Apa Sih yang Sudah Dikerjakan BPODT?

NINNA.ID – Awal berdirinya BPODT, sebagai pribadi saya antusias. Antusias sekali. Karena itu, lumayan banyak ulasan saya yang menyinggung tentang BPODT. Menyinggung ya. Tidak full tentang BPODT. Ada beberapa di Kompas. Harian Analisa. Juga Waspada. Itu dulu. Saya seperti tampil berbeda dengan orang lain yang cukup pesimis dengan BPODT.

Mungkin, kita masih ingat. Dulu sekali, BPODT namanya BODT. Masyarakat banyak menukarnya: bodat. Bodat berarti monyet. Mungkin, karena nama itu diselewengkan, BODT jadi BPODT. Mungkin saja. Saya tak tahu pasti. Tetapi, pada masa itu, saya sangat antusias dengan BPODT. Manajemen baru tentu harus disambut dengan optimisme.

Beberapa kali saya ikut dan bersingungan dalam program BPODT. Bersinggungan bukan berarti menjadi pemilik even atau panitia. Tidak sejauh itu. Bersinggungan lebih pada sebagai peserta even, sebagai aktor keliling yang kebetulan saat itu saya masih sering bersama Thompson Hs. Pada masa-masa itu sebenarnya saya sudah bertanya-tanya: fokus kerja BPODT untuk apa sih?

Untuk mencari fokusnya tentu bukan perkara sulit. Ada paket data, ada jaringan, tinggal berselancar maka akan dapat dari Google dengan sangat mudah. Tetapi, maksud saya bukan itu. Maksud saya lebih pada ini: apa sih yang sudah mereka kerjakan? Memberi kata sambutan pada acara kepariwisataan? Siapa pun boleh. Artinya, itu bukan pekerjaan rumit.

BERSPONSOR

Meresmikan gedung? Apa susahnya? Artinya, tetap bukan pekerjaan sulit. Mengunjungi daerah potensi wisata? Oh, ini pekerjaan gampang. Bekerja sambil tamasya. Saya pun bisa. Membuat laporan? Hahaha, ini tinggal copy-paste-edit-tambal-sulam. Jadi, tetap tak terlalu rumit. Yang rumit itu membuat master plan kepariwisataan. Itu pun tak rumit-rumit amat kok.

Ada banyak sumber daya untuk diajak berkolaborasi. Ada seniman dan budayawan. Ada pers profesional. Ada pelaku wisata yang militan di berbagai pelosok dan terserak di Pokdarwis. Ada masyarakat yang antusias. Masih banyak lagi. Tentu, ini bukan pekerjaan mudah. Dan, justru karena itulah BPODT didirikan. Kalau untuk mengerjakan pekerjaan mudah, untuk apa sih didirikan, didanai, dan difasilitasi?

Toh masih ada dinas pariwisata? Karena itulah, sekali lagi, untuk tugas yang tak mudah ini, mereka pun berdiri. Dan, memang, kita tak boleh menutup mata. Mereka pun sudah bekerja. Adalah dosa besar jika tak bekerja, tetapi digaji bukan? Sayang. Sungguh sayang. Mungkin ini hanya perasaan saya bahwa ternyata BPODT cuma menuntaskan tugas mudah: membuat kata sambutan, berkunjung, dan sebagainya.

Dalam hati saya berbisik: aku pun bisa. Saya mungkin salah. Bisa jadi BPODT sudah bekerja keras. Bisa jadi. Tak tertutup kemungkinan untuk itu. Namun, sejauh penglihatan saya, mereka seperti belum bekerja, kecuali yang mudah-mudah. Dan, saya berselancar dari google. Juga ternyata tak banyak prestasi mereka. Justru yang bermunculan adalah prosesi-prosesi hingga konflik.

BERSPONSOR
TERKAIT  Ketersediaan Angkutan Umum Memungkinkan Siapa Saja Liburan ke Danau Toba

Saya belum ditunjukkan Google prestasi yang menohok. Mungkin, google saya berbeda karena lain algoritma. Tetapi, tak seharusnya seberbeda itu. Silakan lihat di googlemu. Semoga berbeda. Namun, di google saya, berita tentang prestasi BPODT hanya dukung-mendukung untuk jadi pejabat BPODT. Lebih lanjut, ternyata berita lain cuma hanya lantik-melantik.

Itu kalau kata kuncinya “prestasi BPODT“. Saya mulai berpikiran buruk. Siapa tahu memang tak ada prestasinya. Maka, saya buat dengan iseng: “konflik BPODT”. Oh, banyak sekali sentimen negatif ternyata. Dari studi kasus pelacakan kata kunci antara “prestasi BPODT” dan “konflik BPODT” saya dapat membuat kesimpulan: BPODT datang untuk membuat konflik daripada prestasi. Itu simpulan saya.

Simpulan ini belum metodologis. Ibaratnya, ini seperti data kualitatif. Tetapi, kualitatif pun bisa diubah ke kuantitatif kok. Artinya, simpulan saya di atas berdasar. Karena itu, siapa tahu ada yang membaca esai singkat ini, atau meneruskan ke mereka, boleh dikabari saya tentang pekerjaan besar dan prestasi besar. Sekali lagi, berkategori besar. Kalau cuma kunjung-mengunjungi, lantik-dilantik, resmi-meresmikan, tak usah dikabari.

Sebab, itu bukan pekerjaan besar. Saya minta begitu karena saya tak mau sakit hati. Dulu sekali, seperti ditulis di awal esai singkat ini, saya berharap besar pada BPODT. Sayang, harapan besar ternyata punya konsekuensi, yaitu kecewa besar. Saya sadar diri. Tentu, bukan hanya saya yang berharap besar. Itu berarti satu hal: banyak yang kecewa besar pada BPODT.

- Advertisement -

Karena itu, ada dua hal untuk mengobatinya. Pertama, tunjukkan prestasi dan pekerjaan besar itu. Kedua, kalau pekerjaan besar itu masih berupa angan-angan, segera eksekusi. Yang pasti, jika mereka sudah bekerja besar, judul esai ini tidak seprofokatif itu: apa sih yang mereka kerjakan? Entahlah. Sampai di sini, saya masih bingung, untuk apa sih BPODT hadir? Hanya untuk lantik-dilantik dan resmi-meresmikan?

Baik. Saya tetap berpikiran baik. Artinya, jika ada prestasi dan pekerjaan besar mereka yang tidak dipublikasikan dan tidak dipamerkan, boleh diberitahu supaya tulisan selanjutnya lebih fair. Sebab, kadang prestasi itu tidak terlihat karena disembunyikan. Ya, siapa tahu mereka fasih menyembunyikan prestasi sehingga kita tak tahu bukan? Bisa jadi begitu. Ya, bisa jadi…

 

Penulis     : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor         : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU