NINNA.ID – Ada kesamaan bangsa Yunani dengan Batak Toba. Jika orang Yunani mendalami berbagai ilmu filsafat sehingga banyak filsuf terkenal dari sana, maka pada orang Batak Toba, banyak ungkapan-ungkapan yang dijadikan filosofi hidup hingga sekarang. Sayangnya, nilai-nilai itu semakin luntur, pengaruh perkembangan zaman dan kehidupan sosial yang sudah sangat majemuk.
Dari sekian banyak filsafat itu di antaranya adalah PARAMAK SOBALUNON yang mengandung makna seseorang yang selalu mendapat kunjungan atau orang selalu dikunjungi tamu baik dari keluarga dekat maupun dari orang lain.
Kemudian suku batak juga mengenal filsafat PARTATARING NA SORAMITTOP yang mengandung makna seseorang yang selalu berlimpah banyak makanan dan siapapun bebas untuk menyantapnya. Bisa dikatakan, orang yang disebut demikian makanan di rumahnya tidak punya tidak terbatas.
Filsafat berikutnya adalah PARSAKKALAN NASO HEA MAHIANG yang mengandung makna seseorang yang ketika menjamu tamu di rumahnya selalu menyuguhkan makan istimewa seperti dari lauk dari daging babi, sapi atau kerbau maupun daging ayam.
Ada mengandung makna seseorang yang mampu menerima segala hal yang terjadi pada dirinya, baik maupun yang jahat, atau bahkan kondisi miskin maupun kondisi kaya, PARBAL BAHUL NABOLON
PAMURO SUMANTAK SIOR yang mengandung makna seseorang yang bijaksana yang tidak suka memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri. PARMAHAN SUMANTAK BATAHI yang mengandung makna seseorang yang lembut, tidak melakukan kekerasan terhadap bawahannya.
Ada lagi DIJOLO SIADUON yang mengandung makna seseorang yang mampu membawa sekitarnya ke arah yang lebih baik dan DIPUDI SIPAIMAON yang mengandung makna seseorang yang mampu menjadi hakim yang dapat mencarikan solusi persoalan di antara kedua belah pihak.
Filsafat lainnya, DISIAMUN SIAMBIRANG GABE PANGALAMBUNGI yang mengandung makna seseorang yang mampu melindungi sanak saudara maupun seisi kampung dan DITONGA TONGA GABE SIHARANGGUAN yang mengandung makna seseorang yang mampu menghimpun atau menyatukan keluarga dan bahkan di luar keluarga sekalipun.
Filsafat yang berikutnya adalah SIHARHARI NATARBEANG yang mengandung makna seseorang yang ketika dia mendapatkan sanksi sosial dapat menyelesaikannya dengan kepiawaiannya dan SIPISAT BOLLOK NI AEK yang mengandung makna seseorang yang mampu meredam situasi (memecah persoalan).
Masih terkait kepribadian seseorang, SI ITTOPI API DI PUNGGUR yang mengandung makna seseorang yang dapat menjawab dan menyelesaikan sebuah persoalan yang bahkan berat sekalipun dengan cepat.
Tidak hanya ungkapan-ungkapan filsafats, suku Batak juga mengenal istilah-istilah yang menggambarkan kondisi-kondisi seperti BORU SIPUDUN JAMBULAN yang merupakan marga boru yang mampu mempersatukan pertikaian diantara keluarga khususnya yang abang dan adik.
Isitilah yang berikutnya adalah PARIKKAR TALI TALI yaitu seseorang yang sudah menjadi duda dan mempunyai keinginan untuk kawin lagi. Istilah yang berikutnya adalah AMANSOLOMAHAP yaitu seseorang yang doyan kawin, kerap kali orang ini memiliki istri lebih dari satu. Kemudian ada istilah DANG MARRINDANG yaitu seseorang yang tidak memiliki keturunan Laki laki. Dan ada juga istilah BEU yang mempunyai arti seorang perempuan.
Penulis : Aliman Tua Limbong
Editor   : Mahadi Sitanggang