Samosir, NINNA.ID-Pulau Samosir, destinasi wisata eksotis di tengah Danau Toba, semakin menunjukkan perkembangan positif dalam sektor pariwisata. Salah satu langkah maju yang diapresiasi wisatawan adalah kemudahan pembayaran melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Tren ini tak hanya terlihat di hotel-hotel besar, tetapi juga pada homestay-homestay yang dikelola masyarakat lokal.
Salah satu homestay yang telah mengadopsi pembayaran digital ini adalah Homestay Jabu SiRulo. Pemiliknya, Rudiman Sihaloho, berbagi cerita tentang pengalamannya dalam menerapkan QRIS di tempatnya. Ia mengungkapkan bahwa bantuan dari petugas BRI Kantor Unit Pangururan sangat berperan penting.

“Petugas BRI membantu kami membuat QRIS sehingga tamu yang datang bisa lebih mudah melakukan pembayaran. Ini menjadi solusi modern yang sangat membantu, terutama untuk wisatawan yang lebih nyaman dengan transaksi non-tunai,” ujarnya.
Keberadaan QRIS di Homestay Jabu SiRulo tidak hanya mempermudah pembayaran, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menikmati pengalaman menginap di Pulau Samosir.
Salah seorang wisatawan, Dame Maria Manurung, mengungkapkan kekagumannya terhadap kemajuan teknologi di kawasan ini.
“Samosir sekarang jauh lebih maju. Saya bisa sampai ke Homestay Jabu SiRulo dengan bantuan Google Maps. Saat membayar, saya juga cukup scan QRIS saja. Ini sangat memudahkan perjalanan saya,” kata Dame saat dijumpai NINNA pada saat lagi berlibur ke Samosir pada Minggu 26 Januari 2025.
Homestay Jabu SiRulo sendiri juga memiliki fasilitas pantai pribadi, yang dikenal sebagai Pantai Jabu SiRulo. Dengan keindahan panorama alamnya, wisatawan dapat menikmati suasana tenang di tepi Danau Toba.

Sistem pembayaran QRIS juga berlaku di area pantai ini, sehingga setiap transaksi menjadi lebih praktis dan efisien.
Rudiman Sihalolo menyatakan siap menerima wisatawan dengan sistem pembayaran yang semakin modern. Pemanfaatan QRIS tidak hanya mendukung kenyamanan wisatawan, tetapi juga mendorong para pelaku usaha lokal untuk lebih melek teknologi.
Kepala Bank Indonesia Kantor Wilayah Kerja Sibolga, Yuda Rizkianto, menambahkan bahwa digitalisasi sangat diperlukan guna mendukung pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Danau Toba.
“Secara umum, Bank Indonesia memandang bahwa digitalisasi sangat diperlukan guna mendukung pengembangan DPSP Danau Toba,” jelas Yuda.
Berdasarkan hasil asesmen data terkini, BI Sibolga menilai penetrasi digital di masyarakat kabupaten/kota sekitar Kawasan Danau Toba berangsur menguat.
Hal ini terlihat dari data jumlah merchant QRIS hingga pada Mei 2024 yang rata-rata meningkat hingga 34,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, volume transaksi QRIS juga meningkat secara signifikan terutama di daerah destinasi utama seperti Samosir, yakni masing-masing sebesar 305 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa akseptasi serta literasi digital di Kawasan Pariwisata Danau Toba mulai tumbuh.
Lebih lanjut, Yuda Rizkianto menjelaskan tantangan utama dalam akselerasi digitalisasi.
Akses internet dan literasi masyarakat menjadi tantangan utama bagi pengembangan pariwisata digital di kawasan Danau Toba.
Masih cukup banyak daerah, terutama desa wisata, belum mampu memaksimalkan platform digital seperti Traveloka, Klook, dan Tiket.com karena keterbatasan akses internet dan kurangnya literasi digital, baik di kalangan masyarakat maupun pelaku usaha wisata.
Selain itu, inklusi dan literasi keuangan juga menjadi persoalan penting. Masih ada pelaku usaha pariwisata yang belum memahami produk keuangan digital dari perbankan, bahkan sebagian belum memiliki rekening.
Untuk mengatasi hal ini, Yuda menandaskan kolaborasi dengan pemerintah daerah, OJK, dan perbankan sangat diperlukan, salah satunya melalui perluasan program Laku Pandai di kawasan strategis pariwisata.
Dalam rangka mendorong promosi digital, kami bersama pemerintah daerah menginisiasi program Onboarding Paket Wisata. Program ini bertujuan membantu pelaku usaha wisata di Danau Toba menjual produk dan layanan mereka di platform digital terkemuka.
Ekonom Sumut, Benjamin Gunawan, juga memberikan pandangannya terkait peran strategis BRI dalam mendorong inklusi keuangan.
“BRI punya posisi strategis dalam mendorong terciptanya inklusi keuangan di tengah masyarakat, mengingat layanan BRI juga menjangkau masyarakat di daerah pedalaman. Tentunya, BRI memiliki peluang besar dalam mendorong akses keuangan digital yang lebih inklusif di daerah pedesaan atau bahkan daerah terpencil,” ujarnya.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan inklusi keuangan di wilayah pedesaan.
“Masyarakat di pedesaan atau wilayah terpencil sejauh ini memiliki keterbatasan infrastruktur dalam mengakses layanan digital itu sendiri. Jadi tantangan BRI ada di situ. BRI merupakan lembaga keuangan yang memiliki layanan keuangan formal, yang semestinya bisa diakses semua lapisan masyarakat. Sementara ketersediaan infrastruktur digital justru diselenggarakan oleh perusahaan jasa telekomunikasi. Jadi kebutuhan ini harus saling melengkapi terlebih dahulu antara BRI dan perusahaan penyedia jasa telekomunikasi,” jelasnya.
Menurut Benjamin, edukasi dan sosialisasi juga menjadi kunci penting dalam menciptakan inklusi keuangan.
“Jika edukasi dan sosialisasi dilakukan, dan kualitas SDM masyarakat dalam penggunaan layanan keuangan formal mumpuni, namun tanpa ketersediaan infrastruktur, maka semuanya akan menjadi sia-sia. Kehadiran BRI di dalam suatu wilayah tertentu memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia, khususnya dalam mendorong terciptanya inklusi keuangan,” tambahnya.
Lebih jauh, Benjamin menekankan bahwa kehadiran lembaga keuangan seperti BRI bukan hanya mendorong ekonomi masyarakat melalui fungsi intermediasinya saja.
“Kehadiran lembaga keuangan atau perbankan di suatu daerah akan lebih efektif menciptakan pemahaman ekonomi digital di tengah masyarakat, dibandingkan jika hanya mengandalkan dunia pendidikan formal atau iklan tentang ekonomi digital itu sendiri,” pungkasnya.
Langkah adopsi QRIS ini merupakan bagian dari upaya transformasi digital yang dilakukan berbagai pihak, termasuk BRI, untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisata di Samosir.
Selain memudahkan wisatawan domestik, sistem ini juga memberikan kemudahan bagi wisatawan mancanegara yang tidak terbiasa membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Dengan adanya fasilitas ini, Samosir semakin menunjukkan potensinya sebagai destinasi wisata modern tanpa menghilangkan keasrian dan kearifan lokalnya.
Bagi Anda yang berencana mengunjungi Pulau Samosir, jangan ragu untuk merasakan pengalaman digital di tengah keindahan alam Danau Toba.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga