NINNA.ID – Kehebohan mega konser Diva Pop Korea, BLACKPINK masih tetap menggema di media sosial, termasuk di antaranya istilah FOMO yang sempat trending topic di Twitter. Apa artinya yah?
Melansir Kompas TV, sehari usai konser BLACKPINK, kata FOMO tampak bertengger menghiasi deretan trending topic di Twitter.
Disarikan dari cuitan-cuitan warganet, sejumlah penonton dianggap hanya ikut-ikutan saja, tidak benar-benar menggilai Blackpink.
Beberapa orang mencuit beberapa hal terkait FOMO dan konser Blackpink sebagai berikut:
“lagi mendengarkan jakartans with their fomo behavior nonton blackpink tapi gatau lagunya lmaooo,”
“Aku si fomo nonton blackpink karena kapan lagi ye kan mumpung mereka ke jkt dan lumayan ngerti lagu2nya. seru ternyata!!! Walopun aku lihat bp nya seujung kuku jari aja karena bener deh yg cat4 dapet hikmahnya aja,”
Apa sih FOMO itu?
Seseorang yang sering tergiur dengan tren baru kerap disebut juga FOMO alias fear of missing out.
Istilah itu mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan lebih baik, atau mengalami hal-hal yang menyenangkan dari pada dirinya sendiri.
Perasaan itu kemudian menimbulkan rasa iri yang mendalam hingga memengaruhi harga diri.
Fenomena tersebut menjadi semakin umum, terutama sejak merebaknya penggunaan media sosial.
Tetapi, sebelum media sosial semakin besar seperti sekarang, fenomeno FOMO sebenarnya sudah ada. Dikutip dari Very Well Mind, manusia sejak dulu pasti pernah melewatkan waktu yang baik dalam hidupnya.
Meskipun mungkin fenomena FOMO telah ada selama berabad-abad lalu, tetapi baru dipelajari selama beberapa dekade terakhir, dimulai dengan makalah penelitian tahun 1996 oleh ahli strategi pemasaran, Dr. Dan Herman, yang menciptakan istilah “fear of missing out” atau takut ketinggalan.
Namun, sejak munculnya media sosial, FOMO menjadi lebih jelas dan lebih sering dipelajari. Media sosial telah mempercepat fenomena FOMO dalam beberapa cara. Bahkan sampai membuat seseorang bisa dengan mudah membandingkan kehidupan dirinya dengan sorotan kehidupan orang lain.
Media sosial menjadi platform untuk menyombongkan diri, di situlah hal-hal, peristiwa, dan bahkan kebahagiaan itu sendiri kadang-kadang justru dijadikan saingan.
Orang-orang dari segala usia dapat mengalami FOMO, beberapa penelitian telah membuktikan itu. Satu studi dalam jurnal Penelitian Psikiatri menemukan bahwa rasa takut ketinggalan terkait dengan penggunaan ponsel pintar dan media sosial yang lebih besar. Kedua hal itu ternyata tidak ada kaitan apa pun dengan usia atau jenis kelamin.
Meskipun beberapa faktor kemungkinan berperan, penelitian tersebut juga menemukan bahwa penggunaan media sosial dan penggunaan ponsel pintar yang “bermasalah” dikaitkan dengan pengalaman FOMO yang lebih besar.
Penggunaan ponsel terkait dengan ketakutan akan penilaian negatif dan bahkan positif oleh orang lain serta terkait dengan efek negatif pada suasana hati.
Remaja dan orang muda mungkin sangat rentan terhadap efek FOMO. Melihat teman dan orang lain memposting di media sosial dapat menyebabkan perbandingan dan ketakutan yang kuat akan kehilangan hal-hal yang dialami rekan mereka.