NINNA.ID – SAMOSIR
Bila anda ingin mencari objek wisata yang unik, di Danau Toba, silahkan berkunjung ke Batu Guru. Batu yang tidak sekedar batu. Tetapi batu besar dengan balutan cerita besar yang legendanya diwariskan secara turun-temurun hinggga hari ini.
Mungkin anda sudah pernah melihat bongkahan batu-batu yang sangat besar berwarna hitam di beberapa lokasi di kawasan Danau Toba. Sebagai kawasan kaldera bekas ledakan Gunung Toba purba beberapa ratus ribu tahun yang lalu, maka keberadaan bebatuan besar tersebut sebagai penanda adanya peristiwa geologi dahsyat di masa lalu, dan merupakan tinggalan sejarah kebumian yang hingga hari ini masih bisa terlihat dengan mata kepala sendiri.
Bila keberadaan bongkahan-bongkahan batu besar tersebut umumnya berlokasi di darat, maka bongkahan batu sangat besar yang satu ini ada di tengan danau. Penampakannya berwarna hitam legam, seperti menyembul dari bawah air, kokoh bergeming dan mengusung sebuah legenda. Batu ini menjadi batu yang berkharisma, karena satu-satunya batu yang berada di tengah danau terbesar di Asia ini.
Namanya Batu Guru. Terletak di Desa Pangaloan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Batu ini merupakan “batu ulayat” karena bukan milik perorangan, tetapi milik sebuah marga dari etnis Batak Toba, yakni marga Lumbanraja.
Sebagaimana dikisahkan oleh Laston Lumbanraja, penduduk desa setempat. Dahulu kala, para Datu Bolon (jawara ilmu kebatinan) di kawasan Nainggolan Pulau Samosir, ingin saling menunjukkan kesaktiannya masing-masing, dengan cara membuat dua buah bongkahan batu amat besar yang ada di daerah itu, saling membentur dan saling memecahkan antar satu dengan yang lain. Dengan catatan, barang siapa yang bisa menghentikan pertempuran di antara dua batu tersebut, akan diakui kehebatannya, dan dan akan diakui sebagai “Guru.”
Setelah beberapa minggu, pertempuran kedua batu ini berlangsung siang dan malam. Gelegar suaranya mengganggu ketenangan penduduk sekitar, ditambah lagi banyak tanaman sawah dan ladang yang rusak. Kerusakan besar ini akhirnya mengundang seorang Datu Bolon (jawara ilmu kebatinan), bernama Datu Parulas Parultop Lumbanraja, untuk menunjukkan kehebatannya.
Terbukti, melalui kesaktiannya, kedua batu yang saling menggempur, dapat dihentikan. Bahkan kedua bongkahan batu dipisahkan dan diletakkan pada titik yang saling berjauhan. Konon dengan kekuatan supra naturalnya, Datu Parulas Parultop, meletakkan satu batu di darat, persisnya di Silulu, Lumban batu, sedangkan yang satu lagi diletakkan di tengah danau, di pinggir pantai desa Pangaloan.
Batu yang ditempatkan di tengah danau tersebut, sesekali dimanfaatkan oleh Datu Parulas Parultop sebagai kendaraannya menyeberangi perairan Danau Toba, untuk mengunjungi desa-desa lain di tepi danau.
Dari kesaktiannya menenteramkan batu inilah, Datu Parulas Parultop Lumbanraja, oleh para Datu Bolon saat itu, diakui sebagai Guru, dan batu yang mampu dijinakkannya disebut sebagai Batu Guru.
Hingga sekarang, Batu Guru yang berada di tengah danau ini menjadi favorit untuk dikunjungi oleh para wisatawan atau para peziarah keturunan marga Lumbanraja.
Penampakannya yang unik, menonjol dipermukaan, selalu mencuri perhatian bagi siapa saja yang melintasinya. Di beberapa bagian sisinya tampak berlumut. Pada retakan-retakan permukannya muncul rumput belukar penanda usia batu tersebut sudah sangat tua.
Bila anda ingin mengunjungi dan menyaksikan tinggalan sejarah yang melegenda ini, jaraknya hanya sekitar 22 kilometer dari pusat Kota Pangururan, Samosir, atau hanya 2 kilometer dari pusat Kota Nainggolan.
Anda hanya menyusuri jalan raya lingkar dalam Samosir menuju Kota Nainggolan di belahan Selatan Pulau Samosir. Atau bila ingin jalur lain, anda boleh mengunjungi Batu Guru, dengan rute Bandara Silangit Tapanuli Utara, menuju kota Muara, kemudian dari Kota Muara perjalanan diteruskan dengan angkutan penyeberangan feri menuju Dermaga Sipinggan Nainggolan, dengan perjanan di atas danau kurang lebih selama 50 menit. Kemudian melanjutkan perjanan darat menuju Desa Pangaloan tempat objek wisata Batu Guru telah menunggu.
Letak Batu Guru tidak jauh dari jalan raya lingkar dalam pulau Samosir. Hanya berjarak sekitar 100 meter menuju pinggir danau atau pantai Pangaloan. Sesampainya di pantai, anda dapat melihat sosok batu besar, menyembul di permukaan air. Riak ombak kecil Danau Toba seakan menyambut, sembari menerka seberapa besar Batu Guru itu, utuh sampai sisinya yang tertanam di dasar danau.
Bila ingin lebih dekat serta ingin menyentuh tubuh batu yang sudah menjadi objek wisata Kabupaten Samosir itu, anda bisa menyewa solu (sejenis sampan) dari masyarakat setempat, dengan tarif antara 25 ribu sampai 50 ribu rupiah. Namun disarankan agar terlebih dahulu minta panduan tata cara berkunjung ke Batu Guru, apa lagi bila ingin menyentuh batunya.
Hingga hari ini, kearifan lokal tentang tata cara berkunjung, seperti tidak meludah ke air, tidak bercakap yang kurang sopan, masih dipelihara dan dipercayai oleh masyarakat lokal, saat meengunjungi Batu Guru, khususnya marga Lumbanraja, di seluruh dunia. Tokoh masyarakat desa setempat, Marsius Lumbanraja mengamini, ada penunggu Batu Guru, seekor ikan Ihan Batak (sejenis ikan jurung) yang hidup di bawah air di gua batu di Dasar Danau.
Penasaran bukan? Monggo silahkan rencanakan liburan anda ke Danau Toba, lalu berkunjunglah ke objek wisata Batu Guru, di Desa Pangaloan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Penulis : Mister O
Editor : Mahadi Sitanggang