NINNA.ID – Di mana-mana kita melihat logo Presidensi G20. Mulai dari baliho, spanduk di jalanan hingga di TV maupun ponsel kita. Sampai seorang anak pernah bertanya padaku, ”Apa itu G20? Mengapa di mana-mana ada tulisan G20?
Awalnya aku pun bingung mengapa ada begitu banyak logo G20 tahun ini terpampang di mana-mana. Banyak, khususnya saat aku mengunjungi The Kaldera Sibisa, Kabupaten Toba.
Pulang dari The Kaldera aku segera mengirim pesan kepada Staf Divisi Pemasaran BPODT. Lalu dia menjelaskan akan ada rencana kunjungan Kelompok Wanita G20 ke The Kaldera.
Setelah itu, aku ajukan pertanyaan tambahan, siapa dan negara mana saja yang akan datang. Lalu staf tersebut mengarahkanku ke Kepala Dinas Pariwisata Sumut yang dianggap lebih berwenang menjelaskan.
Namun, kepala dinas tersebut enggan memberi banyak penjelasan. Lalu dia mengarahkanku ke Chairwoman W20 Hardiana Uli Silalahi. Sayangnya, panggilan telepon maupun chatku tidak pernah dibalas sama sekali hingga detik ini. Bisa jadi aku bukanlah orang penting bagi sang pejuang pemberdayaan perempuan itu.
Meski begitu, keinginanku untuk mencari tahu mengapa ada logo di mana-mana masih ku lanjutkan. Belakangan aku mendapati jawaban dengan menelusuri banyak website dan sumber lainnya yang menyebutkan Indonesia tahun ini menjadi tuan rumah G20.
Istilah tuan rumah ini disebut Presidensi G20. Nah, kesempatan menjadi tuan rumah ini hanya bisa didapatkan Indonesia sekali dalam 20 tahun. Sebab, ada 20 negara tergabung dalam G20. Dengan demikian, tiap negara berkesempatan menjadi tuan rumah tiap 20 tahun sekali. Aku puas dengan jawaban itu.
Mengukir Sejarah Presidensi G20
Pantaslah Indonesia berbangga menjadi Presidensi G20. Indonesia yang dikenal ramah di mata dunia senang menyambut tamu-tamu dari luar negeri. Jadi, logo-logo Presidensi G20 terpampang di mana-mana itu seolah menunjukkan Indonesia siap menerima para tamu dari G20. Indonesia siap mengukir sejarah Presidensi G20.
Sikap Indonesia sebagai tuan rumah G20 akan menjadi cerminan yang dapat digambarkan negara G20 lainnya ke publik. Tentu saja sebagai negara yang memegang Presidensi G20, Indonesia mendapat sejumlah manfaat.
Sekalipun konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 dilaksanakan di Bali, ada banyak side events G20 diadakan di kota lain. Ada sekitar 157 pertemuan direncanakan di beberapa kota di Indonesia. Sekitar 19 kota selain Bali akan dilibatkan, seperti Jakarta, Bogor, Semarang, Solo, Sorong, Belitung, Parapat Danau Toba dan kota lainnya.
Side events ini sepertinya memang dirancang pemerintah untuk sekaligus mempromosikan beberapa tempat yang merupakan destinasi pariwisata super prioritas (DPSP). Diperkirakan akan ada 20.988 delegasi yang akan hadir dalam seluruhan rangkaian Acara G20.
429 delegasi pada KTT G20, 4.581 delegasi pada Ministerial Meetings, 1.212 delegasi pada Deputies/Sherpa Meetings, 8.330 delegasi pada Working Groups Meetings, 6.436 delegasi pada Enggament Groups Meetings.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyebut gelaran G20 akan berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta-3,6 juta.
Akan ada 600 ribu-700 ribu lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus sektor kuliner, fesyen, dan kriya. Selama rangkaian kegiatan G20, pemerintah berharap dapat melibatkan banyak pelaku UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000 orang.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, gelaran G20 akan menciptakan kontribusi US$ 533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun.
Menurut Menteri Koperasi dan UMK Teten Masduki, Presidensi G20 juga akan mendorong investasi pada UMKM dalam negeri, mengingat saat ini 80 persen investor global berasal dari negara- negara G20. Momentum ini akan menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam sejumlah hal.
Indonesia akan berperan dalam mendesain kebijakan pemulihan ekonomi dunia. Bila perekonomian dunia membaik, maka kita akan menerima dampak positifnya, salah satunya ekspor yang akan tumbuh tinggi.
Pemulihan ekonomi dunia dan domestik juga akan meningkatkan konsumsi masyarakat, peningkatan investasi dan kegiatan ekspor-impor yang tumbuh pesat. Dampaknya, penerimaan pajak tumbuh lebih dari 18 persen, penerimaan bea cukai tumbuh lebih dari 24 persen, dan penerimaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tumbuh lebih dari 23 persen.
Forum internasional G20 menjadi bagian penting dunia karena merepresentasikan lebih dari 2/3 penduduk dunia, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. Itu sebabnya mengukir sejarah bagi Indonesia sebagai tuan rumah G20
Harapan di Balik Hasil Rapat G20
Wajar euforia Presidensi G20 ini kita temukan di banyak tempat. Presiden Jokowi sudah pasti bangga di masa kepemimpinan ada perhelatan besar yang mengukir sejarah Indonesia. Tapi dunia pasti menunggu apa hasil Rapat G20? Apakah agenda rapat yang berjumlah ratusan dan menggelontorkan dana besar ini akan mendatangkan harapan bagi umat manusia di bumi?
Dalam situs Bank Indonesia, disebutkan ada dua isu utama Forum G20. Dua isu tersebut Finance Track dan Sherpa Track. Finance Track merupakan pembahasan yang berkaitan dengan ekonomi dan keuangan. Finance Track dihadiri oleh Menteri Keuangan hingga Gubernur Bank Sentral dari masing-masing negara anggota G20.
Sherpa Track merupakan pembahasan pada bidang-bidang yang lebih luas di luar isu keuangan, antara lain pariwisata, energi berkelanjutan, perdagangan, investasi, dan industri, pemberdayaan perempuan.
Bisa disimpulkan acara yang diketuai oleh Sang Pemberdayaan Perempuan Hardiani Silalahi itu dikategorikan Sherpa Track yang menjadi Side Event G20.
Belum tahu apa yang akan dihasilkan oleh W20 dalam agenda rapatnya di Hotel Niagara Parapat, Danau Toba. Tindakan nyata apa yang akan mereka lakukan buat masyarakat, khususnya bagi para wanita di Kawasan Danau Toba.
BI Menyentuh Lapisan Masyarakat di Presidensi G20
Tapi sebagai saksi mata dari acara Bank Indonesia, aku bisa mengatakan Bank Indonesia berupaya menyentuh lapisan masyarakat. Terkhusus selama kampanye digitalisasi pembayaran.
Bank Indonesia dalam situsnya menyebut Presidensi G20 merupakan momentum untuk pulih bersama yang upayanya perlu disokong oleh tulang punggung perekonomian, yaitu sistem pembayaran.
Pandemi tidak hanya mendatangkan dampak negatif bagi masyarakat. Keadaan selama pandemi memaksa pemerintah dan masyarakat untuk mengadopsi dan mempercepat digitalisasi dalam transaksi dan aktivitas ekonomi.
Tahun ini, terkhusus di Kawasan Danau Toba, ada sejumlah event diadakan Bank Indonesia untuk meningkatkan literasi keuangan dan digitalisasi pembayaran. Bank Indonesia mengangkat tema Tor Tor Digifest. Digifest merupakan singkatan digital festival yang dilaksanakan selama beberapa hari.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga memilih Samosir sebagai pusat kegiatan sosialisasi digitalisasi sistem pembayaran. Selama acara W20, KPW BI Siantar akan meramaikan acara W20 dengan sosialisasi dan memamerkan produk UMKM binaannya.
Jika dirunut satu per satu. Mengapa logo G20 ada dimana-mana? Karena tahun ini Indonesia bangga jadi tuan rumah G20. Indonesia akan menerima banyak tamu dari luar negeri, terkhusus dari negara anggota G20.
Mengapa Bank Indonesia akhir-akhir ini gencar mempromosikan digitalisasi pembayaran? Karena sebagai tuan rumah, BI harus memastikan agenda rapat G20 yang fokus utamanya di bidang ekonomi dan keuangan, tindakan nyata Bank Indonesia dapat dilihat dan dirasakan oleh tiap lapisan masyarakat.
Penulis : Damayanti Sinaga
Editor : Mahadi Sitanggang