NINNA.ID-Empat hari menghilang pasca banjir bandang yang melanda Desa Siparmahan, Jumat 17 November 2023 sekitar pukul 12.00 WIB, mayat Boru Habeahan ditemukan.
Mayat Boru Hebeahan ditemukan tidak jauh dari Kantor Kepala Desa Siparmahan.
Mayat ditemukan oleh seorang warga yang sedang menuju ke ladangnya.
Kaget menemukan mayat di depan matanya, warga tersebut pun memanggil orang-orang di sekitar, terkhusus Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan para pekerja PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang sedang sibuk membereskan masalah listrik di Desa Siparmahan.
Tidak lama kemudian, tim medis dari Pangururan datang menjemput mayat Boru Habeahan yang sudah empat hari ditimbun oleh longsor.
Lokasi mayat ditemukan masih dekat dengan sebuah aliran sungai yang baru muncul.
Sebelumnya tidak ada sungai di dekat Kantor Kepala Desa Siparmahan, PAUD, Tugu, dan SMP Negeri 2 Harian.
Akan tetapi, banjir yang begitu deras meluluhlantakkan sekitar 3 rumah, Kantor Kepala Desa, PAUD, dan SMP Negeri 2 Harian dan membentuk sebuah aliran sungai deras yang hingga kini Jumat 17 November mengalir deras.
Jarak antara rumah Boru Habeahan dengan lokasi mayat ditemukan sekitar 1,5 km.
Banjir yang begitu deras menyeret tubuh Boru Habeahan dari rumah hingga ke lokasi tersebut.
Kronologi Bencana
Berdasarkan keterangan sejumlah warga, Sabtu 10 November 2023, sempat terjadi gempa di Desa Sihotang, Kecamatan Harian.
Hujan juga terus mengguyur selama berhari-hari hingga pada Senin 13 November sekitar pukul 19.00 WIB atau jam 7 malam, tiba-tiba masyarakat mendengar suara berisik.
Beberapa mengatakan suara tersebut mirip seperti batu-batu yang jatuh.
Tidak menyangka bahwa suara tersebut merupakan banjir bandang, Boru Habeahan dan suaminya berada di rumah sibuk sebagaimana biasa.
Tetangga sekitar mengaku tidak menanggapi serius soal bunyi batu berjatuhan.
Menurut keterangan sejumlah tetangga, Boru Habeahan sedang sibuk memasak di dapur.
Suaminya bermarga Silalahi yang telah menyadari kejadian, langsung segera keluar.
Seorang anak kelas 2 SMA Boru Situmorang yang juga adalah tetangga dan kerabat Boru Hebeahan juga turut selamat dengan segera melarikan diri dari lokasi banjir
Boru Situmorang ini dikabarkan berhasil selamat sekalipun mengalami luka-luka berdarah akibat hantaman kayu dan batu yang mendadak meluluhlantakkan rumah milik Opungnya.
“Di rumah ini, ada anak SMA kelas 2 selamat. Padahal dia sendiri tinggal di rumah ini. Opungnya lagi di Tele. Cuma dia di rumah bertingkat itu. Kuasa Tuhanlah dia bisa selamat,” kisah seorang warga yang akrab dipanggil Mama Bonita Boru Sihotang di lokasi kejadian longsor parah.
Dampak Bencana
Akibat bencana yang terjadi Senin 13 November ini, aktivitas masyarakat nyaris terhenti. Hingga kini, penduduk Desa Siparmahan, Dolok Raja, Sampur Toba, dan Turpuk Limbong masih harus mengungsi guna mengantisipasi banjir dan longsor.
Mereka mengungsi tidak jauh dari Pelabuhan Pintu Batu.
Aktivitas di sekolah-sekolah juga diberhentikan untuk sementara mengantisipasi banjir dan longsor susulan yang akan terjadi.
Ada banyak kerugian materi yang harus dihadapi penduduk di Kecamatan Harian. Banjir bandang ini juga telah membuat banyak petani harus menghadapi kenyataan lahan mereka rata ditimbun longsor.
Kondisi tersebut menurut beberapa petani akan membuat mereka gagal panen. Akibat banjir bandang dan longsor, sumber daya listrik dan air juga terkena dampak.
Sejumlah warga kini turun untuk membereskan jalan mereka yang tertimbun longsor serta mengumpulkan barang-barang berharga yang diseret banjir.
Bantuan untuk Korban
Para pengungsi yang terkena dampak banjir dan tanah longsor membutuhkan bantuan.
Pemerintah Kecamatan Harian, Samosir, memohon dukungan, bantuan bagi siapapun yang ingin mengulurkan bantuan.
Bagi para pembaca yang tergerak untuk membantu meringankan beban warga, dapat menghubungi Kepala Desa atau Camat setempat.
Bisa juga lewat informasi yang tertera di bawah.
Bagi para pembaca yang tergerak untuk membantu meringankan beban warga, dapat menghubungi Kepala Desa atau Camat setempat. Bisa juga lewat informasi yang tertera di atas.
Editor: Damayanti Sinaga