Jalan Tol Buatku Kian Dekat dengan Danau Toba yang Selalu Ku Rindukan

NINNA.ID-Tidak pernah bosan habiskan waktu menikmati liburan ke Danau Toba. Meskipun sudah berulang kali kemari, danau ini tetap menjadi destinasi favoritku. Bagaimana tidak? Gunung, hutan, flora, fauna dan lainnya, selalu menjadi hal yang menarik untuk dipandang.

Bukan hanya itu saja. Ada alasan penting lain mengapa Danau Toba, khususnya Samosir, menjadi tempat yang spesial bagiku. Itu karena masa kecilku ku habiskan di Samosir, Danau Toba.

Hidupku penuh dengan petualangan! Aku sering berjalan kaki sampai berpuluh kilometer untuk mencari padang rumput untuk kerbauku.

Suasana mendaki gunung dan bukit untuk menggembalakan kerbau bersama teman-teman masih terus terekam dalam pikiranku. Ku ingat tiap sore aku akan mandi di Danau Toba. Itu masa kecil paling bahagia dan manis untuk selalu ku kenang.

BERSPONSOR

Itu makanya selalu ada alasan untuk rindu ke Danau Toba.

Dulu, butuh waktu enam hingga tujuh jam perjalanan dari Medan ke Danau Toba dari jalan arteri. Sekarang, berkat adanya jalan tol, waktu tempuh perjalanan cukup empat jam saja dari Medan ke Parapat.

Kabar baiknya lagi, proyek jalan tol masih berlanjut. Jalur Tol ini akan dilanjutkan hingga menuju Parapat.

Ini luar biasa! Katanya, berkat jalur tol ini, wisatawan dapat menempuh waktu perjalanan dari Medan ke Danau Toba dalam waktu 2 jam!

BERSPONSOR

Kabarnya, pembangunan jalan tol ini ditugaskan kepada Hutama Karya selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama 2 (dua) BUMN lainnya yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (Jasa Marga) dan anak perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk., yaitu PT Waskita Toll Road (WTR).

Ketiganya membentuk Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yakni PT Hutama Marga Waskita (Hamawas) khusus untuk pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi – Parapat. Nilai investasi pada proyek ini mencapai Rp 13,45 Triliun.

Sementara untuk skema pendanaan dilakukan sharing modal antara Hutama Karya, Jasa Marga, dan Waskita Toll Road dengan persentase pendanaan masing-masing yaitu 94,08%, 2,96%, dan 2,96%.

Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro menyebutkan dalam pelaksanaan proyek Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat, Hutama Karya melalui Hamawas mengerjakan konstruksi pada seksi 1 sampai dengan seksi 4 termasuk junction Tebing Tinggi sepanjang 96,5 km, sedangkan seksi 5 sampai dengan seksi 6 merupakan dukungan konstruksi pemerintah atau Viability Gap Fund (VGF).

- Advertisement -

“Hingga saat ini, progres Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat yang kami kerjakan tanpa VGF memiliki persentase progres lahan sebesar 87,7% dan progres konstruksi sebesar 63,08%. Dalam pembangunannya, tol ini juga melibatkan perusahaan sub kontraktor/pengusaha lainnya, baik skala pengusaha nasional maupun pengusaha lokal. Keterlibatan pengusaha ini membantu Hutama Karya dalam menyelesaikan pencapaian target operasional jalan tol serta sebagai komitmen perusahaan untuk membuka lapangan pekerjaan di sekitar proyek tol,” kata Koentjoro sebagaimana dikutip di situs Hutama Karya dan Jasa Marga.

Lebih lanjut, Koentjoro menerangkan adanya jalan tol yang telah terhubung dari Medan sampai Parapat membuat perjalanan menuju Desitinasi Super Prioritas (DSP) Danau Toba hanya memakan waktu ±1,5 sampai 2 jam, yang sebelumnya dapat menghabiskan ±4 jam lewat jalur biasa atau jalan arteri.

“Nantinya jalan tol ini merupakan jalan alternatif, pilihan bagi masyarakat yang akan menuju Danau Toba. Tidak hanya akan memangkas waktu tempuh namun keberadaan tol ini juga diharapkan dapat mempermudah serta memperlancar arus lalu lintas barang (logistik) dari Medan ke Parapat, begitu pula sebaliknya,” jelas Koentjoro, Direktur Operasi III Hutama Karya.

Jalur Tol Trans Sumatera
infografik: Hutama Karya

Memang hingga kini—Maret 2023–jalur tol yang tembus dari Medan hingga ke Parapat masih belum terwujud. Namun, setidaknya saat ini, sudah ada begitu banyak kemajuan di kampung berkat adanya jalur tol ini.

Jalur tol terutama sangat berdampak terhadap pariwisata dan logistik. Tentunya ini berdampak signifikan terhadap ekonomi Sumatera Utara secara khusus.

Gerbang Tol Sinaksak bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera telah resmi dibuka Jumat 23 Desember 2022. Akan tetapi, hanya satu sisi atau jalur dari Siantar menuju Tebing. Sebaliknya, dari arah Tebing menuju Siantar masih harus menggunakan Jalan Nasional. (foto: Damayanti)

Sejak jalur tol Medan-Tebing rampung, pengguna jalan tol kian membludak. Kebanyakan pengguna jalur tol ini menuju Parapat-Danau Toba. Sudah pasti dengan imbas jalur tol ini adalah lonjakan kunjungan wisatawan ke Danau Toba!

Dampak terhadap Pariwisata
Arus wisatawan ke Danau Toba meningkat drastis sejak adanya jalan tol. Bahkan sekalipun masa pandemi arus wisawatawan membeludak, apalagi adanya kelonggaran perjalanan dari pemerintah.

Selama lebaran tahun 2022 misalnya, hanya di Samosir saja, jumlah mobil yang antri menuju Samosir membeludak.

Arus penumpang membeludak nyaris di tiap pelabuhan menuju Samosir. Ada yang beroperasi hampir 24 jam. Biasanya hanya 5 trip per hari, selama Lebaran ada pelabuhan yang mencatat 24 trip per hari.

Berdasarkan data yang dicatat oleh Dinas Perhubungan melalui 5 pintu masuk pelabuhan, total penumpang yang masuk ke Samosir selama 22 April 2022 hingga 8 Mei 2022 mencapai 51.526 penumpang.

Itu artinya selama periode tersebut rata-rata penumpang yang masuk ke Samosir mencapai 3.031 orang per hari.

TERKAIT  Ringkasan Tematik Sosial Ekonomi Sumatera Utara

Total kendaraan roda 4 yang masuk ke Samosir selama 17 hari tersebut mencapai 9.729 unit. Itu artinya rata-rata kendaraan roda 4 yang masuk mencapai 576 unit tiap hari.

Selama puncak Lebaran, Rabu 4 Mei, jumlah kendaraan di TukTuk membludak. Salah seorang warga yang mengamati berkomentar TukTuk sudah seperti Jakarta Kota Metropolitan karena hampir tidak ada ruang bagi para pejalan kaki untuk lewat.

Mobil-mobil berjejer mulai dari pintu masuk TukTuk Siadong hingga ke bagian paling ujung Tuktuk Siadong dan bahkan tembus ke Pelabuhan Ambarita. Itu masih hanya yang menuju ke Samosir, belum lagi jika didata yang menuju ke Simalungun, Toba, Tapanuli Utara, dan lainnya menggunakan Tol Medan-Tebing Tinggi.

Dampak terhadap Logistik
Selain berdampak terhadap pariwisata, jalan tol Medan ke Danau Toba juga sangat berdampak terhadap logistik. Saat ini biaya logistik di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Pada 2016, berdasarkan data World Bank, Indonesia menempati peringkat ke-63 dalam Logistics Performance Index (LPI). Pada 2014 menempati peringkat ke-53.

Indonesia bahkan berada di bawah negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia yang berada di peringkat ke-32 dan Singapura yang berada di peringkat ke-5.

Adanya tol yang menghubungkan Medan ke Danau Toba tidak hanya akan berdampak signifikan terhadap arus wisatawan, terlebih lagi terhadap perputaran arus barang. Kelancaran arus distribusi barang tentu sangat berdampak terhadap biaya logistik.

Apalagi Danau Toba yang dikelilingi oleh delapan kabupaten yakni Simalungun, Samosir, Toba, Karo, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi dan Pakpak Barat–merupakan sentra penghasil pertanian.

Mulai dari bumbu dapur hingga ikan jahir atau nila dan berbagai produk khas lainnya.

Simalungun, Samosir, Toba, dan Tapanuli Utara merupakan daerah yang lebih dekat jika diakses melalui jalur tol Medan-Tebing Tinggi-Parapat.

Selama ini, hasil bumi dari keempat kabupaten ini selalu didistribusikan ke pusat-pusat pasar di Kota Medan dan sekitarnya.

Adanya jalur tol memudahkan para petani dan pedagang untuk menjual hasil bumi dari sana.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 tumbuh sebesar 4,73 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang tumbuh sebesar 2,61 persen.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 12,69 persen.

Fakta ini menunjukkan kelancaran distribusi barang berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Jalur tol tidak hanya berdampak terhadap pariwisata dan logistik, tapi ke ekonomi Indonesia secara khusus ke Sumatera Utara.

Sebenarnya, sebuah laporan WTO menyatakan, ”Pariwisata internasional merupakan penghasil devisa terbesar dunia dan merupakan faktor penting dalam neraca pembayaran di banyak negara.

Penerimaan devisa dari pariwisata internasional mencapai 423 miliar dolar AS pada tahun 1996, mengungguli ekspor produk minyak tanah, kendaraan bermotor, peralatan telekomunikasi, tekstil maupun barang atau jasa lainnya”.

Laporan yang sama menyatakan, ”Pariwisata adalah industri yang paling berkembang pesat di dunia,” dan industri itu menyumbang hingga ”10 persen Produk Domestik Bruto dunia”.

Target Jalan Tol

Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro menyampaikan dalam pelaksanaan proyek Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat, Hutama Karya melalui Hamawas mengerjakan konstruksi pada seksi 1 sampai dengan seksi 4 termasuk junction Tebing Tinggi sepanjang 96,5 km, sedangkan seksi 5 sampai dengan seksi 6 merupakan dukungan konstruksi pemerintah atau Viability Gap Fund (VGF).

“Hingga saat ini, progres Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat yang kami kerjakan tanpa VGF memiliki persentase progres lahan sebesar 87,7% dan progres konstruksi sebesar 63,08%,” ujar Koentjoro sebagaimana yang dikutip dari website Hutama Karya.

Keistimewaan lainnya dari Jalan Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat ini adalah lokasinya yang terbilang strategis. Tidak seperti ruas JTTS lainnya yang hanya berada di salah satu koridor utama (backbone) atau pendukung (feeder), lokasi tol ini terbagi ke dalam dua koridor tersebut.

Pertama, ruas Tebing Tinggi – Inderapura – Kuala Tanjung yang merupakan koridor konektivitas backbone JTTS.

Kedua yakni Ruas Tebing Tinggi–Parapat yang merupakan koridor konektivitas regional Sumatera Utara untuk menuju Danau Toba dan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan internasional strategis yang masuk ke dalam jalur maritim perdagangan dunia.

Sebagai informasi, jalan tol ini terdiri dari 6 (enam) seksi yakni seksi 1 Tebing Tinggi- Indrapura (20,4 KM), seksi 2 Indrapura-Kuala Tanjung (18,05 KM), seksi 3 Tebing Tinggi- Serbelawan (30 KM), seksi 4 Serbelawan-Pematang Siantar (28 KM), seksi 5 Pematang Siantar-Seribudolok (22,3 KM) dan seksi 6 Seribudolok-Parapat (16,7 KM) serta terdapat Junction Tebing Tinggi sepanjang (7,9 KM).

Keberadaan tol ini diharapkan mampu menumbuhkan sentral-sentral ekonomi baru, khususnya di sekitar akses ruas jalan tol, memajukan UMKM yang berada di daerah sekitar, serta meningkatkan potensi pariwisata Danau Toba.

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU