Dampak Perubahan Iklim dan Pengelolaan OPT, Jagung dan Kedelai dalam Sorotan

Medan, NINNA.ID – Pertanian di Sumatera Utara terus menghadapi tantangan besar di tengah perubahan iklim, konversi lahan, serta ketergantungan pada metode pertanian tradisional. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara menunjukkan tren penurunan produksi padi dan palawija pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perubahan iklim semakin menjadi ancaman nyata. Survei menunjukkan bahwa 11,42 persen rumah tangga petani jagung dan 12,5 persen petani kedelai melaporkan dampak negatif dari perubahan iklim seperti kekeringan dan banjir.

Dalam pengelolaan organisme pengganggu tanaman (OPT), sebagian besar petani jagung dan kedelai menggunakan metode kimiawi, meskipun metode ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi.

Jagung dan kedelai, sebagai komoditas palawija utama, menghadapi berbagai tantangan, termasuk rendahnya penerimaan bantuan benih dan pupuk.

BERSPONSOR

Survei Ubinan 2023 mencatat mayoritas petani jagung (90,64 persen) membudidayakan tanaman di lahan bukan sawah, yang cenderung memberikan produktivitas lebih tinggi.

Akan tetapi, produktivitas rata-rata jagung pada Subround I–III tahun 2023 menurun menjadi 61,65 kuintal per hektare, dibandingkan 65,39 kuintal per hektare pada tahun sebelumnya.

Kedelai juga menunjukkan kendala serupa, terutama dalam akses terhadap bantuan. Seluruh rumah tangga petani kedelai yang disurvei tidak menerima bantuan benih dan pupuk pada tahun 2023.

Menurut laporan, luas panen padi di Sumatera Utara pada tahun 2023 tercatat sebesar 406,11 ribu hektare, menurun sebesar 1,30 persen dibandingkan tahun 2022. Produksi padi juga turun sebesar 0,05 persen, mencapai 2,087 juta ton gabah kering giling (GKG).

BERSPONSOR
TERKAIT  Setidaknya 68 tewas Dalam Kecelakaan Udara di Nepal dalam Tiga Dekade
ODONG-ODONG
Mesin panen padi odong-odong yang dikenal juga dengan nama combine harvester (foto: Damayanti)

Penurunan terbesar terjadi pada Subround Januari–April dan Mei–Agustus 2023 akibat rendahnya produktivitas dan penurunan luas panen.

Kabupaten-kabupaten utama seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan mencatat penurunan signifikan dalam produksi padi, sementara Padang Lawas Utara dan Kabupaten Toba menunjukkan sedikit peningkatan.

Keanggotaan kelompok tani terbukti memberikan dampak positif, dengan 63,35 persen rumah tangga jagung menjadi anggota kelompok tani. Namun, hanya 13,73 persen kelompok tani yang menerima bantuan alat dan mesin pertanian, seperti traktor dan alat perontok. Untuk kedelai, angka penerimaan bantuan bahkan lebih rendah.

Laporan ini menegaskan pentingnya upaya intensifikasi pertanian melalui inovasi teknologi, peningkatan akses petani terhadap bantuan benih dan pupuk, serta adaptasi terhadap perubahan iklim.

- Advertisement -

Langkah-langkah strategis yang lebih inklusif perlu diambil untuk memastikan keberlanjutan sektor pertanian di Sumatera Utara.

Dengan data yang disajikan, diharapkan pemerintah dan pemangku kepentingan dapat merumuskan kebijakan yang lebih baik untuk mendukung petani lokal, serta memastikan ketahanan pangan tetap terjaga di tengah berbagai tantangan.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU