Filosofi Rumah Tradisional Batak Toba (4)

NINNA.ID – Selain bentuk pintunya yang tidak seperti pintu rumah saat ini, tepatnya di atas pintu masuk rumah tradisional Batak Toba, ada tempat yang disebut Bonggar (Pandiloan). Tempat ini biasanya diperuntukkan bagi Pargonsi ketika ada acara-acara serimonial adat semisal: Pesta Lotunglotung, Saur Matua, Ongkalon Holi dan acara lainnya.

Penempatan Pargonsi di Bonggar itu, menurut kepercayaan nenek moyang terdahulu, Pargonsi mampu menyampaikan hasrat, pesan dan Tonggo Tonggo (doa) kepada Mulajadi Nabolon (Penguasa alam semesta menurut kepercayaan Batak Toba kuno). Karena dianggap lebih sakral, tempat Pargonsi harus lebih tinggi dari Hasuhuton atau si pembuat acara.

Di tempat itu biasanya sudah terpasang papan tebal yang berbentuk segitiga, yang disebut Sitindangi. Pada posisi depan dan belakang Sitindangi dipasang kayu bulat yang bentuknya melengkung yang disebut Bukkulan. Biasanya kayu bulat berukuran besar, memanjang dari tiang sebelah kanan sampai ke belakang. Pada sisi sebelah kiri disebut Sumban. Sedangkan penutup dari depan disebut Adopadop.

Tiang rumah tradisional yang disebut Rumah Bolon, dipilih dari kayu yang keras, dan lumayan besar, supaya tahan sampai beratus tahun.

Tiang tersebut dilobangi 3 tingkat. Pada lobang dimasukkan papan kecil berukuran tebal dan itulah yang kemudian disebut Rassang. Pada sisi kanan dan kiri dipasang kayu tebal lebar dan panjang, disebut Sumbaho. Biasanya, Rumah Bolon yang memiliki Sumbaho itulah yang dijuluki Rumah Bolon Sitolu Bea.

BERSPONSOR
TERKAIT  Tenun Ulos Batak Masuk Pasar Mode

Kadang kala ditemukan Rumah Bolon yang tidak sesuai dengan penggabaran di atas, tentu menimbulkan pertanyaan, apakah ada Rumah Bolon tidak memiliki Sumbaho? Ada! Rumah Bolon yang tidak memiliki Sumbaho disebut dengan Rumah Angkola.

 

Penulis  : Aliman Tua Limbong
Editor     : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU