Dalihan Natolu

NINNA.ID – Ketika kita bicara Dalihan Natolu, tentu mengundang argumentasi dari masyarakat Batak Toba, juga masyarat lainnya. Apa itu Dalihan Natolu? Dalam masyarakat adat Batak, Dalihan Natolu dikenal dengan sebutan, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru, Somba Marhulahula.

Dari ilmu sosial, Dalihan Natolu ini merupakah falsafah dasar masyarakat Batak Toba karena telah menjadi perekàt bagi kehidupan sejak lama. Hal itu dapat kita lihat ketika seseorang yang bermarģa ketemu dengan marga Batak Toba lainnya. Mereka Martutur (bersilsilah), dari Partuturon tersebut ditentukan siapa Hulahula, siapa marga Boru dan siapa Dongan Tubu.

Kepada Namardongan Tubu ada sebutan Abang atau Adik, Bapa Tua dan Bapa Uda. Kepada Hulahula sebutannya Tulang (Parrajaon), sedangkan kepada marga Boru sebutannya Amang Boru (Pargellengon).

Di dalam Dalihan Natolu, kita diajari etika dan tata krama. Dengan sendirinya, ketika kita ketemu dengan saudara satu marga ada rasa memiliki. Demikian juga jika ketemu dengan Hulahula secara spontan kita menunjukkan rasa hormat. Apalagi ketika kita jumpa dengan marga Boru, kita merasa bangga karena kita di atas tutur yang artinya mereka hormat kepada kita.

BERSPONSOR
TERKAIT  Gereja Biara Katolik Parapat, Megah Bergaya Belanda

Pada Dalihan Natolu sudah disepakati apa-apa saja yang harus diterima dan diberi. Jika seseorang melakukan acara Namarhaha Maranggi, maka sesepuh tugasnya membantu Hasuhuton (Manumpahi), sedangkan margà Boru tugasnya mempersiapkan segala keperluan atau melayani (mangkobasi) sesuatu yang berhubungan dengan pesta. Sedangkan hula hula tugasnya memberikan ulos dan patut dia dihargai menerima Tudutudu Sipanganon.

 

Penulis    : Aliman Tua Limbong
Editor       : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU