SIMALUNGUN – Bambu bukan sekadar tumbuhan semak atau hutan. Di tangan yang tepat, bambu dapat menjadi benda bermanfaat dan bernilai ekonomi, seperti keranjang bambu.
Salah satu daerah yang dihuni para pengrajin bambu ada di Sirpang Sigodang, Kecamatan Panei Tongah, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini sudah lama dikenal sebagai penghasil kerajinan bambu berupa keranjang.
Lokasi Sirpang Sigodang hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit dari Kota Pematang Siantar. Tepat berada di jalan Lintas Raya-Siantar. Dari Raya sebagai pusat Ibu Kota Simalungun, hanya membutuhkan waktu 10 menit saja.
Seorang keluarga pengrajin bambu, Rini Purba, kepada ninna mengatakan tidak tahu pasti sejak kapan mulai muncul para pengrajin bambu di sana. Hanya saja dia mengatakan, sejak kecil sudah mengetahui keluarganya banyak yang jadi pengrajin bambu.
Di Sirpang Sigodang Simalungun ini, pekerjaan membuat keranjang dari bambu itu dikenal dengan sebutan “Mambayu Karanjang”. Mambayu karanjang dapat diartikan menganyam keranjang.
Pekerjaan sebagai pembuat keranjang bambu ini, kata Rini, sangat membantu perekonomian masyarakat Sirpang Sigodang.
Dari hasil mengayam keranjang bambu itu, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga, biaya pendidikan dan tabungan masa depan.
Satu unit keranjang bambu, dapat dijual dengan harga Rp 8.000 – Rp 10.000. Pembeli keranjang dari Sirpang Sigodang berasal dari Raya (Simalungun), Tiga Runggu (Simalungun) dan Merek Situnggaling (Karo).
Harga keranjang akan mengalami kenaikan, seiring dengan naiknya harga jeruk. Keranjang bambu digunakan oleh toke-toke jeruk sebagai tempat jeruk. Satu keranjang bambu mampu memuat 50-60 kg jeruk.
Saat mengalami kenaikan harga, keranjang dapat dihargai di atas Rp 10.000 per keranjang.
Di Sirpang Sigodang, untuk membuat keranjang bambu dapat dilakukan siapa saja, tidak dibatasi gender dan usia. Di sini, para pengrajin terdiri dari anak-anak, remaja dan orang dewasa.
Biasanya, sorang dewasa, apakah dia laki-laki atau perempuan mampu membuat keranjang bambu sekitar 40 keranjang dalam satu hari. Ada juga yang mampu mampu membuat 50-60 keranjang dalam satu hari, jika dia “manggasak”. Istilah di sana yang berarti dipercepat.
Untuk anak-anak usia sekolah di daerah itu, juga terlibat sebagai pengrajin bambu. Hanya saja, mereka biasanya cukup membuat bagian alas keranjang saja.
Kegiatan membuat alas keranjang ini dilakukan saat pulang sekolah bagi mereka yang masih bersekolah. Jika libur sekolah, anak-anak dan remaja dapat membuat alas keranjang sejak pagi hari.
Dari alas yang telah disiapkan anak-anak ini, dilanjutkan oleh orang dewasa, dianyam menjadi keranjang utuh. Siap untuk dijual.
Walau bekerja membantu orang tua atau keluarganya, tetap saja anak-anak usia sekolah ini mendapatkan jasa berupa upah. Biasanya mereka menerima upah di hari Sabtu atau Minggu.
Hasilnya lumayan untuk uang saku dan juga untuk mengajarkan mereka menabung. Pendapatan mereka dari membuat alas keranjang itu bisa sampai Rp 200.000 per minggu. Sedangkan untuk orang dewasa, bisa menghasilkan Rp 300.000 per minggu.
Sekarang ini, kata Rini Purba, bahan untuk membuat keranjang bambu semakin sulit didapatkan dari sekitar Sirpang Sigodang. Terakhir ini, sudah terbiasa pengrajin di Sirpang Sigodang mendatangkan bambu dari daerah lain.
Penulis : Danri Saragih
Editor  : Mahadi Sitanggang