NINNA.ID – Memasuki bulan ini, istilah April Mop kembali menjadi trending di Google, terutama perihal sejarah atau asal mula tradisi ini.
Seperti diketahui, April Mop adalah sebuah tradisi yang dilakukan pada tanggal 1 April di berbagai negara di seluruh dunia.
Pada hari tersebut, orang akan melakukan lelucon atau kebohongan untuk menjebak teman atau keluarga mereka.
Namun, sejarah di balik tradisi April Mop ini masih menjadi misteri dan ada berbagai teori yang berbeda tentang asal-usulnya.
Salah satu teori mengatakan bahwa April Mop berasal dari perubahan kalender pada abad ke-16.
Pada saat itu, banyak negara yang mengikuti kalender Julian dan merayakan tahun baru pada tanggal 1 April.
Namun, pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian yang baru dan menetapkan 1 Januari sebagai hari tahun baru.
Namun, beberapa orang tidak menerima perubahan tersebut dan tetap merayakan tahun baru pada tanggal lama, yaitu 1 April.
Orang-orang yang tetap merayakan tanggal lama kemudian dianggap sebagai orang yang tidak mengikuti arus dan menjadi sasaran lelucon.
Teori lain mengatakan bahwa April Mop berasal dari legenda kuno tentang seorang raja yang diberi minuman ajaib yang membuatnya berubah menjadi anak kecil pada tanggal 1 April.
Orang-orang kemudian mempermainkannya dengan memberinya hadiah palsu dan mengajaknya ke tempat-tempat yang tidak wajar.
Di Indonesia, tradisi April Mop juga dikenal sebagai Hari Boedoet atau Hari Belacan. Asal-usulnya tidak jelas, namun konon berasal dari legenda tentang seorang perempuan yang menolak lamaran seorang pria yang kemudian membuat lelucon kepadanya dengan memberinya makanan yang di dalamnya terdapat belacan.
Sejak itu, tanggal 1 April menjadi hari di mana orang melakukan lelucon dengan cara memberikan makanan atau minuman yang aneh atau penuh dengan bahan-bahan yang tidak terduga.
Namun, meskipun tradisi April Mop dianggap sebagai hal yang menyenangkan, penting untuk diingat bahwa lelucon dan kebohongan yang menyakiti orang lain tidak diperbolehkan.
Orang harus tetap menghargai dan menghormati orang lain serta memastikan bahwa lelucon yang dilakukan tidak menyebabkan ketidaknyamanan atau kerugian bagi orang lain.