Ayo ke Festival Sisingamangaraja di Sipinsur

NINNA.ID – Masih tetap kontroversial. Begitulah selalu. Hal besar selalu dekat dengan kontroversi. Karena itu, saya tak ragu untuk mengatakan bahwa Festival Sisingamangaraja di Sipinsur sudah berhasil. Berhasil setidaknya karena sudah menyedot perhatian. Semakin menyedot perhatian maka semakin berhasil. Begitu saya menilainya.

Masih tetap kontroversial. Kita tak menampik itu. Sebut saja, teman-teman orang muda di Baktiraja menolak untuk datang. Mereka membuat sesuatu yang indah. Indah bagi siapa pun, terutama bagi mereka. Sebab, setahu saya, mereka akan melakukan agenda keren: kebersihan bersama. Semoga tidak hanya hari ini, tetapi jadi agenda berkelanjutan.

Baiklah. Semua orang sudah pada tahu bahwa saya sangat mendukung Festival Sisingamangaraja di Sipinsur. Banyak alasan yang bisa dihadirkan. Saya juga ikut aktif di dalamnya. Apakah saya tidak tahu bahwa Raja Sisingamangaraja muasalnya di Baktiraja? Tahu. Tahu sekali. Tetapi, saya lebih tahu, Sisingamangaraja milik bersama.

Karena itulah, saya tanpa ragu mengajak Anda: datanglah ke Sipinsur. Saksikanlah festival Raja Sisingamangaraja.

Di sana, kita gembira bersama. Nilai-nilai baik Sisingamangaraja bisa disiarkan dari mana saja. Untuk skala lebih global, kita bisa melakukannya di tempat wisata populer. Akhirnya, ke sana mereka tidak hanya dapat keindahan alam.

BERSPONSOR

Mereka juga dapat sesuatu yang berharga: pengetahuan pada sejarah. Artinya, sama bernilainya mengenalkan ketokohan Raja Sisingamangaraja di mana pun. Di Bakara atau di tempat lain. Begitu kalau sebatas mengenal. Namun, kalau bicara soal kesakralan menjadi berbeda. Kita harus datang ke muasalnya. Dalam hal ini ke Bakara.

TERKAIT  Asal-Usul Aksara Batak dan Mengapa Tidak Diajarkan?

Tidak pula hanya sekadar ke Bakara. Kita harus masuk ke titik pentingnya: locus lahir, wafat, dimakamkan, istana, dan sebagainya. Kalau untuk urusan seperti ini, kita tentu sewajarnya jangan ke luar dari Bakara. Namun, kalau sebatas perayaan, saya punya penilaian tersendiri. Mungkin ini kontroversial. Sangat kontroversial.

Tetapi, bukankah hal besar selalu kontroversial? Maksudnya begini. Andai, misalnya, sebatas berfestival, apakah kita harus mengotori tempat-tempat sakral? Menurut saya, hal seperti itu justru melecehkan. Katakan, misalnya, kita pergi ke Tombak Sulu-Sulu ramai-ramai, meninggalkan sampah, menimbulkan keributan. Aneh bukan?

Baiklah. Kita singkat saja. Datanglah ke Sipinsur berfestival Sisingamangaraja. Di sana, para penampil akan memberitahukan bahwa nilai bersejarah ada di Bakara, The Land of King. Kalau Anda ingin yang lebih sakral, datanglah ke Bakara. Tetapi, jika ke Bakara, terutama ke tempat sakralnya, janganlah untuk bermain-main, apalagi meninggalkan banyak sampah.

BERSPONSOR

 

Penulis  : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor     : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU