SAMOSIR – Sangat penting untuk mengedukasi masyarakat tentang budaya, khususnya generasi muda Batak. Harapannya, budaya tetap menjadi fondasi dan identitas yang kuat namun tetap bergerak mengikuti perkembangan zaman.
Hal ini menjadi bahan talk show di Festival Budaya 2022 yang dilaksanakan Komunitas Tondi Harmony. Para pelaku dan pemerhati budaya Batak berkumpul untuk membahas keragaman dan pentingnya mengenal budaya sendiri.
Diskusi berlangsung di hari kedua festival, Jumat (26/08/2022), mengahadirkan beberapa narasumber. Seorang pegiat budaya Batak Toba asal Samosir, Charles Malau, membawakan materi tentang investasi budaya.
“Tidak banyak anak muda yang mau belajar tentang budaya karena menganggap budaya bukan sumber kehidupan,” kata Charles.
Menurutnya, banyak peluang bisnis dan kesejahteraan yang bisa dijamin jika seseorang tahu banyak tentang budaya.
“Misalnya belajar Gorga (ukiran batak). Ternyata seorang panggoraga (pengukir) itu dibayar mahal. Investasi di bidang budaya sangat menjanjikan,” katanya.
Bos Funkgora Productions ini sangat mengapresiasi komunitas Tondi Harmony yang mau melaksanakan festival itu. Pemerhati budaya lainnya, Ria Gurning menambahkan, budaya adalah sebuah kebahagiaan yang harus dilestarikan dan dicintai.
“Maka diperlukan edukasi dari sekolah yang sinergis dengan pemerintah,” ujarnya.
Ia berharap festival budaya ini akan terus berlanjut ke depannya dan mengingatkan, pemerintah juga harus bisa bekerjasama dengan kegiatan seperti itu.
Ria Gurning mengaku kecewa dengan Pemkab Samosir atas minimnya apresiasi kepada komunitas masyarakat yang telah menyelenggarakan kegiatan seperti itu.
Pelestari ulos, Sepwan Sinaga, yang juga dikenal sebagai perancang busana berbahan ulos, mengatakan dalam talk show itu, ada lebih dari 900 jenis ulos, dan banyak di antaranya tidak lagi ditenun hingga saat ini.
Ia kembali berpesan kepada generasi muda untuk tidak malu menggunakan ulos, dimulai dari diri sendiri sebagai peran aktif melestarikan ulos.
Kepala Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Raja Simarmata, tak lupa mengingatkan, pariwisata di Samosir tidak hanya bergantung pada alam tetapi juga budaya. Orang-orang muda diingatkan, untuk mengenal budaya tidak harus menjadi seorang budayawan.
“Ketika pemuda mengenal budayanya, pasti kenal identitasnya. Maka dengan itu, budaya akan hidup di setiap zaman,” kata Raja Simarmata.
Penulis : Edward Limbong
Editor : Mahadi Sitanggang