SAMOSIR – Cafe, saat ini menjadi ruang publik untuk bersosial. Cafe tidak lagi sebatas kebutuhan di perkotaan. Di pedesaan, apalagi di kawasan pariwisata, cafe menjadi salah satu alternatif berkumpul. Berada di cafe selalu identik dengan kegembiraan yang penuh canda tawa. Tapi jangan coba-coba tertawa terbahak-bahak di Cafe Djabu Namboru ini.
Di sini, jika pengunjung tertawa terbahak-bahak, bisa diserang penyakit bahkan sampai mati.
Wah, seram sekali. Begini kisahnya.
NinnA mengetahui cafe yang terletak di tepi pantai Danau Toba ini dikelola anak muda milenial, bernama Cafe Djabu Namboru. Letaknya tidak terlalu jauh dari dermaga penyeberangan Kapal Fery Simanindo dan berada di jalan lintas Pangururan menuju Tomok.
Disebut Djabu Namboru karena memang ada kisah, kalau kawasan pantai itu, dulunya tempat berdiam salah satu leluhur orang Batak yang dikenal sakti bernama Namboru Lumiap. Dia dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kisah itulah yang diangkat pengelola, menjadi nama cafe ini.
Bonar Sihaloho salah seorang pemilik cafe menjelaskan, setelah dirinya pulang dari Jakarta dampak Covid-19, seperti ada yang menuntun mereka bersepakat, membuat cafe di pasir putih dan bersebelahan dengan Pantai Pasir Putih Sibolazi yang sudah cukup dikenal.
“Bagi kami, tempat ini sangat sakral dan merupakan tempat bermainnya leluhur kami, yakni Namboru Lumiap. Untuk mengingat dan mengangkat kembali kisah Namboru Lumiap, maka kami sepakat menata tempat ini dan membuatnya nyaman untuk dikunjungi wisatawan,” jelas Bonar.
Tidak jauh dari lokasi cafe, Bonar menunjukkan satu tugu yang dibuat untuk menghormati Namboru Lumiap. Para peziarah dari Samosir dan luar Samosir, saat ini sering membawa persembahan ke tugu itu.
Walau statusnya sebagai cafe tempat nongkrong santai, ada larangan atau pantangan yang tidak boleh dilakukan di tempat ini, yakni tertawa yang berlebihan atau tertawa terbahak-bahak.
Konon, sosok Namboru Lumiap sangat tidak senang melihat sikap berlebihan seperti itu. Bagi siapa yang melanggar larangan itu, kemungkinan akan mengalami sakit, bahkan bisa berakibat fatal. Meninggal dunia.
Tidak itu saja, untuk tetap menghormati kesaktian Namboru Lumiap, sekali dalam enam bulan, masyarakat sekitar selalu membuat upacara ritual, berupa pemberian sesajen tolak bala dan bencana dan ke tugu Namboru Lumiap.
Cafe Djabu Nambaru, tidak ada bedanya dengan cafe kebanyakan. Menunya juga tergolong biasa saja. Sebagai pembeda, pengelola menampilkan live musik di pantai pasir putih, untuk hiburan bagi pengunjung.
Nah, bagi bro dan sista yang ingin berlibur sederhana, nyeruput kopi sambil mendengarkan kisah Namboru Lumiap, singgahlah ke Cafe Djabu Namboru di Kecamatan Simanindo. Tapi ingat ya, tetap tenang dan jangan berisik. Ssssst…
Penulis : Jogi.S
Editor : Mahadi Sitanggang