menuju Kawasan Danau Toba.
Secara langsung maupun tidak langsung lingkungan pariwisata Danau Toba menjual keindahan alamnya.
Keindahan tersebut memikat banyak mata untuk berkunjung ke Danau Toba.
Dampak positifnya adalah meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dan membuka lapangan pekerjaan.
Sementara dampak negatifnya adalah berubahnya kondisi alamiah, munculnya pencemaran lingkungan, dan berubahnya fungsi ekologis seperti tata air akibat adalah konstruksi bangunan infrastruktur.
Terkait dampak negatif tersebut, dalam pengembangan Kawasan Danau Toba perlu kajian agar tidak terjadi kerusakan lingkungan Danau Toba.
Danau Toba mengalami degradasi dari berbagai aspek yang mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan.
Oleh karena itu perlu dikaji ulang dalam penataan perairan Danau Toba untuk tujuan pengembangan pariwisata.
Pengelolaan kawasan sepanjang daerah tangkapan air akan menentukan tingkat kelestarian danau baik dilihat dari kualitas air maupun kuantitas air danau tersebut.
Penulis: Damayanti Sinaga
Editor: Damayanti Sinaga
Penulis merupakan pemandu wisata. Aktif terlibat dalam Forum Jurnalis Danau Toba. Tulisan ini salah satu rekomendasi bagi BPODT untuk Pengembangan Pariwisata Danau Toba