NINNA.ID-Pada Februari lalu, Sumatera Utara dan Indonesia secara keseluruhan mencatat deflasi masing-masing sebesar 0,63% dan 0,48% secara bulanan (month to month). Penurunan harga ini dipengaruhi oleh turunnya tarif listrik serta harga beberapa komoditas seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam.
Banyak yang mengaitkan deflasi dengan melemahnya daya beli masyarakat. Namun, dalam kasus ini, penurunan harga lebih disebabkan oleh meningkatnya pasokan barang di pasar, sehingga harga menjadi lebih murah bagi konsumen.
Faktor Penyebab Deflasi Februari
Salah satu faktor utama deflasi Februari adalah adanya potongan tarif listrik yang diberikan pemerintah. Selain itu, harga beberapa komoditas pangan, terutama cabai dan bawang, mengalami penurunan karena peningkatan pasokan.
Penurunan harga kebutuhan pokok ini sebenarnya sudah mulai terlihat sejak akhir Januari. Sebelumnya, harga sempat naik di awal tahun, yang kemudian diikuti dengan penyesuaian pasokan dan harga pada Februari.

Siklus Deflasi Berulang dari 2024 ke 2025
Fenomena deflasi pada Februari ini mirip dengan yang terjadi pada tahun 2024. Saat itu, daya beli masyarakat yang melemah menyebabkan perubahan pola tanam petani. Akibatnya, siklus produksi pangan pun berubah dan memengaruhi harga di tingkat konsumen.
Meskipun deflasi Februari 2025 tidak langsung berkaitan dengan daya beli yang melemah, ada kekhawatiran bahwa daya beli masyarakat masih rentan menurun. Hal ini sejalan dengan ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Jika daya beli terus melemah, bukan tidak mungkin deflasi akan berlanjut di bulan-bulan mendatang.
Faktor Risiko Deflasi Berkelanjutan
Ada beberapa hal yang perlu diwaspadai sebagai pemicu potensi deflasi lanjutan di 2025:
- Penghematan anggaran belanja pemerintah
- Hilangnya momen besar yang biasanya mendorong belanja masyarakat, seperti pemilu
- Pelemahan nilai tukar Rupiah
- Pemutusan hubungan kerja (PHK)
Bulan Ramadan dan libur Idul Fitri akan menjadi ujian penting bagi daya beli masyarakat. Biasanya, periode ini digunakan oleh pedagang sebagai acuan dalam mengambil keputusan bisnis hingga akhir tahun. Jika daya beli masyarakat tidak menunjukkan perbaikan, risiko deflasi bisa berlanjut di sepanjang 2025.
Penulis: Benjamin Gunawan
Editor: Damayanti Sinaga