Beca BSA Siantar, Jejak Perang yang Menjadi Ikon Kegigihan dalam Era Modern

BERSPONSOR

NINNA.ID-Di tengah gemerlapnya kota Siantar, sebuah fenomena unik terjadi. Beca, kendaraan roda tiga yang pernah digunakan di medan perang, telah menjadi ikon dalam kota ini.

Namun, ceritanya tidak hanya tentang transportasi biasa, melainkan tentang sejarah, perubahan, dan perjuangan yang membangkitkannya kembali di era modern.

Beca bukan sekadar alat transportasi di kota kelahiran Adam Malik, mantan Wakil Presiden Indonesia.

Beca adalah simbol perjalanan panjang yang mengubah Siantar. Sebuah kontribusi besar yang menjadikan beca sebagai ikon Siantar.

BERSPONSOR

Geografis Siantar yang berbukit-bukit rendah menciptakan jalanan yang naik turun. Untuk mengatasi topografi ini, masyarakat Siantar mengandalkan beca, sebuah kendaraan roda tiga dengan mesin tangguh.

Beca Siantar
Beca adalah simbol perjalanan panjang yang mengubah Siantar (foto: Dedy Hutajulu_

Inilah yang membuat beca berperan besar dalam transformasi kota ini.

Sejarah panjang Kota Siantar, dari masa kerajaan etnis Simalungun hingga perkembangan modernnya, telah menciptakan magnet bagi imigran Tionghoa dan Mandailing.

Pertumbuhan pesat kota ini dan mobilitas masyarakatnya ditopang oleh moda transportasi seperti beca.

BERSPONSOR

Beca BSA, dengan mesin tangguh dan daya tahan, menjadi pilihan utama. Kendaraan ini awalnya adalah motor perang BSA (Birmingham Small Arms) yang diproduksi untuk kebutuhan medan perang.

Ketika produksi sepeda motor BSA berhenti, mereka menjadi barang langka yang dicari kolektor.

BECA SIANTAR
Kendaraan ini awalnya adalah motor perang BSA (Birmingham Small Arms) yang diproduksi untuk kebutuhan medan perang (foto: Dedy Hutajulu)

Siantar berhasil menghidupkan kembali motor-motor BSA ini sekitar tahun 1960. Masyarakat Siantar yang terpikat oleh kekuatan mesin BSA memutuskan untuk mendatangkan banyak motor BSA tipe M20 dari Jawa.

TERKAIT  Tambunan Sunset Beach, Pantai Tersembunyi dengan Pesona Sunset yang Menggoda di Toba

Motor BSA ini diubah menjadi beca penumpang yang sejak tahun 1970 digunakan sebagai moda transportasi umum di kota ini.

- Advertisement -

Kisah beca BSA ini adalah kisah perlawanan terhadap waktu dan modernisasi. Pemerintah kota sempat berencana menghapuskan beca pada 2006, tetapi tukang beca bersatu dan menolak rencana tersebut.

Mereka memahami bahwa beca BSA adalah bagian dari sejarah dan budaya Siantar.

Erizal Kesuma Ginting, Presiden BSA Owner Motorcycles Siantar (BOM’S), memiliki tekad untuk mengajukan Beca Siantar ke UNESCO sebagai warisan budaya.

Mereka juga mendirikan Tugu Beca Siantar, yang diresmikan sebagai ikon kota Siantar pada 15 Oktober 2016.

Kisah beca BSA ini adalah cerminan perlawanan terhadap perubahan, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya pelestarian sejarah dan budaya dalam menghadapi masa depan yang terus berubah.

Beca BSA Siantar adalah bukti hidup bahwa sejarah bisa menjadi ikon dalam era modern, dan perjuangan untuk melestarikannya adalah suatu tindakan yang bernilai.

Kisah beca BSA di Siantar adalah kisah perang yang tak pernah usai, perang untuk menjaga jejak bersejarah, dan perang untuk menjadikan sejarah sebagai kekayaan dalam masa kini.

Penulis:Dedy Hutajulu
Editor:Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU