SAMOSIR – Bro dan sista sudah pasti hobi traveling apalagi traveling di Samosir. Sejumlah riset mengatakan pemandu wisata atau guide berperan besar dalam mempromosikan destinasi wisata. Tentu bro dan sista ninnA setuju akan hal ini.
Seorang guide berperan besar dalam mempromosikan, memperlakukan tamu-tamu dengan baik sehingga kelak tamu-tamu akan rindu untuk kembali berwisata.
Kali ini kita akan berkenalan dengan seorang guide yang berpengalaman di Samosir. Bukan hanya terampil berbicara tapi pria ini juga memiliki banyak keterampilan yang mendukungnya menjadi seorang guide yang terampil.
Siapakah dia? ninnA senang berbagi cerita dengan Daniel L Manik, anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Samosir.
Ninna : Sejak kapan Bapak meniti karier sebagai pemandu wisata?
Daniel : Tahun 2015 saya bergabung dengan HPI Samosir.
Jadi Guide Hingga Buka Restauran di Samosir
Apa yang mendorong Bapak memfokuskan diri sebagai pemandu wisata?
Saya memfokuskan diri sebagai pemandu wisata karena saya punya hobi traveling. Namun karena keterbatasan dana saya belum bisa melakukannya sendiri. Nah, dengan menjadi pemandu wisata hobi itu terkabulkan.
Apa saja keuntungan atau manfaat yang Bapak rasakan menjadi pemandu wisata?
Manfaat yang saya rasakan, saya bisa tahu banyak tempat wisata, jenis kuliner nusantara. Bisa berkenalan dengan banyak orang dari seluruh penjuru dunia. Saya juga punya kesempatan untuk mengembangkan usaha kuliner dengan mengarahkan tamu-tamu yang saya bawa untuk makan di Samuel Restaurant.
Apa saja hal-hal sulit yang Bapak temukan selama ini saat memandu tamu, khususnya memandu tamu asing
Ada beberapa hal sulit yang saya alami. Pertama masalah kebersihan. Saya sering terjebak ketika tamu bertanya kenapa dimana-mana banyak sampah berserakan. Apakah orang Indonesia suka menghambur-hamburkan kan sampah seperti ini? Nah, pertanyaan seperti ini buat saya kelabakan mau jawab apa.
Kedua, masih banyak pemilik objek wisata, pengelola restaurant, pemilik toko souvenir yang belum paham dan belum kenal apa sebenarnya itu pramuwisata atau pemandu wisata. Banyak orang pikir kita hanya sebagai penunjuk-menunjuk jalan buat para tourist.
Ketiga masalah kuliner. Saat city tour kadang kita kewalahan mengarahkan tamu untuk makan dimana sesuai dengan permintaan mereka. Paling mencolok di Samosir sangat sulit untuk mencari makanan buat suku Tionghoa atau Chinese. Saya bahkan pernah harus membawa tamu dari negara Hongkong ke Siantar hanya untuk makan siang saking rindunya mereka untuk memakan makanan khas negara mereka.
Keterampilan apa yang menurut Bapak sangat diperlukan untuk bisa survive menjadi guide?
Supaya survive sebagai guide perlu terampil berbicara, mental harus siap karena karakter tamu berbeda-beda, mengetahui story telling tempat-tempat wisata yang dituju, mampu bercerita lebih dari 1 jam. Ini biasanya saat kita city tour atau overland misalnya dari Parapat menuju Bukit Tinggi, mampu menguasai salah satu jenis musik yang bisa menghibur tamu, dan mampu membuat lelucon.
Selama dua tahun akibat Pandemi Corona tamu sepi, bisakah Bapak ceritakan apa yang Bapak lakukan untuk mengisi waktu?
Selama Pandemi Corona lebih dari 2 tahun saya beralih profesi. Menjadi petani amatiran dan kadang bekerja sebagai tenaga upah harian. Misalnya dengan membantu kerja bangunan.
Menurut Bapak, di era yang serba digital ini apakah karier sebagai Guide masih punya prospek yang cerah ataukah profesi ini akan mungkin digantikan dengan peralatan serba canggih seperti HP?
Menurut saya jasa seorang pemandu wisata memang akan berkurang seiring dengan kemajuan teknologi. Akan tetapi, sebagian tamu pasti lebih yakin perjalanannya akan lebih berkesan jika didampingi seorang guide. Apalagi untuk wisata minat khusus seperti trekking, hiking, cycling seperti yang banyak saya lakoni.
Ini pasti masih akan bertahan. Tamu tidak akan berani jalan sendiri. Saya prediksi kasa pemandu wisata yang berkurang nantinya jasa pemandu wisata city tour karena tamu akan menggunakan aplikasi lebih banyak. Justru nanti jasa guide lokal yang akan bertahan. Itu pandangan pribadi saya.
Sebagai guide tentu Bapak sering mendengar masukan atau kritikan dari tamu asing. Apa yang paling sering dikritik oleh mereka tentang Samosir?
Masalah sampah kalau kita trekking melewati rumah-rumah penduduk di kampung-kampung sering banyak sampah berserakan. Masalah toilet yang kurang bersih dan kadang tidak ada air. Kurangnya fasilitas hiburan di malam  hari. Lampu jalan tidak ada atau tidak berfungsi di tempat-tempat tertentu. Masalah lahan-lahan yang dibakar karena itu menimbulkan polusi.
Penulis  : Damayanti Sinaga
Editor    : Mahadi Sitanggang