Ekowisata Bisa Jadi Penyelamat Hutan

NINNA.ID-Di balik maraknya kunjungan wisata berbasis alam, tersembunyi potensi besar: menyelamatkan hutan-hutan yang terancam.

Tapi peluang ini hanya bisa terwujud jika pengelolaan ekowisata dilakukan dengan bijak dan berkelanjutan, demikian menurut Collaborative Partnership on Forests (CPF), sebuah kemitraan internasional yang fokus pada konservasi dan pengelolaan hutan.

Momen ini terasa tepat. Dunia baru saja merayakan Hari Pariwisata Sedunia pada 27 September, sekaligus masih dalam semangat International Year of Forests. CPF, yang terdiri dari 14 organisasi global termasuk World Agroforestry Centre, mengingatkan bahwa ekowisata bisa jadi jalan tengah antara pelestarian alam dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Ketika Ekowisata Menjadi Nafas Ekonomi Lokal

Meski ekonomi dunia sempat goyah, sektor pariwisata tetap tangguh. Data dari Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) mencatat bahwa pada 2010, industri ini menghasilkan lebih dari satu triliun dolar AS.

Menariknya, porsi kunjungan ke negara-negara berkembang meningkat dari 31% pada 1990 menjadi 47% pada 2010.

“Pariwisata berkelanjutan telah terbukti menjadi salah satu cara paling efektif untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi lokal, sambil tetap menjaga sumber daya alam dunia,” ujar Taleb Rifai, Sekretaris Jenderal UNWTO.

Ekowisata—yang mengutamakan kunjungan bertanggung jawab ke kawasan alami dan mendorong konservasi lingkungan—tumbuh lebih dari 20 persen per tahun. Ini jauh lebih cepat dibandingkan industri pariwisata secara umum.

BERSPONSOR

Biasanya, ekowisata menarik wisatawan ke kawasan yang rapuh namun kaya keanekaragaman hayati, termasuk habitat spesies langka.

“Banyak orang berpikir, ‘lebih baik kita lihat sekarang sebelum semuanya hilang,’ saat memutuskan mengunjungi hutan terancam atau satwa langka,” kata Patrick Durst, pejabat kehutanan senior FAO untuk kawasan Asia.

ecotourism
Foto: TheTravelTeam

Ekowisata dan Harapan untuk Warga Desa

Lebih dari sekadar petualangan, ekowisata bisa menjadi penyemangat bagi masyarakat desa untuk menjaga hutan dan satwa liar.

- Advertisement -

Edgar Kaeslin dari FAO, yang fokus pada pengelolaan satwa dan kawasan lindung, menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata.

TERKAIT  Kesiapan Pantai Situngkir untuk PON Voli Pantai 60 Persen, Overlay Infrastructure Segera Masuk

“Potensi ekowisata untuk meningkatkan pendapatan di pedesaan sebenarnya jauh lebih besar dari yang kita kira,” ujarnya.

Dibandingkan dengan tur massal atau paket wisata serba lengkap, ekowisata lokal bisa mengembalikan hingga 95% pendapatan langsung ke kantong masyarakat.

Sebaliknya, tur konvensional sering hanya menyisakan sekitar 20% untuk bisnis lokal, sisanya mengalir ke maskapai, hotel, dan agen besar.

Ketika Ekowisata Berbalik Menjadi Ancaman

Namun, perlu diingat: ekowisata juga bisa menjadi bumerang. Jika tidak diatur dengan baik, kunjungan yang terlalu ramai dapat merusak ekosistem dan mengganggu habitat alami secara permanen.

Lebih parah lagi, jika proyek ekowisata dikuasai oleh pihak-pihak besar, pelaku lokal bisa tersisih.

Dalam beberapa kasus, warga bahkan kehilangan akses ke lahan adat mereka, dan budaya lokal bisa terdistorsi akibat tekanan industri pariwisata yang tak sensitif.

Menjaga Keseimbangan Lewat Pelatihan dan Regulasi

Program ekowisata yang baik berusaha menghindari penyalahgunaan tersebut. Kuncinya adalah keterlibatan aktif masyarakat lokal dan pelatihan yang memadai agar mereka bisa bersaing dalam dunia kerja pariwisata.

Contoh sukses datang dari Afrika: pariwisata berbasis pelestarian gorila gunung di Rwanda, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo.

“Gorila gunung adalah satu-satunya spesies kera besar yang jumlahnya justru meningkat,” ujar Doug Cress dari Great Apes Survival Partnership (GRASP). “Itu tidak lepas dari komitmen pariwisata bertanggung jawab di Afrika Timur yang menghormati satwa dan habitatnya.”

FAO juga mendampingi beberapa negara seperti Mesir, Laos, Filipina, dan Tunisia untuk mengembangkan model ekowisata berbasis pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Bersama negara-negara Pasifik seperti Fiji, Niue, Samoa, dan Vanuatu, FAO bahkan menjalankan program senilai 18 juta dolar AS untuk menjadikan ekowisata sebagai bagian penting dalam strategi kelestarian hutan.

Sumber: https://worldagroforestry.org/news/ecotourism-can-help-maintain-healthy-forests
Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU