Budaya Penukaran Uang: Tradisi yang Membebani, BI Dorong Transaksi Non Tunai

NINNA.ID-Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Idul Fitri, budaya menukar uang baru menjadi tradisi yang masih kuat di kalangan masyarakat.

Fenomena ini mendorong Bank Indonesia (BI) untuk menyediakan layanan penukaran uang melalui sistem online. Namun, sistem ini sering kali mengalami kendala teknis akibat tingginya jumlah akses yang tidak dapat sepenuhnya terakomodasi.

Sistem layanan penukaran uang yang dikelola BI ini dinilai kurang efisien karena hanya digunakan sekali dalam setahun. Setelah perayaan HBKN usai, sistem tersebut menjadi kurang relevan.

Selain itu, kebiasaan menukar uang baru membutuhkan biaya yang tidak sedikit, baik dari sisi pencetakan uang maupun operasional lainnya. BI harus mengalokasikan sumber daya manusia, operasional sistem, kendaraan keliling, hingga biaya pemeliharaan sistem.

uang rupiah
Gambar hanya sekadar ilustrasi

Di sisi lain, masyarakat juga menanggung biaya seperti pulsa, transportasi, dan akomodasi untuk mendapatkan uang baru.

Jika dihitung secara keseluruhan, biaya yang dikeluarkan dalam proses penukaran uang ini cukup besar. Padahal, uang baru yang dibagikan lebih bersifat simbolis tanpa memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan penggunaan uang lama.

TERKAIT  Permintaan Pembiayaan Korporasi pada April 2023 Terindikasi Tumbuh Terbatas

Karena itu, BI mengupayakan transisi menuju transaksi digital guna mengurangi ketergantungan pada uang tunai.

Perubahan budaya ini memang tidak bisa terjadi secara instan. Meski BI telah gencar mendorong penggunaan transaksi digital seperti QRIS dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan masyarakat untuk menukar uang baru tetap kuat.

BERSPONSOR

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif, baik melalui edukasi, sosialisasi, maupun kebijakan yang secara perlahan membatasi praktik penukaran uang.

Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pembagian uang baru secara merata kepada pemohon dengan sistem penjatahan.

Dengan demikian, masyarakat hanya mendapatkan jumlah terbatas, yang diharapkan dapat mengurangi minat mereka dalam menukar uang secara berlebihan.

Selain itu, digitalisasi transaksi harus terus didorong agar masyarakat semakin terbiasa dengan metode pembayaran non tunai.

- Advertisement -

Ke depan, diharapkan budaya menukar uang baru dapat diminimalisir dan digantikan dengan pemberian uang secara digital. Langkah ini tidak hanya menghemat biaya tetapi juga lebih selaras dengan perkembangan teknologi dan kebijakan ekonomi yang lebih efisien.

Penulis: Benjamin Gunawan
Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU