NINNA.ID – Ada beberapa macam tanda-tanda sehingga seseorang melakukan ritual Gondang Mandudu. Ketika kita memelihara kerbau dan kemudian beranak dengan tanda-tanda yang sesuai dengan permintaan Sang Khalik (versi Batak), maka anak kerbau tersebut harus dipersembahkan untuk Yang Maha Kuasa melalui Namartua Pusuk Buhit.
Sebutan Namartua Pusuk Buhit itu dikenal karena Gunung Pusuk Buhit dianggap gunung yang sangat sakral.
Kesakralan gunung itu, dalam desertase mantan Uskup agung Medan (Alm) Monsinyur AB Sinaga menyebutnya dengan istilah Porlak Debata (Porlak Sisoding).
Tidak hanya dari peternakan, ada juga datang dari pertanian. Jika hasil pertanian tidak memuaskan, maka Datu (paranormal) yang mengetahui tanda-tanda alam menyarankan, agar dilakukan bentuk ritual Mandudu. Ritual ini dikenal dengan nama Mangase Taon.
Lalu, jika seseorang sudah lama tidak punya keturunan, maka dipanggillah Raja Bius untuk memohon kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan dalam kepercayaan kuno Batak). Ritual memohon ini disebut HorboLae lae.
Ketika permintaan tersebut berhasil, ke depannya masih ada keterikatan. Misalnya, pemohon tadi, dalam perjalanan hidupnya memiliki ketiga unsur Habatahon yaitu Hagabean , Hamoraon, Hasangapon, maka dia harus menyerahkan kerbau persembahan, sebagai pertanda ucapan syukur kepada Mulajadi Nabolon.
Ritual juga dilakukan jika di rumah seseorang bersarang burung, walet. Melihat itu, maka datu, berdasarkan imu yang dimilikinya, menyarankan kepada pemilik rumah untuk Diulpuk.
Dalam bentuk ritual ini, pemilik rumah harus menyerahkan kerbau yang disebut Horbo Sombaon atau kerbau keramat kepada Mulajadi Babolon. Segala persembahan dalam ritual-ritual itu ditujukan kepada Mulajadi Nabolon. Sebelum masuknya agama, memang semua persembahan ditujukan kepada Mulajadi Nabolon.
Ritual mandudu ini memang beragam, tidak sebatas yang disebut di atas. Ada yang melakukan ritual mandudu berdasarkan mimpi, ada juga melalui pesan yang diterima dari orang yang kesurupan. Untuk yang terakhir, seseorang yang melakukan ritual gondang mandudu, meminta orang lain menyerahkan kerbau persembahannya kepada Sang Khalik.
Penulis : Aliman Tua Limbong
Editor   : Mahadi Sitanggang