RUHUT BULU PARHALAAN (III)

DESA NAWALU – Delapan Penjuru Mata Angin Suku Batak

SAMOSIR – Ketika kita duduk di bangku sekolah dasar, tentu kita pernah mempelajari delapan penjuru mata angin. Dalam istilah Batak Toba disebut DESA NAWALU. Desa pengertiannya penjuru mata angin sedangkan Nawalu  artinya bilangan delapan. Maka Desa Nawalu artinya delapan penjuru mata angin.

Secara Umum Desa Nawalu adalah pembagian wilayah standard dunia. Ketika kita melihat asal usul matahari terbit, itulah yang disebut Timur dalam Bahasa batak Toba disebut Purba. Wilayahnya disebut Habinsaran. Sedangkankan Barat, di arah matahari terbenam, dalam istilah Batak Toba disebut Pastima, wilayahnya dinyatakan Hasundutan.

Sebelah kanan matahari terbit yang kita kenal dengan Utara dalam istilah Batak Toba disebut Julu. Sebelah kiri mata hari terbit disebut Jae. Desa Nawalu dalam ritual Batak Toba disebut Bindu Matoga.

Menurut legenda orang Batak, penghuni delapan penjuru mata angin adalah Pane Nabolon yang diyakini sebagai Dewa nenek moyang kita dahulu, sebelum ajaran Kristen masuk ke Tanah Batak. Pane Nabolon tersebut berpindah pindah sesuai kalender Batak yang disebut Sipaha yang terdiri dari 12 sipaha.

TERKAIT  Gereja Biara Katolik Parapat, Megah Bergaya Belanda

Ketika Orang Batak Toba melakukan suatu hajatan, orang pintar atau paranormal di temapt itu, selalu memperhatikan penanggalan, Sipaha dan Desa nawalu. Tidak boleh bertentangan dank arena kemudian dikaitkan dengan Mamis. Maka dipastikan kala itu, setiap orang melakukan acara harus berdasarkan Mamisnya (partubuan/kelahiran)

BERSPONSOR

 

Penulis    : Aliman Tua Limbong
Editor       : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU