NINNA.ID-China mengatakan kepercayaan politik dengan Rusia semakin dalam usai pertemuan pada Sabtu 3 Januari 2023. Hal ini disampaikan China setelah Wakil Menteri Luar Negeri Ma Zhaoxu mengunjungi negara itu minggu ini dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
China bersedia bekerja dengan Rusia untuk mengimplementasikan kemitraan strategis mereka dan mendorong kemajuan lebih lanjut dalam hubungan mereka, kata Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kemitraan strategis di Moskow setahun lalu bertujuan guna melawan pengaruh Amerika Serikat dan yang menurut mereka tidak akan memiliki bidang kerja sama yang terlarang.
Ma juga bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko dan Sergey Vershinin selama kunjungannya pada 2-3 Februari, kata pernyataan itu.
Selama pertemuannya, dia bertukar pandangan tentang kerja sama bilateral dan multilateral serta isu-isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama, tambahnya.

Curiga Sama Amerika Serikat
Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat. Pernyataan itu muncul persis setelah penerbangan balon China di atas wilayah udara AS.
Washington menggambarkannya sebagai balon mata-mata, sementara China mengatakan itu adalah pesawat yang digunakan untuk keperluan meteorologi sipil dan tujuan ilmiah lainnya.
Keributan itu menyebabkan penundaan kunjungan ke China oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken yang seharusnya dimulai pada Jumat.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri tentang kunjungan Ma tidak menyebut Ukraina, tempat Rusia melancarkan operasi militer selama hampir setahun. China telah menahan diri untuk tidak mengutuknya atau menyebutnya sebagai invasi.
Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov mengatakan pada Kamis bahwa hubungan Moskow dengan China tidak memiliki batas dan, meskipun bukan aliansi militer formal, sifatnya jauh lebih tinggi dan lebih luas.
Cara Amerika berurusan dengan China membuat sekutu takut. Banyak negara akhirnya memilih mendekat dengan China.
Sementara itu, Timur Tengah dan negara-negara kaya minyak dan gas telah memilih China sebagai mitra jangka panjang.
Perwakilan khas industri teknologi China diam-diam mengambil alih pasar, dan tidak seperti yang diharapkan dari AS.
Secara khusus, perjalanan Kanselir Jerman Olaf Scholz ke China, tak lama setelah Xi Jinping naik tahta untuk masa jabatan ketiga, menunjukkan bahwa sekutu Washington itu masih memprioritaskan kebijakan keseimbangan daripada yang ekstrem.
China mengambil langkah tegas menuju ambisi konektivitas globalnya, yang merupakan gerakan globalisasi ketiga yang tidak diselenggarakan oleh Amerika. Ini akan menciptakan tren baru.