HUMBAHAS – Pada hari pekan, di onan Doloksanggul, ikan Iblis merah mudah ditemukan. Seperti kali ini, saat saya mengelilingi pekan (6 April 2023). Hampir semua penjual ikan tawar menjual ikan Iblis merah. Diletakkan begitu saja di atas terpal plastik tipis. Tampak seolah tak berharga.
Iseng-iseng saya bertanya. Saya pikir, ikan ini untuk pakan ternak. Entah itu bebek. Mungkin babi. Atau lainnya. Penjualnya bermarga Purba. “Berapa tulang, ikan ini?”.
Tampaknya, ia kurang mendengar suara saya. Atau, antre untuk mendapat jawab. Banyak pembeli.
“Dua puluh ribu,” kata penjual itu. Saya terkesiap. “Ikan mujahir ini?” Ikan mujahirnya gemuk-gemuk. Berenang ke sana kemari. “Hanya 35 ribu saja,” sahutnya lagi.
Ada yang lebih mahal. Ikan mas tentu saja. Saya berjalan lagi. Bertanya-tanya tentang ikan di atas terpal plastik.
Ikan hina yang mati lemas. Digunting sisip dan siripnya. Harganya tetap di semua penjual: dua puluh ribu.
“Sudah harga sore itu ito,” kata Boru Simamora. Ada Boru Sianturi yang mau beli. Fokus beli ikan iblis merah. Dia borong 5 kilo sekaligus. Dikasih bonus sedikit.
“Banyak sekali nantulang,” tanyaku. Saya curiga, ikan itu untuk ternak. Mungkin anjingnya. “Suka anakku ikan ini. Enak katanya!”.
Saya belum pernah memakan. Belum selera. Belum juga mau mencoba. Tetapi, penasaran untuk bertanya-tanya. Maka, aku bertanya lagi.
“Nantulang sendiri suka ikan ini?” “Oh, sangat,” jawabnya. Dia lalu bercerita. Ikan itu memang enak. Apalagi kalau digoreng. “Tapi, enak kalau dimakan panas-panas. Jadi, sebaiknya dimasak tepat pas mau makan,” kata Boru Sianturi itu. Saya penasaran rasanya.
Tetapi, tetap saja berhenti di penasaran. Belum berniat untuk membeli. Bukan karena ikan itu murahan. Ada kok yang lebih murah dulunya. Kita kenal namanya pora-pora. Harganya paling mahal lima ribu. Sering cuma dua ribu. Tetapi, saya sering memakannya.
Lagipula, ikan Iblis merah ini menurut saya mahal. Malah sangat mahal. Dibandingkan dengan ikan mujahir. Memang, mujahir seharga 35 ribu. Itu kalau hidup. Kalau mati beda lagi. Kadang malah tak laku. Tetapi, ikan mujahir dipelihara. Biayanya mahal.
Dimulai dari beli bibit. Membuat tambaknya. Beli pelet. Berkali-kali. Merawat sampai besar. Menangkap hidup-hidup. Membungkusnya dalam plastik besar. Supaya tetap hidup. Sesampai di pekan, harganya cuma tiga puluh lima ribu. Sungguh sangat murah.
Beda dengan Iblis merah. Tanpa modal. Ikannya berlimpah. Tak perlu dibawa hidup. Harganya dua puluh ribu. Tidak memakan tempat. Letakkan di terpal plastik, orang akan membeli. Semoga banyak pembelinya. Supaya ikan ini tak mengganggu ekosistem Toba lagi.
Penulis : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor : Mahadi Sitanggang