Digitalisasi: Kebutuhan dalam Perdagangan Internasional, Tak Akan Hilangkan Banyak Pekerjaan

NINNA.ID-Menurut Daniel Giles, Manajer Senior Kebijakan Publik Internasional di GS1, reformasi peraturan saat ini menjadikan digitalisasi perdagangan bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan.

Ketika Uni Eropa dan Amerika Serikat memperketat regulasi perdagangan, penggunaan teknologi digital menjadi langkah penting bagi bisnis agar lebih mudah mematuhi aturan baru.

Teknologi ini memungkinkan pertukaran data yang cepat dan transparan di pasar ekspor, mendukung penggunaan e-faktur untuk mengelola kontrol ekspor dan sanksi, serta membantu mengurangi korupsi dan penipuan.

Selain meningkatkan keamanan dan transparansi rantai pasokan, digitalisasi juga dapat mendukung perdagangan yang lebih berkelanjutan.

BERSPONSOR

Misalnya, mengganti label tradisional dengan kode QR bisa mengurangi 343.000 metrik ton emisi karbon setiap tahun, menjadikannya solusi yang lebih hemat biaya dan ramah lingkungan, jelas Daniel Giles.

Digitalisasi Tidak Akan Menghilangkan Banyak Pekerjaan

Di tempat lain sebuah publikasi World Economic Forum menyebutkan dalam beberapa tahun terakhir, muncul kembali kekhawatiran bahwa otomatisasi dan digitalisasi akan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.

Perdebatan ini dipicu oleh penelitian Carl Benedikt Frey dan Michael A. Osborne yang menyatakan bahwa 47% pekerjaan di AS berisiko digantikan oleh komputer.

BERSPONSOR

Studi serupa juga menemukan angka tinggi pekerja yang berisiko kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi di berbagai negara Eropa. Namun, penelitian ini sering kali hanya melihat jenis pekerjaan tanpa mempertimbangkan tugas-tugas spesifik di dalamnya.

Padahal, banyak tugas dalam suatu pekerjaan yang sulit digantikan oleh mesin. Akibatnya, perkiraan jumlah pekerjaan yang bisa diotomatisasi sering kali berlebihan.

Sebagai contoh, dalam studi Frey dan Osborne, pekerjaan seperti akuntansi dan audit diperkirakan memiliki risiko otomatisasi sebesar 98%.

Akan tetapi, kenyataannya, banyak tugas dalam pekerjaan ini melibatkan interaksi langsung dengan manusia, yang sulit untuk digantikan oleh mesin dalam waktu dekat tanpa biaya yang sangat besar.

- Advertisement -

Seberapa Besar Risiko Otomatisasi?

Dalam studi terbaru yang kami lakukan untuk OECD, kami meneliti tugas-tugas spesifik dalam berbagai pekerjaan untuk mengevaluasi kembali risiko otomatisasi.

Dengan menggunakan data dari 21 negara OECD, kami menemukan bahwa rata-rata hanya 9% pekerjaan yang benar-benar dapat digantikan oleh mesin.

Persentase ini bervariasi dari 6% di Korea hingga 12% di Austria. Perbedaan ini berkaitan dengan cara kerja di masing-masing negara, tingkat investasi dalam teknologi otomatisasi, dan tingkat pendidikan pekerja.

TERKAIT  Samosir is The Best Choice for Adventurers Exploring the Exoticism of Lake Toba

Pekerja dengan pendidikan lebih rendah lebih berisiko kehilangan pekerjaan dibandingkan mereka yang memiliki keterampilan lebih tinggi.

Untuk negara berkembang, dampak teknologi bisa berbeda. Sebelum menghadapi risiko otomatisasi yang sama dengan negara maju, negara berkembang harus terlebih dahulu mencapai tingkat teknologi yang lebih tinggi.

Apakah Digitalisasi Benar-Benar Akan Menghilangkan Pekerjaan?

digitization_and_jobs_chart_1

Meskipun angka 9% tetap terlihat mengkhawatirkan, bukan berarti semua pekerjaan tersebut akan hilang begitu saja. Ada tiga alasan utama mengapa digitalisasi tidak serta-merta menghilangkan banyak pekerjaan:

  1. Proses Otomatisasi Berjalan Lambat
    Penerapan teknologi baru tidak bisa langsung terjadi karena ada tantangan ekonomi, hukum, dan sosial. Contohnya, mobil tanpa pengemudi masih sulit diterima karena alasan etika dan hukum. Hal serupa juga berlaku dalam sektor layanan seperti kesehatan dan restoran, di mana manusia lebih dipercaya daripada mesin.
  2. Pekerja Bisa Beradaptasi
    Pekerja biasanya menyesuaikan diri dengan teknologi baru dengan beralih ke tugas yang tidak bisa dikerjakan oleh mesin. Misalnya, pekerjaan rutin seperti menulis laporan mungkin berkurang, tetapi pekerja bisa lebih fokus pada tugas-tugas kreatif dan analitis yang lebih sulit diotomatisasi.
  3. Teknologi Menciptakan Pekerjaan Baru
    Digitalisasi juga menciptakan lapangan pekerjaan baru, baik dari meningkatnya permintaan produk dan layanan maupun dari daya saing perusahaan yang lebih tinggi. Sebuah studi menunjukkan bahwa sejak tahun 2000, komputerisasi di Eropa justru meningkatkan permintaan tenaga kerja secara keseluruhan.

Tantangan di Masa Depan

Meskipun digitalisasi tidak akan menghilangkan banyak pekerjaan, perubahan ini akan mengubah cara kerja dan keterampilan yang dibutuhkan.

Pekerja dengan keterampilan rendah mungkin menghadapi tantangan lebih besar karena pekerjaan mereka lebih mudah diotomatisasi dibandingkan pekerja dengan keterampilan tinggi.

Dari perspektif kebijakan, tantangan utama di masa depan adalah mengurangi kesenjangan yang semakin besar dan memastikan bahwa pekerja dengan keterampilan rendah dapat beradaptasi dengan perubahan dunia kerja.

Sementara itu, bagi negara berkembang, dampak teknologi bisa berbeda karena mereka masih dalam tahap mengejar ketertinggalan dalam perkembangan teknologi.

Artikel disadur dari dua sumber: https://www.hinrichfoundation.com dan https://blogs.worldbank.org/en/jobs/digitization-unlikely-destroy-jobs-may-increase-inequalities
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU