SAMOSIR – Tempat ini penuh batu. Oleh warga sekitar dikenal bernama Batu Passa. Letaknya di tepi pantai Danau Toba, Desa Sangkal Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Bebatuan di tempat ini membuatnya menjadi salah satu tempat yang eksostis di Kabupaten Samosir.
Sebutan Batu Passa berasal dari kata Passa-passa dalam bahasa Batak. Kata ini bermakna tempat para petani di tengah sawah untuk mengusir burung yang memakan padi.
Awalnya, lokasi Batu Passa ini bagian dari danau. Kala itu, bebatuannya terlihat ketika ombak danau berayun. Saat-saat seperti itulah bebatuan ini muncul ke permukaan, terlihat bagaikan passa-passa di tengah danau.
Awal mula kemunculan Batu Passa itu menjadi kisah yang dituturkan turun temurun, dan dipercaya oleh warga setempat, seperti penuturan seorang Ibu boru Sihombing kepada ninnA, baru-baru ini saat melongok Batu Passa.
Seiring surutnya air danau Toba, Batu Passa menjadi daratan dan menjadi salah satu bagian terindah tepian Danau Toba.
Paduan bebatuan berukuran besar yang seolah tumbuh di tepi pantai itu, membuatnya unik. Saat ini tempat itu semakin sering dikunjungi oleh wisatawan maupun warga yang sekadar melintas. Lokasinya yang berada di jalan lingkar Tomok – Pangururan membuatnya sangat terlihat dan mudah terjangkau.
Terakhir ini, Batu Passa mulai diminati sejoli yang akan mengikat hubungan sucinya untuk pengambilan gambar prewedding. Peminatnya tidak hanya warga setempat, termasuk dari luar Kabupaten Samosir.
Eksotisme tempat ini semakin ditegaskan dengan adanya satu pohon beringin yang tumbuh kokoh di antara bebatuan di sana. Bagi pembaca novel Tetralogi Laskar Pelangi, tempat ini mengingatkan kisah kanak-kanak Ikal, Lintang, Mahar dan A Ling serta kawan-kawannya, yang tumbuh besar di Kampong Belitung penuh dengan batu.
Selain eksotis, di sekitar terdapat satu goa kecil yang dijadikan warga setempat sebagai “rumah kreasi”, untuk menganyam produk kerajinan tangan berbahan Bayon (pandan duri). Mungkin karena goa ini bisa menjadi tempat teduhan dari terik matahari, maka pengrajin Bayon semakin relaks menganyam Amak (tikar) dan produk lainnya sambil menikmati keindahan Danau Toba.
Masuk ke lokasi gratis tanpa ada kutipan biaya apapun. Sepertinya tempat ini belum dikelola dengan baik sebagai destinasi wisata. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari Desa Tomok hanya sekitar 37 menit, seperti yang ditunjukkan dalam Google Map.
Penulis  : Lifzen Sitanggang
Editor    : Mahadi Sitanggang