Dari Gudang di Desa Unjur Samosir, Usaha YS Kemiri Menghidupi Banyak Warga

SAMOSIR, NINNA.ID — Di sebuah sudut desa di Samosir, suara tawa riuh para pekerja terdengar dari balik gudang sederhana. Di antara tumpukan goni berisi kemiri, sejumlah perempuan tampak cekatan menyortir biji bulat berwarna putih satu per satu—dengan tangan, hati, dan harapan.

Di sinilah sebuah cerita besar berawal. Kisah Usaha YS atau Yusmi Siadari Kemiri, sebuah usaha keluarga yang pelan namun pasti menjelma menjadi denyut ekonomi lokal, menyambung kehidupan banyak orang, dan kini, mulai menatap pasar dunia.

YS Kemiri bukan sekadar usaha warisan. Ia adalah simpul kehidupan. Puluhan ibu rumah tangga, anak muda, dan tetangga di sekitarnya menggantungkan harapan di balik setiap kilogram kemiri yang dibersihkan.

“Dulu saya sempat berpikir ikut program kerja ke Australia. “Tapi saya lihat, usaha ini bisa jauh lebih berdampak buat orang banyak.” kenang Fikri Siadari, pemuda 27 tahun yang kini memimpin usaha ini kepada NINNA saat dijumpai di lokasi usahanya di Desa Unjur, Kabupaten Samosir, Kamis 10 April 2025.

Sebagai satu-satunya anak laki-laki dari tujuh bersaudara, Fikri merasa terpanggil bukan karena adat semata, tetapi karena rasa tanggung jawab.

Lulusan Teknik Sipil dari Mercu Buana ini melihat banyak hal yang bisa dibenahi dari cara kerja orang tuanya selama puluhan tahun.

“Transportasi hanya mengandalkan satu mobil Eltor. Tempat penjemuran sempit. Padahal potensi produksinya besar sekali,” ujarnya.

YS KEMIRI SAMOSIR
Fikri Siadari, pemuda lulusan Teknik Sipil, memilih pulang kampung untuk membesarkan usaha keluarga. Dari gudang kecil, ia menumbuhkan harapan besar bagi masyarakat sekitarnya. (Foto ©Damayanti)

Dari Ketakutan akan Utang

BERSPONSOR

Karena hobi membaca dan mengikuti informasi usaha kecil menengah, Fikri menemukan solusi.

Ia mendorong ibunya untuk mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Tapi ajakan itu sempat ditolak mentah-mentah.

“Buat apa menambah utang?” sang ibu berkukuh. Namun Fikri bersikeras.

“Aku bilang ke Mama, kalau kita tidak beli truk, aku tidak mau urus bisnis ini,” katanya dengan nada serius.

- Advertisement -

Belakangan Ibunya setuju untuk mengajukan KUR ke BRI Kantor Pangururan.

BRI menyetujui permohonan KUR sebesar Rp500 juta. Dana itu digunakan untuk membeli truk, mesin pemecah kemiri, memperluas gudang, hingga kulkas-kulkas untuk menunjang proses produksi yang lebih efisien.

YS KEMIRI SAMOSIR
Gudang YS Kemiri di Desa Unjur Kabupaten Samosir (Foto ©Damayanti)

Skema KUR dari BRI biasanya memiliki tenor hingga 5 tahun dan bunga rendah (sekitar 6% per tahun), maka estimasi kasar cicilannya adalah sekitar 10–11 juta per bulan. Pemilik Usaha YS memiliki visi yang kuat dan orientasi sosial — seperti menciptakan lapangan kerja bagi tetangga-tetangga, serta memiliki pengalaman dan jaringan di bidang komoditas (khususnya kemiri).

Ia juga menunjukkan komitmen dan pemikiran jangka panjang terhadap dampak sosial usaha ini, yang bisa menjadi salah satu pertimbangan BRI dalam menyetujui kredit sebesar itu.

Enam Langkah

Proses produksi kemiri dilakukan dalam enam tahap:

  1. Pengumpulan kemiri dari berbagai desa di Samosir.
  2. Penjemuran selama tiga hari.
  3. Pendinginan di kulkas selama 12 jam.
  4. Pemecahan kemiri dengan mesin.
  5. Penyortiran manual berdasarkan kualitas.
  6. Pengemasan sesuai kelas mutu: kemiri utuh, pecah, dan partikel kecil
YS KEMIRI SAMOSIR
Deretan kulkas untuk menunjang proses produksi yang lebih efisien (Foto ©Damayanti)

“Dengan teknik ini, kami bisa hasilkan lebih banyak kemiri utuh yang nilai jualnya tinggi,” jelas Fikri.

TERKAIT  Jumlah Wisman ke Sumatera Utara pada Desember 2022 sebanyak 19.198 Kunjungan

Kini YS Kemiri mempekerjakan lebih dari enam tenaga kerja tetap, belum termasuk puluhan ibu penyortir dan tukang kopek lepas yang dibayar per kilo.

“Kalau bisa sortir 50 kilo, ya 50 ribu. Cukup buat beli beras, kebutuhan dapur, dan uang sekolah anak,” kata boru Sidabutar, salah satu pekerja, dengan senyum hangat.

YS KEMIRI SAMOSIR
Truk pengangkut hasil produksi yang dibeli lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Aset ini mempercepat distribusi kemiri dari desa hingga kota besar. (Foto ©Damayanti)

Setiap minggu, YS Kemiri mengumpulkan 30–40 ton kemiri bulat dari petani sekitar. Namun karena keterbatasan kapasitas, hanya 12–20 ton yang bisa diolah menjadi 4–7 ton kemiri bersih.

Sisanya? Terpaksa dijual sebagai kemiri mentah ke Kota Medan—karena belum adanya alat dan tenaga untuk mengolah lebih banyak.

“Sayang sekali. Kalau kapasitas produksi kami ditingkatkan, bisa lebih banyak petani terbantu,” ujar Fikri yang tiap Rabu harus menyediakan setidaknya uang tunai 20-30 juta untuk membeli berpuluh ton kemiri yang diangkut para petani dari berbagai desa ke Terminal Kota Pangururan pada saat Onan Rabu (baca: Pekan Pasar Rabu)

Langkah Menuju Legalitas dan Ekspor

Untuk pemasaran kemirinya saat ini belum begitu masif. Sebab, YS Kemiri masih bergantung pada agent di Medan dan Siantar yang menampung produknya. Modal koneksi dan jaga kepercayaan agent membuat produknya selalu ditampung seberapa pun banyaknya.

Saat ini, YS Kemiri masih dalam proses legalisasi formal. Tapi mimpi mereka sudah melampaui batas desa.

“Kami sedang belajar ekspor. Kalau legalitas sudah lengkap, kami bisa ikut pameran, masuk platform ekspor, bahkan kirim langsung ke luar negeri,” kata Fikri, yang kini mulai membangun branding digital untuk usaha mereka.

Ia berharap perhatian pemerintah tidak hanya tertuju pada komoditas populer seperti kopi. “Padahal Samosir punya kemiri, kakao, dan jagung yang juga sangat potensial,” tambahnya.

Bukan Sekadar Dagang

Apa yang membedakan YS Kemiri dari usaha lainnya? Jawabannya terletak pada semangat gotong royong yang membungkus seluruh operasionalnya.

“Yang penting bukan cuma untung sendiri. Tapi bisa kasih kerjaan ke tetangga. Sekecil apa pun, uang yang berputar tetap berarti,” tutur Fikri.

Usaha ini bahkan turut membiayai kuliah dua adiknya di Jakarta. Tapi lebih dari itu, YS Kemiri menjadi simbol bahwa pulang kampung dan membangun bukanlah mimpi kosong.

Dengan modal semangat, dukungan keluarga, dan keberanian mengambil peluang lewat KUR dari BRI, Fikri membuktikan bahwa desa bisa jadi pusat pertumbuhan, bukan sekadar lumbung migrasi.

Jangan Lupakan Potensi Desa

YS Kemiri adalah bukti bahwa usaha kecil di desa bisa punya dampak besar. Di tengah tantangan iklim, fluktuasi harga, dan keterbatasan infrastruktur, satu hal tetap menjadi kunci: komitmen untuk tumbuh bersama masyarakat.

Pemerintah, perbankan, dan pemangku kepentingan lainnya perlu membuka mata lebih luas. Karena di balik setiap biji kemiri yang utuh, tersimpan kisah kerja keras, pengorbanan, dan harapan untuk masa depan yang lebih mandiri.

“Bukan cuma soal dagang,” tutup Fikri, “tapi soal siapa saja yang bisa ikut makan dari usaha ini.”

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU