Medan, NINNA.ID-Februari 2025 membawa kabar menarik bagi perekonomian Sumatera Utara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi year-on-year (y-on-y) di provinsi ini tercatat sebesar 0,73 persen, menunjukkan perubahan harga yang cukup terkendali dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, ada perbedaan yang mencolok antar daerah. Kota Pematang Siantar mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,93 persen, sementara Kabupaten Karo justru mencatat inflasi terendah, hanya 0,13 persen. Angka ini mencerminkan variasi harga yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan kondisi lokal di masing-masing wilayah.
Apa Penyebab Inflasi?
Inflasi terjadi karena kenaikan harga pada berbagai kelompok pengeluaran. Kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang naik hingga 8,60 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mengalami kenaikan 3,81 persen, sementara kelompok transportasi naik 1,54 persen.
Beberapa komoditas yang paling berkontribusi terhadap inflasi meliputi emas perhiasan, minyak goreng, bawang merah, cabai rawit, ikan dencis, serta sigaret kretek mesin (SKM). Kenaikan harga ini memengaruhi daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya.
Deflasi: Dimana Harga Justru Turun?
Meskipun ada kenaikan harga, beberapa sektor justru mengalami deflasi atau penurunan harga. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi terbesar, yakni 10,78 persen.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya tarif listrik yang berkontribusi besar terhadap deflasi secara keseluruhan.
Selain listrik, beberapa komoditas lainnya juga mengalami penurunan harga, seperti daging ayam ras, tomat, beras, dan bensin. Ini memberikan sedikit kelonggaran bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki pengeluaran besar untuk kebutuhan rumah tangga.
Bagaimana Tren Ke Depan?
Jika melihat tren inflasi year-on-year dalam beberapa tahun terakhir, terjadi penurunan yang cukup signifikan. Pada Februari 2023, inflasi tercatat 5,88 persen, turun menjadi 2,50 persen pada Februari 2024, dan kini hanya 0,73 persen pada Februari 2025.
Tren ini menunjukkan bahwa kenaikan harga lebih terkendali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, dengan berbagai faktor ekonomi yang dinamis, harga barang dan jasa bisa kembali berfluktuasi di bulan-bulan mendatang. Pengawasan ketat terhadap harga kebutuhan pokok serta kebijakan yang mendukung daya beli masyarakat akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi Sumatera Utara.
Belanja Masyarakat Melambat Jelang Pertengahan Ramadhan
Per Maret 2025, harga beberapa kebutuhan pokok di Sumatera Utara mengalami penurunan signifikan. Cabai merah, misalnya, kini dijual seharga Rp27.000 per kg di Deli Serdang.
Di Kota Medan, harga cabai merah juga turun menjadi Rp32.800 per kg, dari sebelumnya Rp34.000 per kg pada Jumat lalu.
Penurunan harga juga terjadi pada cabai rawit, yang kini dijual Rp37.700 per kg, setelah sempat mencapai Rp50.000 per kg dua pekan lalu.
Pengamat Ekonomi dari UISU mengatakan penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya pasokan cabai dan turunnya belanja masyarakat di pertengahan Ramadhan dibandingkan dengan awal bulan puasa.
Selain cabai, harga daging ayam juga terus mengalami penurunan. Saat ini, harga daging ayam di Kota Medan tercatat Rp32.900 per kg, lebih rendah dari harga sebelumnya yang mencapai Rp35.200 per kg.
Ia mengatakan penyebabnya mirip dengan cabai, yakni berkurangnya permintaan di pasar.
Sementara itu, harga kebutuhan pokok lainnya relatif stabil. Namun, ada kemungkinan harga kembali naik menjelang Idul Fitri, ketika belanja masyarakat meningkat.
Jika harga terus turun seperti sekarang, petani cabai dan peternak ayam berpotensi merugi, karena harga jualnya mendekati biaya produksi. Peternak ayam, khususnya, sudah menghadapi tekanan kerugian dalam beberapa waktu terakhir.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga