NINNA.ID – Kecelakaan kereta yang mengguncang India pada Jumat malam telah menyebabkan kehancuran dan kerugian besar. Namun, tragedi moda transportasi kereta pernah juga di sejumlah tempat lain.
Seperti diberitakan, tabrakan antara Howrah Superfast Express dan Coromandel Express di Odisha telah menelan korban jiwa sebanyak 288 orang, sementara 900 lainnya mengalami luka-luka.
Kecelakaan ini menjadi tragedi paling mematikan dalam sejarah India, yang sebelumnya juga pernah dilanda serangkaian kecelakaan kereta yang merenggut nyawa ratusan orang.
Tidak hanya India, berbagai negara juga pernah mengalami tragedi kereta api yang memilukan.
Salah satunya adalah Tragedi Queen of the Sea Land yang terjadi dalam bencana alam tsunami pada tahun 2004.
Insiden ini bukan hanya menewaskan ribuan orang, tetapi juga sangat menyedihkan karena kejadian tersebut disebabkan oleh kejadian alam yang terjadi ribuan kilometer jauhnya dari tempat kejadian.
Queen of the Sea Land, sebuah kereta api di Sri Lanka, dihantam oleh gelombang tsunami saat sedang berada di pesisir Peraliya.
Lebih dari 1.700 penumpang tidak dapat melarikan diri saat dua gelombang tsunami menghantam kereta tersebut.
Kereta yang sedang dalam perjalanan dari Colombo menuju Galle hancur terkena tsunami dan tenggelam ke dalam laut dengan seluruh penumpangnya meninggal dunia. Banyak dari penumpang adalah biksu yang hendak merayakan Tahun Baru.
Indonesia juga pernah mengalami serangkaian kecelakaan kereta api yang tragis. Salah satunya adalah Tragedi Bintaro pada tahun 1987 yang menewaskan 153 orang.
Kecelakaan ini meninggalkan luka yang mendalam di hati masyarakat Indonesia.
Beberapa tragedi maut lainnya yang melibatkan kereta api terjadi di berbagai belahan dunia.
Misalnya, kecelakaan di Bihar, India pada tahun 1981, di mana kereta jatuh ke Sungai Bagmati saat melintasi jembatan. Kecelakaan ini menewaskan 750 orang dan menjadi kecelakaan terparah dalam sejarah India.
Di Prancis, tragedi terjadi di Saint-Michel-de-Maurienne pada tanggal 12 Desember 1917. Pasukan Perancis yang ingin merayakan Natal di rumah mereka dipindahkan oleh pemerintah dengan menggabungkan gerbong dari dua kereta menjadi satu.
Namun, kesalahan terjadi dalam mekanisme rem, dan ketika kereta melewati pegunungan Alpen, remnya terlalu panas dan menyebabkan kebakaran.
Akibatnya, gerbong pertama anjlok dan menabrak gerbong di belakangnya. Karena kebakaran yang meluas, hanya 425 mayat yang berhasil diidentifikasi dari total 1.000 korban jiwa.
Tragedi lain terjadi di Stasiun Ciurea di Rumania pada tanggal 13 Januari 1917.
Kereta yang mengangkut pengungsi dan tentara yang terluka diungsikan dari aksi pendudukan Jerman pada Perang Dunia I berusaha berhenti mendadak untuk menghindari tabrakan dengan kereta lain di depannya.
Namun, upaya tersebut gagal dan malah menyebabkan kereta tersebut anjlok dan terbakar, menewaskan hampir 1.000 orang.
Tragedi lain terjadi di Guadalajara, Meksiko pada tanggal 22 Januari 1915. Pada saat itu, kereta yang penuh sesak sedang menuruni bukit dengan kecepatan tinggi.
Masinis kehilangan kendali terhadap lokomotifnya, sehingga kereta tersebut keluar dari jalur dan jatuh ke tebing. Lebih dari 600 orang tewas dalam kecelakaan tersebut, termasuk mereka yang terjatuh dari gerbong kereta.
Kecelakaan maut juga terjadi di Ufa, Rusia pada tanggal 4 Juni 1989. Kecelakaan ini disebabkan oleh kebocoran jaringan LPG yang menghasilkan awan gas propana yang tebal di sekitar jalur kereta.
Dua kereta yang melintasi jalur tersebut membawa sekitar 1.200 penumpang. Percikan api di rel menyebabkan ledakan besar yang menghancurkan tujuh gerbong barang, 37 gerbong penumpang, dan dua lokomotif.
Lebih dari 575 penumpang tewas dan 800 orang lainnya mengalami luka-luka dalam tragedi ini.
Kecelakaan kereta maut ini menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya keamanan dan keselamatan dalam transportasi kereta api.
