NINNA.ID-Erbin Sitorus terpilih menjadi salah satu finalis apresiasi guru inovatif dari Balai Besar Guru Penggerak. Ia adalah guru fisika SMA Negeri 1 Doloksanggul. Saat ini, menjadi koordinator Guru Pendamping Praktik Humbang Hasundutan.
Ia koordinator MGMP semua mata pelajaran di tingkat SMA Humbang Hasundutan. Oleh Kacabdis Afred Hasiholan Silalahi dan Ketua MKKS SMA Humbang Hasundutan, Panutur Simorangkir, ia dipercaya menjadi penggerak peningkatan kualitas guru.
Dalam setahun, semua guru SMA di Humbang Hasundutan diagendakan bertemu sebanyak 4 kali. Tahun lalu, hari Guru dirayakan sesama guru melalui seminar di Aula Hutamas Humbang Hasundutan. Pesertanya semua guru dari Taput dan Humbang.
Tahun ini, acara serupa akan dilaksanakan di Siborongborong. Semua guru SMA di Taput dan Humbang akan berbagi dan mendengarkan seminar motivasi. Acara seperti ini sangat baik. Bahkan, bisa dilirik oleh BPODT.
Pada acara itu, BPODT, misalnya, bisa membuat pemaparan edukatif tentang Danau Toba dan budayanya. Diharapkan, guru akan mendapatkan referensi dan pengetahuan baru tentang Taman Bumi Danau Toba.
Bersama dengan Erbin Sitorus, 4 orang siswa SMA Negeri 1 Doloksanggul juga membuat prestasi di bidang literasi dan kesenian.
Abraham Hasudungan Sinaga dan Intan Lumban Gaol meraih juara pertama pada lomba modern dance di Tapanuli Utara.
Abraham Hasudungan termasuk siswa yang unik. Ia pernah saya bawa ke Medan pada kegiatan Festival Literasi dari Badan Bahasa. Ia mengikuti kegiatan dengan sangat serius. Intan Lumban Gaol juga demikian. Mereka petarung yang tangguh.
Pada latihan, ketika datang ke rumah, diarahkan bahwa peluang menang termasuk kecil. Namun, mereka membuktikan bahwa mereka juga bisa. Maka, mereka pun dianugerahi sebagai peringkat pertama. Di bidang kesenian yang sering dianggap remeh.
Kita perlu menguba cakrawala. Selama ini, kita lebih mengagungkan pemenang olimpiade pelajaran. Padahal, fakta bahwa, dari segi materi, kesenian dan olahraga terkadang justru lebih sukses. Kita ingat bagaimana Mbappe diledek guru karena main bola.
Guru selalu merasa pelajaran akademik lebih penting. Faktanya, gaji Mbappe triliunan rupiah per tahun. Jauh dari para pemenang olimpiade akademis. Itulah cara pandang yang harus diubah. Belajar tak lagi cukup di sekolah. Lebih penting adalah mental.
Ketika siswa berani tampil, mental mereka lebih diuji dan teruji. Itulah pelajaran sekaligus pendidikan. Pelajaran yang akan menjadi bekal di masa depan. Ada lagi prestasi lainnya. Di bidang literasi. Ini terkait lomba menulis esai. Hadiahnya jutaan rupiah.
Diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia. Kebetulan, saya jadi host untuk Humbang Hasundutan. Ada banyak siswa saya ikut di dalam. Namun, saya mencari jalan lebih menarik. Memberikan penilaian terlebih dahulu pada juri lain.
Saya tahu, objektivitas sulit untuk diri sendiri. Namun, juri lain ternyata memberikan penilaian identik dengan yang saya buat. Juara pertama dari SMA Negeri 1 Lintong Ni Huta. Juara Kedua dan Ketiga dari SMA Negeri 1 Doloksanggul.
Kebetulan, kedua siswa tersebut dekat dengan saya. Dekat dalam arti begini. Di sekolah, saya guru Bahasa Indonesia untuk mereka. Ternyata, mereka juga aktif di Sanggar Maduma. Di sana, kami belajar kebudayaan dan literasi. Kadang juga belajar main-main.
Begitulah pendidikan. Harus holistik membangun semua sisi. Akademis. Seni. Budaya. Literasi. Akademis hanya untuk keterampilan pikiran. Keterampilan aplikatif lainnya lebih mungkin dari luar akademis. Mari membangun bangsa secara utuh dari pendidikan.
Penulis: Riduan Situmorang
Editor: Damayanti Sinaga