Banjir Lumbanjulu Rusak Dua Desa

TOBA – Bencana banjir yang menerjang beberapa desa di Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba menyisahkan kepedihan mendalam bagi korban langsung maupun warga terdampak lainnya. Dampak terparah dari bencana banjir tersebut terdapat di dua desa yakni di Desa Jangga Dolok dan Desa Jangga Toruan.

Banjir pertama terjadi, Selasa (16/08/2022). Banjir membawa material bebatuan dan batang pohon, menimbun pekarangan rumah warga. Bahkan dinding jembatan (handrail) Aek Jangga ambruk diterjang banjir.

Minggu (28/08/2022), banjir bandang kembali menerjang. Sungai yang sebagian bersumber dari Gunung Simanukmanuk dan dari seputaran pegunungan Bukit Barisan, nyaris meluluh lantakkan kedua desa. Bahkan satu unit rumah yang berada di pinggir sungai di sisi jembatan Aek Jangga hilang tersapu banjir.

Banjir Lumbanjulu 2
Puing-puing rumah warga yang diterjang banjir tersisa di tepi sungai/(foto:asmon)

Situasi semakin mencekam saat dini hari, tidak jauh dari jembatan Aek Jangga. Dari atas tebing yang berada di sisi Jalan Lintas Sumatera, tiba-tiba luncuran material berupa lumpur dan pepohonan menutup badan jalan. Akibatnya, Jalan Lintas Sumatera Desa Jangga Dolok lumpuh selama 4 jam.

BERSPONSOR

Selain menutupi jalan dan pekarangan rumah warga, banjir juga menyapu lahan pertanian di sepanjang sisi sungai yang bermuara ke Danau Toba. Tak sedikit tanaman jagung dan padi siap panen yang tersapu banjir. Padi milik Sidabutar yang baru siap diarit dan sudah dikumpulkan menunggu dibanting (proses pemisahan bulir padi dari tangkai) hilang dan sebagian tertimbun lumpur.

TERKAIT  Presiden Joko Widodo Taklukkan 12 Km Jalanan Danau Toba Hanya 15 Menit

“Hanya ini yang bisa diselamatkan. Ini pun tidak bagus lagi jadi beras, saya jemur biar tidak keburu tumbuh. Untuk dipergunakan sebagai pakan ternak nanti,” ujar Sidabutar saat menjemur padi

Sementara itu di Desa Jangga Toruan, selain meluluhlantakkan areal pertanian, banjir juga menerjang badan jalan sepanjang puluhan meter sebelum jembatan Lumban Galagala. Jembatan yang selama masih berdiri utuh, kini tidak lagi tersambung lagi dengan jalan.

Ironis, sebab akses keluar masuk dari dan ke Lumban Galagala hanya melewati jalan ini. Tidak ada alternatif lain. Sementara, warga yang hendak melintas harus lewat sungai. Pada salah satu aliran sungai kelihatan sebatang pohon dimanfaatkan sebagai jembatan darurat.

BERSPONSOR

“Paling miris melihat anak sekolah dasar yang seolah harus bertaruh nyawa saat melintas lae. Kadang sungai inikan membawa serta bebatuan. Sungainya juga kadang berpindah. Terlebih jika debit air naik. Jangankan anak sekolah, orang dewasa saja tidak akan berani melintas,” ujar Jekson Samosir lirih kepada ninna.

Dari atas sisa jembatan, tatapannya hampa ke arah kebun jeruknya yang nyaris ludes tersapu banjir. “Semoga lah segera ditangani oleh instansi terkait. Bantu suarakan ya lae,” harap Samosir.

 

Penulis    : Asmon
Editor       : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU