“Kami Ingin Menjemput Mereka dari Gerbang Sumatera Utara” – Harapan PT PARISMA untuk Akses Langsung Bandara Kualanamu ke Samosir

Medan, NINNA.ID— Bayangkan Anda seorang wisatawan yang baru saja tiba di Bandara Internasional Kualanamu. Dengan ransel di punggung dan semangat menjelajahi Danau Toba yang memesona, Anda bertanya: “Bagaimana saya bisa langsung ke Samosir?”

Sayangnya, jawaban yang Anda terima seringkali berputar-putar: ganti kendaraan, naik ke Amplas dulu, lanjut ke Parapat, baru naik kapal ke Tomok atau Tigaraja.

Perjalanan menjadi melelahkan, menyita waktu, dan bagi sebagian, cukup membingungkan.

Inilah keresahan yang ingin dijawab oleh PT PARISMA JAYA TRANS, perusahaan transportasi lokal yang sejak awal berdiri membawa semangat menghubungkan siapa saja dengan keindahan Danau Toba, khususnya Pulau Samosir.

Mereka tidak hanya mengantar, tapi juga ingin menjemput – langsung dari bandara, tempat di mana langkah pertama para wisatawan dimulai.

“Kami hanya butuh satu ruang di Kualanamu,” ungkap Masta Sidabalok, pendiri PT PARISMA, penuh harap kepada NINNA pada Kamis 24 April 2025  di kediamannya di Jalan Surya, Kota Medan.

“Satu titik jemput yang layak, agar kami bisa menjemput tamu-tamu yang ingin ke Samosir tanpa harus melewati banyak moda.”

Permintaan sederhana ini disampaikan kepada Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, Bapak Agustinus Panjaitan, dan kepada jajaran manajemen PT Angkasa Pura Aviasi sebagai pengelola Bandara Kualanamu.

BERSPONSOR

Ia percaya, langkah kecil ini akan berdampak besar bagi pariwisata Danau Toba khususnya Samosir, yang selama ini terkendala pada satu hal krusial: akses.

Transportasi Murah, Langsung, dan Manusiawi

PT PARISMA bukan pemain baru. Mereka telah membuka rute dari Medan ke Parapat dan bahkan memaksimalkan jalur alternatif Medan–Tigaras–Simanindo, yang terbukti lebih cepat dan menyuguhkan panorama spektakuler.

Wisatawan bisa menempuh perjalanan dari Medan ke Samosir hanya dalam waktu 4,5 jam melalui jalur ini—jauh lebih singkat dibanding jalur konvensional.

- Advertisement -

Namun sayangnya, semua ini belum dimulai dari titik yang paling penting: Bandara Kualanamu.

Bagi wisatawan backpacker, mahasiswa, hingga pelancong dari luar negeri yang mengandalkan transportasi umum, ketiadaan akses langsung dari bandara menjadi hambatan utama.

Tidak semua wisatawan datang dengan rombongan tur atau layanan travel pribadi. Banyak dari mereka ingin menjelajah dengan bebas—dan itulah segmen yang ingin dilayani oleh PARISMA.

“Kalau kami bisa masuk ke Kualanamu, maka wisatawan cukup naik dari bandara dan bisa langsung ke pelabuhan Tigaras, lalu menyeberang ke Samosir. Satu kali perjalanan, tidak repot, tidak mahal,” tambah Masta.

TERKAIT  Viral Naruto 17 Desember, Kemungkinan Serial Berlanjut?
PT PARISMA JAYA
Masta Sidabalok, pendiri PT PARISMA JAYA TRANS, menyampaikan harapan besarnya kepada jurnalis NINNA agar suara pelaku transportasi lokal didengar demi kemajuan pariwisata Danau Toba.

Dampak Ekonomi dan Sosial yang Luas

Usulan ini bukan sekadar soal bisnis. Lebih dari itu, ini adalah upaya membuka gerbang rezeki bagi masyarakat desa-desa wisata di Samosir—mulai dari  Kecamatan Simanindo, Parbaba, Lumban Suhi-Suhi, Kecamatan Pangururan dan daerah lain di Kabupaten Samosir.

Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan melalui jalur langsung dari bandara, penginapan rakyat, warung makan lokal, hingga penjual oleh-oleh akan ikut bergeliat.

“Transportasi bukan cuma kendaraan. Ia adalah jembatan hidup. Ia yang mengantarkan tamu menjadi pengunjung, lalu menjadi pelanggan setia yang datang lagi membawa temannya,” kata Masta dengan mata berbinar.

Harapan kepada Pemerintah dan Pengelola Bandara

Ada empat hal yang diharapkan PARISMA:

  1. Pemberian izin dan ruang resmi untuk menjemput penumpang dari Kualanamu ke jalur Tigaras–Simanindo.
  2. Penambahan unit armada dengan dukungan pelatihan sopir pariwisata yang ramah dan profesional.
  3. Integrasi jadwal keberangkatan dengan jadwal kapal ferry Tigaras–Simanindo.
  4. Penyediaan informasi wisata di area bandara agar wisatawan mudah merencanakan perjalanan.

Dengan kerendahan dan keteguhan, Masta Sidabalok berniat menyampaikan surat resmi kepada Dinas Perhubungan Sumatera Utara dan PT Angkasa Pura Aviasi, berharap ada ruang bagi transportasi rakyat yang siap bersaing secara sehat dan melayani dengan hati.

“Kami bukan yang terbesar, tapi kami ingin jadi yang paling peduli,” tutupnya.

Dan di balik kalimat itu, tersimpan semangat lokal yang sedang mengetuk pintu: agar wisata Danau Toba benar-benar untuk semua, dimulai dari satu langkah yang lebih mudah di Kualanamu.

“Sebagai backpacker, akses langsung dari Kualanamu ke Samosir itu impian banget.”
– Vita, wisatawan asal Jakarta yang rutin keliling Nusantara dengan ransel di punggungnya.

“Saya sudah dua kali ke Danau Toba. Tapi yang bikin repot itu bukan jaraknya, melainkan transit-nya. Dari bandara harus naik kereta dulu ke Medan, lalu naik angkot ke terminal, cari bus ke Parapat, terus tunggu kapal. Total bisa lebih dari 8 jam cuma buat nyampe penginapan. Kalau ada Parisma langsung dari Kualanamu ke pelabuhan, itu bakal ngubah semuanya. Lebih hemat, lebih aman, dan jelas lebih ramah buat solo traveler kayak saya. Salut buat inisiatif ini, karena ini bukan cuma memudahkan, tapi juga bikin Sumut makin terbuka buat semua kalangan.”

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU