SAMOSIR – Situs Budaya Museum Huta Bolon Simanindo menjadi salah satu spot wisata yang seakan wajib disinggahi para traveler begitu menginjakkan kaki di Pelabuhan Simanindo Samosir. Jaraknya hanya 200 meter dari pelabuhan itu.

Museum Hutabolon Simanindo dikelola oleh Yayasan Hutabolon Simanindo sedangkan pada lokasi yang sama terdapat rumah kaca yang dimiliki dan dikelola oleh Tiolina Perawaty Sinambela.
Dua dimensi yang berbeda pada satu kunjungan wisata menghadirkan suasana unik yang menarik. Satu sisi kita seolah kembali halaman nenek moyang, satu sisi lagi merasa dalam cengkraman kekuasaan penjajah.
Singgasana para penjajah di tanah Batak, begitu kesan yang ditangkap ninnA.id menggambarkan suasana di sana.
Sebelum masa pandemi, Museum Huta Bolon Simanindo selalu menampilkan atraksi Tortor Batak. Biasanya para traveler akan diajak dan larut manortor berama dengan masyarakat yang umumnya berlatarbelakang petani .
Di masa pandemi, atraksi tortor serupa masih dapat dinikmati dalam bentuk kelompok dengan memesan terlebih dahulu kepada pengelola, agar diatur sedemikian rupa sesuai standart protokol kesehatan.
Keindahan dan kekayaan karya Hutabolon dengan bentuk Ruma Bolon (sebutan rumah Batak), berupa ukiran gorga, karya arsitek zaman dahulu dan barang-barang peninggalan nenek moyang terasa dan terlihat setelah memasuki museum ruma bolon. Di sana, waktu seolah berbalik membawa pada kehidupan jauh di masa lampau.
Dengan mengenakan ulos yang biasanya disematkan kepada para traveler, kita seakan menjadi bagian masa lalu, jauh di belakang kita. Senyuman seniman Huta Bolon yang ada di sana juga seolah mentransfer energi yang besar. Tanpa tersadar ketukan kaki dan hentakan jari seirama pukulan taganing yang kita saksikan, seperti mengalirkan energi asing yang kuat. Banyak traveler mengaku, tiba-tiba bisa manortor, mengikuti irama musik yang dimainkan.

Suasana penuh energy asing ini, terlihat juga dalam film “The Heart of Toba”, produksi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. Beberapa bagian dalam film tersebut diproduksi di Museum Huta Bolon. Dan dalam film tersebut , Tiolina ikut serta beradu akting dengan talent mancanegara yang terlibat.
Rumah Kaca
Persis bersebelahan dengan Huta Bolon, terdapat rumah kaca dengan pengelola keluarga yang sama. Nuansanya sangat berbeda dengan rumah bolon, yang mampu menerbangkan angan ke masa kehidupan nenek moyang. Rumah kaca seolah membawa kemegahan orang terkemuka dengan design bangunan arsitek Belanda.

Sebuah rumah tua dengan Colonial Style ini, pernah dikunjungi Duta Besar Belanda Lambert Grijins, pada Jumat, 24 Januari 2020 yang silam. Kolonial style terlihat dari bentuk bangunan yang memang berbeda dengan design rumah orang Batak pada umumnya. Baik eksterior dan interior rumah kaca ini, seakan membawa kembali keangkuhan kolonial sedang berkuasa di tanah Batak.
Bagi pasangan yang akan menikah, tempat ini juga menjadi pilihan yang sangat lengkap dengan spot-spot yang memanjakan mata. Nuansa rumah Batak dengan ornamen Ruma Bolon dan gorga yang mewakili Batak, berpadu dengan rumah kaca kolonial style, menjadikan pemotretan dengan latar belakang Pulau Tao di Danau Toba semakin eksotik.
Tentukan liburanmu dan bersiaplah dihujani senyuman manis Tiolina Perawaty Sinambela dan sudut-sudut terindah yang pernah Bro and Sista ninnA.id saksikan.
Penulis : Febe
Editor : Mahadi Sitanggang