HUMBAHASÂ – Sekitar 700 orang tumpah di HKBP Kota Doloksanggul (1/12/2022). Mereka adalah siswa-siswa SMA dan SMK dari seluruh Humbang Hasundutan.
Mereka tampil dengan beragam warna. Ada pakai ulos. Ada pakai kebaya. Seragamnya macam-macam. Mereka terlihat antusias. Antusias sekali. Ternyata, siswa rindu berkompetisi.
Ketua MKKS SMA Humbang Hasundutan, Panutur Simorangkir, juga terlihat energik. Ia memotivasi para siswa yang berlomba.
Acara dibuka oleh Kacabdis Humbang Hasundutan, Alfred Hasiholan Silalahi. Dalam sambutannya, ia berkata adanya kemungkinan membuat festival paduan suara ini menjadi piala bergilir.
Tentu saja siswa-siswa sangat antusias. Sudah lama siswa-siswa haus akan adanya kompetisi. Padahal, kompetisi membuat mereka termotivasi untuk semakin kompetitif. Apalagi jika banyak tema lomba yang diperebutkan. Selama ini, siswa seperti mati suri. Mereka kehilangan panggung untuk unjuk kemampuan.
Festival dan Lomba Seni Siswa Tingkat Nasional (FL2SN) yang rutin dilakukan pemerintah kurang bergairah hingga level kabupaten. Padahal, tanpa ada kompetisi, siswa cenderung akan malas. Karena itulah, kita berharap ada banyak lomba untuk siswa.
Itu ibarat sepak bola. Apakah sepak bola berarti jika tanpa kompetisi? Jadi, mari buat panggung kompetisi untuk siswa.
Guru juga perlu dikompetisikan. Untungnya, Cabang Dinas Pendidikan Humbang Hasundutan sudah mulai melakukan panggung kompetisi.
Ada untuk guru. Ada juga untuk siswa. Bahkan hari guru dirayakan dengan meriah. Karena itu, siswa-siswa hari ini sangat ceria dan antusias. Mereka bernyanyi dengan sangat bersemangat.
Menurut panitia, festival paduan suara dua kali saringan. Pertama, diambil dari Humbang Hasundutan. Finalis dari Humbang akan bertemu dengan finalis dari Tapanuli Utara.
Pada puncaknya, pemenang akan tampil di Natal Cabang Dinas Humbang Hasundutan. Karena itulah siswa-siswa sangat antusias sekaligus degdegan ketika pengumuman.
Mereka langsung bertepuk tangan meriah setelah diumumkan. Namun, namanya festival. Ada yang menang. Tapi, harus ada pula yang kalah.
Tak sedikit dari mereka yang kalah terlihat menangis. Para guru pendamping juga beberapa terlihat kecewa. Latihan sudah maksimal, tapi hasil belum sesuai dengan yang diharapkan.
Tapi, yang lebih penting daripada menang-kalah adalah antusiasme siswa. Semangat berlomba sama dengan semangat belajar.
Semangat untuk menang juga harus dimaknai dengan kekuatan untuk menerima kekalahan. Yang sangat penting dalam pendidikan tidak hanya soal bergembira menang. Tetapi juga tegar menjalani proses.
Penulis : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor  : Mahadi Sitanggang