NINNA.ID-Jelang liburan Israj Mi’raj dan Imlek, air PDAM di Samosir mati. Banyak masyarakat dan wisatawan mengeluh. Pasalnya, air telah mati sejak Selasa 6 Februari hingga kini berita ini ditulis Kamis 8 Februari.
Pada Selasa 6 Februari, pegawai PDAM menyatakan penyebab air mati karena di sejumlah titik pipa air bocor di dekat Wisma Manihuruk. Kemudian air mati kembali pada Rabu dan Kamis.
Masyarakat mengeluh, apalagi mereka yang memiliki bisnis penginapan maupun bisnis yang ditunjang oleh ketersediaan air seperti rumah makan dan pertokoan.
Masyarakat yang tidak tahan lagi karena air tidak kunjung mengalir memilih pergi ke
Danau Toba untuk mencuci piring, pakaian ataupun mandi.
Sebagian lagi memilih untuk membeli air dari penyedia jasa pengantaran air.
Wisatawan Gerah
Di Desa Lumban Suhi-Suhi, di Homestay Jabu Sirulo misalnya, wisatawan yang menginap gerah karena aktivitas liburan mereka terganggu.
Mereka yang jauh-jauh datang ke Samosir untuk berlibur jadi merasa tidak nyaman karena mereka tidak bisa beraktivitas seperti mandi, mencuci tangan di kamar mandi.
Para pengelola penginapan atau homestay khawatir para tamu mereka tidak akan datang kembali untuk menginap kelak di Samosir karena melihat peristiwa air mati tersebut.
Bagi mereka masa liburan merupakan masa-masa penting untuk memberikan pelayanan terbaik agar wisatawan nyaman berlibur selama di Samosir.
Selain menjaga kenyamanan para wisatawan, tidak kalah penting bagi mereka yang tinggal di Samosir berharap tidak stres akibat air mati.
Air mati berhari-hari ini masuk dalam daftar bencana pariwisata di Samosir.
Bencana Pariwisata
Mengutip penjelasan dari United Nation World Tourism Organisation (UNWTO) ada bencana pariwisata dibedakan menjadi 3 kategori.
Kategori pertama ganguan rasa nyaman. Kategori kedua menimbulkan kerugian material. Kategori ketiga mengancam keselamatan.
Untuk ganguan rasa nyaman dibagi menjadi delapan variabel di antaranya: kebersihan dan interior angkutan penyeberangan dan angkutan umum, sapaan SDM transportasi, kebiasaan merokok, volume musik di angkutan umum, ketersediaan informasi pariwisata berupa jadwal dan lainnya, tata kelola parkir, ketersediaan, dan kunjungan resmi pemerintah.
Menimbulkan kerugian material juga dibagi ke dalam sembilan variabel di antaranya: sure time transportation, traffic jump (hajatan di pinggir jalan, pasar tumpah- pedagang mangga dan lain-lain), petroll – gasoline limited, tata parkir seperti parkir di bahu jalan dan lain-lain, tata saji dan informasi tentang rumah makan dan restoran, sistem booking hotel close price room, kualitas toilet, dan tourist information centre.
Mengancam keselamatan dibagi menjadi bencana alam yang terlalu sering dibagikan, pengaturan lalu lintas dan jalan raya, tata kelola permainan air, health rescue official, dan complain tourism information.
Penulis: Damayanti Sinaga