NINNA.ID – Pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan bagian-bagian tertentu dari rumah tradisional Batak Toba, seperti Jabu Bona, Jabu Tampiring, Jabu Soding dan Jabu Suhat. Nah, kali ini bagian lain dari rumah tradisional Batak Toba juga punya makna tersendiri.
Pittu (pintu) dipasang dengan posisi miring dari tiang depan ke lantai. Pintu tersebut terpasang di ujung lantai dengan bukaan dua. Ada juga pintu dibuat mendatar sehingga siapapun orang yang masuk ke rumah harus dari bawah pintu tersebut. Makna dari pittu seperti ini ialah, tamu yang datang harus tunduk kepada pemilik rumah.
Para nenek moyang suku Batak terdahulu melakukan itu tentu punya konsep dan makna yang ditujukan nantinya kepada para generasi penerusnya. Artinya sehebat apapun dia, jika ingin memasuki rumah tradisional atau juga disebut rumah Adat Batak, harus tunduk kepada pemilik rumah tersebut, walaupun mereka dari kaum bangsawan. Demikianlah memang kehebatan cara berpikir nenek moyang suku Batak terdahulu.
Kemudian setelah sampai di dalam rumah, tamu pun nanti akan dipersilahkan duduk di atas tikar pandan yang telah dianyam tangan sendiri oleh kaum ibu yang disebut Mambau (menganyam). Para ibu-ibu Batak Toba dulu dan sekarang memang sangat kreatif. Bahkan sekarang, mambau didukung pemerintah menjadi home industri, sama halnya dengan martonung (tenun ulos). Dan ada kebiasaan, aktifitas kaum ibu ini dilakukan di depan rumah tradisional Batak.
Selain itu rumah adat Batak Toba mengenal Bara ni Jabu (kolong rumah), yang dahulu dijadikan sebagai tempat ternak peliharaan semisal kerbau, lembu, kuda dan juga Kambing. Sebab pada masa itu, seseorang disebut mamora (kaya) secara materi harus memiliki banyak ternak. Sehingga para nenek moyang terdahulu selalu menuturkan ungkapan-ungkapan yang bermakna ternak bagian dari kekayaan. “Sinur Ma Na Pinahan, Gabe Ma Na Niula”. (bersambung)
Penulis : Aliman Tua Limbong
Editor : Mahadi Sitanggang