NINNA.ID-Industri makanan, pakaian jadi, tekstil merupakan industri paling banyak menyerap tenaga kerja.
Data indikator yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik dan Publikasi Statistik yang dikutip, menunjukkan industri makanan menyerap 989.066 tenaga kerja, industri pakaian jadi 695.920 tenaga kerja, industri tekstil 519.299 tenaga kerja, industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 444.256 tenaga kerja, industri karet, barang dari karet dan plastik 440.403 tenaga kerja, industri pengolahan tembakau 287.889 tenaga kerja, industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 257.067 tenaga kerja, industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya 243.589 tenaga kerja, dan industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 242.461 tenaga kerja.

Sejalan dengan hal tersebut, jumlah perusahaan terbanyak di Indonesia juga industri makanan, industri karet, barang dari karet dan plastik, dan industri pakaian jadi. Untuk industri makanan terdapat 6.677 industri, industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik terdapat 2.518, industri pakaian jadi 2.146, Industri Tekstil 2.113, Industri Barang Galian Bukan Logam 1.677, Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 1.628, Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 1.508, Industri Furnitur 1.390 dan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya 1.207.
Kinerja Industri Manufaktur Berskala Menengah 2021
Pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2021 lebih baik daripada triwulan sebelumnya, namun masih mengalami kontraksi sebesar 0,74 persen (y-on-y) dan 0,96 persen (q-to-q). Sejalan dengan perekonomian di Indonesia, pertumbuhan industri manufaktur skala menengah dan besar juga mengalami kontraksi sebesar 4,88 persen (y-on-y), secara kuartalan mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,57 persen (q-to-q).
Hal tersebut menunjukkan bahwa perbaikan perekonomian di Indonesia terus berlanjut, didorong oleh kinerja sektor lainnya yang semakin meningkat serta adanya stimulus fiskal dalam bentuk belanja barang, belanja modal dan bantuan sosial. Stimulus pemerintah melalui kerangka pemulihan ekonomi yang terpusat pada tiga pilar antara lain: intervensi kesehatan, kesinambungan bisnis, reformasi struktural telah menunjukkan adanya akselerasi ekonomi.
Hal ini tercermin pada pertumbuhan ekonomi triwulan II tahun 2021 yang berada pada fase ekspansi. Produk Domestik Bruto Indonesia sebesar 7,07 persen (y-on-y) dan 3,31 persen (q-to-q). Indikator lain yang menunjukkan percepatan pemulihan ekonomi adalah pertumbuhan industri manufaktur skala menengah dan besar dengan pertumbuhan sebesar 22,18 persen (y-on-y). Hal yang sama terjadi pada pertumbuhan kuartalan, pertumbuhan triwulan II 2021 dibanding triwulan I 2021 mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,36 persen (q-to-q).
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia pada triwulan III tahun 2021 sebesar 3,51 persen (y-on-y) dan 1,55 persen (q-to-q). Akselerasi ekonomi di Indonesia pada triwulan III tahun 2021 jika dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya mengalami sedikit perlambatan. Hal tersebut akibat terjadi puncak pandemi covid gelombang pertama yang merata hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Pembatasan mobilitas mengakibatkan permintaan domestik tumbuh melambat. Penopang utama dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia berasal dari kinerja ekspor akibat tingginya permintaan dari mitra dagang utama.
Upaya pemerintah di Indonesia untuk mengatasi pandemi yaitu dengan memperluas cakupan vaksinasi diiringi dengan tetap menerapkan tertib protokol kesehatan. Stimulus pemerintah melalui kerangka pemulihan ekonomi juga terus berlanjut, antara lain melalui intervensi kesehatan, kesinambungan bisnis, reformasi struktural.
Pemulihan ekonomi di Indonesia juga ditunjukkan oleh indikator pertumbuhan industri manufaktur skala menengah dan besar sebesar 10,14 persen (y-on-y). Jika dibandingkan dengan triwulan II 2021, pertumbuhan secara kuartalan mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,65 persen (q-to-q). Capaian ini merupakan akibat dari pulihnya perekonomian secara global. Hingga akhir tahun 2021, momentum pemulihan ekonomi nasional terus berlanjut.
Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang mampu tumbuh sebesar 5,02 persen (y-on-y) dan 1,06 persen (q-to-q). Jika dibandingkan dengan tahun 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi masing-masing sebesar 2,19 persen (y-on-y) dan 0,42 persen (q-to-q). Kasus Covid-19 di Indonesia mengalami tren penurunan meskipun perkembangan pandemi Covid-19 global fluktuatif.
Pemulihan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keberhasilan dalam mengendalikan pandemi dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat untuk selalu mentaati protokol kesehatan serta perluasan cakupan vaksinasi. Faktor lain yang tidak kalah penting yaitu kebijakan stimulus fiskal secara efektif oleh pemerintah. Indikator lain yang menunjukkan percepatan pemulihan ekonomi adalah pertumbuhan industri manufaktur triwulan IV tahun 2021 sebesar 6,05 persen (y-on-y) dan 1,35 persen (q-to-q).