SURAT UNTUK PAK SANDI

Bawahan Bapak Memperalat Danau Toba, Kok Tega?

BERSPONSOR

NINNA.ID – Pak Sandiaga yang terhormat. Di tengah kesibukan Bapak, mohon kiranya berkenan membaca surat ini. Ini surat dari tepian Danau Toba, danau yang Bapak sayangi. Terbukti, beberapa kali sudah Bapak berkunjung ke Danau Toba. Namun, kami yakin, ambisi Bapak untuk membenahi Danau Toba mungkin bisa diperalat oleh bawahan Bapak. Mungkin.

Jadi begini Pak Sandi. Pada 14-16 Juni 2022 kemarin, ada kegiatan yang menghadirkan pelaku UMKM di Politeknik Pariwisata Medan. Surat itu bertajuk demikian: Undangan Kegiatan Peningkatan Kapasitas UMKM dalam Rangka Persiapan Temu Bisnis dengan Hotel di Destinasi Wisata Super Prioritas Danau Toba. Kami tak tahu, apakah ini atas sepengetahuan Bapak?

Yang pasti, surat tersebut dibuat dengan kop atas nama kementerian yang Bapak pimpin. Surat itu ditandatangani oleh Direktur Manajemen Industri, Dr. Anggara Hayun Anujuprana, S.T., M.T. Pada surat itu, ada juga nomor kontak panitia yang bisa dihubungi, yaitu atas nama David dan Emil. Kami masih dalam desas-desus. Kami membaca berita.

Di Ninna.id, misalnya, terbit berita berjudul “Peningkatan UMKM Danau Toba, Pesertanya Berjarak 100 km” (17 Juni). Pada berita itu, panitia yang dihubungi terkesan tak profesional. Mereka justru mempertanyakan darimana daftar peserta ditemukan? Mereka ngotot untuk mengetahuinya. Apakah itu penting? Seharusnya tidak karena ini bukan rahasia. Atau, apakah ini rahasia?

BERSPONSOR

Dari cara mereka yang tak profesional, wajar kami curiga. Mereka memperalat nama Danau kami tanpa melibatkan kami. Itu sangat keterlaluan. Kurang ajar tepatnya. Apalagi, belum jua menjawab pertanyaan kami, telepon sudah diputus. Ini benar-benar keterlaluan. Kami mau saja Danau kami dibenahi. Tetapi, jangan memperalat kami tanpa melibatkan kami.

Betapa tidak? Begini Pak Sandiaga. Konon, semua peserta adalah dari Medan. Paling jauh, dari Tebing. Dan, dari semua peserta, tak satu pun dari 8 kabupaten di kawasan Danau Toba. Peserta juga tidak tergabung dalam Asosiasi UMKM Kaldera Toba, karena tidak menjalankan usahanya di kawasan Danau Toba.

Mungkin, bagi panitia ini biasa. Tetapi Pak Sandi, bagi kami ini penghinaan.

Boleh jadi kami belum layak untuk ikut acara itu. Tetapi, bukankah judul kegiatan itu adalah bertajuk “peningkatan kapasitas”? Lagipula, kalau kami belum legal, apa kami semuanya memang tidak legal? Justru kami berkata: acara inilah yang sebenar-benarnya tidak legal karena memperalat Danau Toba tanpa melibatkan kami. Ini ilegal. Ini diskriminasi. Ini pengerdilan.

Malah bagi kami, ini kejahatan yang disengaja. Ya, ya, ya. Kami mengerti. Barangkali kegiatan ini sangat rahasia. Tidak perlu diliput media seperti disebutkan panitia. “Tidak perlu diliput. Acara 3 hari ini pelatihan, bukan temu bisnis,” Ninna.id (23 Juni). Saya tak tahu, apakah narahubung ini profesional atau tidak. Ia bilang: itu bukan temu bisnis.

BERSPONSOR
TERKAIT  Sejarah Ziarah Orang Batak (2)

Padahal, perihal dalam surat justru memilih kata “temu bisnis”. Malah pula, berita kegiatan ini terekspos di portal Akademi Pariwisata Medan dan Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT) pada 16 Juni. Dalam website tersebut dimuat judul, “Kemenparekraf/Baparekraf Tingkatkan Kapasitas Usaha Pelaku Parekraf di DPSP Danau Toba.”

Pak Sandiaga yang terhormat. Kami mengenal Bapak sebagai orang yang berkomitmen untuk Danau Toba. Lebih detail, kami kenal Bapak berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal. Kami ingat kata-kata Bapak. Dan, itu mengharukan sekali bagi kami. Benar-benar mengharukan. Tampak sekali bahwa Bapak mengerti dan memahami kami.

“Tenaga kerja lokal harus harus dimanfaatkan. Itu bagian upaya pembangunan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja baru di desa,” begitu Bapak pernah berbicara ketika tiba di tepian Danau Toba. Dan, surat ini pun datang dari tepian Danau Toba ke hadapan Bapak. Supaya Bapak tahu, kami orang yang respek pada kemajuan. Itu posisi kami dan tak bisa ditawar.

Tetapi, untuk kasus ini, kami tegas: ini keterlaluan. Mudah-mudahan melalui surat ini, Bapak mengerti bahwa tak semua pegawai Bapak mengelaborasi semangat Bapak dengan benar. Justru sebagian ada yang arogan. Songong. Karena itu, di samping melatih kapasitas kami, mohon etika mereka juga diperbaiki. Tidak semua orang selalu benar.

- Advertisement -

Ada saatnya keliru. Ada saatnya khilaf. Karena itu ada kata maaf. Kami juga sering khilaf dan salah untuk membangun Danau Toba. Mohon dimaafkan Bapak. Namun, sekali lagi, bagi kami ini tegas. Sikap keterlaluan seperti ini kurang pantas untuk dimaafkan. Bukan karena sebatas mereka salah. Ini lebih pada situasi demikian: apakah kami salah bertanya jika nama kami dipakai?

Tentu saja tidak salah. Nah, kalau tak salah, mengapa arogan? Baiklah, baiklah, baiklah. Mari kami sudahi dulu surat ini sampai si sini dulu. Namun, mohon diingat, kami berjanji akan memberikan surat yang lain sampai topik ini diselesaikan dengan baik. Kami berjanji untuk itu. Bebar-bebar berjanji. Karena itu, kami tunggu kabar baik dari Bapak tentang kasus ini.

Sekali lagi, kami respek pada kemajuan. Namun, janganlah atas nama memajukan Danau Toba, kami malah dilecehkan karena dianggap tidak legal atas segala UMKM yang kami bina. Siapa sebenarnya yang legal dan tidak legal untuk kasus ini? Maaf Bapak sudah mengganggu waktu kerja Bapak. Salam hormat ya Pak Sandiaga numero uno. Terima kasih.

 

Penulis   : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor      : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU