Beda Ruma Bolon dan Jabu Siwaluh Buat Mereka Berkesimpulan Orang di Samosir Lebih Kaya

Samosir, NINNA.ID-Selalu ada cerita dalam perjalanan. Sebuah ungkapan mengatakan “orang yang sering bepergian mengetahui banyak hal”. Itulah yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga ini. Keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan dua anak dari Belanda.

Untuk pertama kalinya libur ke Indonesia, mereka justru memilih mengeksplor Sumatera Utara.

Di Sumatera Utara, mereka memilih mengunjungi Desa Dokan. Desa Dokan yang memiliki rumah adat Batak Karo yakni Jabu Siwaluh.

Desa Dokan 3
Sepotong wajah di balik Siwaluh Jabu.(foto:josua)

Dokan, salah satu desa di Kecamatan Merek ini dikenal sebagai Desa Budaya di Kabupaten Karo.

Diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Siwaluh artinya delapan dan Jabu artinya rumah. Maka Siwaluh Jabu artinya delapan rumah.

Usia rumah tradisional di Desa Dokan ini diperkirakan sudah ratusan tahun. Biasanya Siwaluh Jabu dihuni oleh 8 kepala keluarga dari satu induk keluarga besar.

Desa Dokan 2
Kepala kerbau di ujung atap Siwaluh Jabu.(foto:josua)

Akan tetapi, saat keluarga dari Belanda ini mengunjungi salah satu rumah berpenghuni, rumah tersebut hanya diisi oleh enam keluarga.

Dua keluarga lain karena sudah mampu untuk punya rumah, memilih pindah dari rumah tersebut.

BERSPONSOR

Kondisi Siwaluh Jabu tampak sangat tua dan ada beberapa yang rusak.

Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, tidak ada upaya pemerintah maupun masyarakat setempat untuk memugarkan Siwaluh Jabu tersebut.

Sekarang ada 4 rumah tradisional Siwaluh Jabu di desa ini. Setiap masuk ke dalam rumah ini, seolah membawa pengunjung memasuki memori ratusan tahun lalu.

Salah satu fakta menarik dari Siwaluh Jabu, selain konstruksi bangunan tanpa paku atau kawat, seluruh bahan bangunannya terbuat dari bahan alami.

- Advertisement -

Dinding dan lantai terbuat dari kayu, serta untuk atapnya terbuat dari ijuk.

Di dalam Siwaluh Jabu, terdapat dua dapur. Masing-masing dapur punya tungku yang digunakan kedelapan keluarga. Setiap tungku di rumah tradisional ini terdiri dari 5 daliken (batu tumpuan).

TERKAIT  Wah! Selebgram Amelia Ungkap Organ Sensitif Pernah Disentuh Fotografer

Filosofi jumlah daliken ini bermakna ada 5 marga utama dalam Suku Karo: Karo-karo, Perangin-angin, Ginting, Sembiring dan Tarigan.

Salah satu simbol mencolok pada rumah adat Siwaluh Jabu ini adalah kepala kerbau di ujung atap rumah. Peletakan kepala kerbau itu bukan tanpa alasan.

Masyarakat Karo percaya, kepala kerbau mampu menolak bala yang kemungkinan menghampiri mereka.

Ruma Bolon

Setelah berkunjung ke Merek, Kabupaten Karo, mereka pun mengunjungi Kabupaten Samosir dan menghabiskan 3 hari 2 malam di sini.

Suasana Huta Siallagan (foto: Damayanti)

Saat melihat perkampungan Batak, mereka takjub dan langsung menyimpulkan,”Orang di Samosir pasti lebih kaya! Rumah di sini cantik, terurus dengan baik dan jauh lebih cantik daripada rumah adat di tempat sebelumnya,” jelas sang istri.

Halnya sama dikatakan kedua anaknya. Mereka memerhatikan ada banyak hal yang dimiliki Samosir tapi tidak dimiliki oleh daerah lainnya.

Upaya pemugaran Ruma Bolon ini kata mereka bagus. Sebab, rumah tersebut masih bisa diwariskan untuk generasi berikutnya.

Alasan mengapa penting untuk melestarikan Ruma Bolon karena ini menjadi tempat unik dan menarik bagi wisatawan.

Kampung Ulos Hutaraja Samosir
A tourist walk around in Kampung Ulos Hutaraja Samosir (photo: Damayanti)

Pemugaran ini menurutnya akan mendukung posisi Kawasan Danau Toba sebagai Geopark UNESCO. Sebab, rumah adat sudah langka ditemukan di dunia.

Ada alasan yang kuat untuk melestarikan harta ini agar dapat dikagumi oleh generasi-generasi mendatang.

Dengan berkunjung ke Kawasan Danau Toba dan melihat rumah adat, ada banyak cerita sejarah bisa dibagikan kepada para pengunjung.

Seolah para pengunjung bisa merasakan kehidupan generasi sebelumnya, membayangkan kehidupan ratusan tahun silam.

Sebaliknya jika rumah adat ini sampai lenyap, hal itu akan benar-benar menghilangkan sejarah, budaya dan cerita bagi penduduk bumi. Ini sama saja kerugian dari sisi industri pariwisata jelasnya ke aku.

Penulis: Damayanti Sinaga
Penulis juga aktif sebagai pemandu wisata

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU